Apakah Theosofi Itu

“Hikmah adalah barang milik Mu’min. oleh karena itu dimanapun dia menemukannya, maka dialah yang paling berhak memilikinya.” Hadits
Bagi Anda yang baru berkenalan, kiranya baik juga untuk dimengerti bahwa istilah kata “Theosofi/Teosofi” pada awalnya ditujukan untuk bangsa Barat/Eropa. Marilah kita mulai membahas dari segi etimologis. Etimologis adalah ilmu yang melacak asal-usul suatu kata, kemudian perkembangan selanjutnya dari kata tersebut. Dan akhirnya bagaimana kata itu digunakan sekarang, dengan konotasi tertentu yang melekat padanya
Kata “theosofi” berasal dari bahasa Yunani “Theos” dan “Sofia”. Theos = Tuhan dan Sofia = Hikmah =Kebijaknaan = Kearifan = Wisdom atau Wysheid. Jadi “theosofia” yang kemudian berubah menjadi “theosofi” – artinya menjadi Kebijaksanaan Tuhan / Illahi, God’s Wisdom atau Godelyk Wysheid. Bila dijabarkan lebih lanjut maka artinya segala ilmu, filsafat dan pelajaran tentang kebijaksanaan Illahiah. Dipandang dari aspek ini, kita dapat mengambil berbagai kesimpulan yang menarik;

1. Bila penafsirannya terlalu luas maka theosofi pada hakekatnya merupakan satu ilmu atau filsafat yang mencakup bidang yang sangat luas sekali. Sebab pada galibnya, semua pelajaran itu dapat saja disebut sebagai kebijaksanaan Illahi, bukan ? Bukanlah Beliau itu meliputi segalanya di alam semesta kita ini?
2. Tentu saja ini bukan berarti, bahwa theosofi itu ingin mendominir atau mencaplok ajaran-ajaran yang lain. Harus dibedakan antara theosofi dan “perhimpunan theosofi” ini berarti kita memilah antara theosofi suatu ajaran universal yang harus disebarluaskan dan perhimpunan yang bekerja dengan dibatasi oleh peraturan-peraturan organisasi yang berlaku.
3. Pengertian tentang keuniversalan filsafah itu sendiri sesungguhnya lebih ditujukan kepada warga theosofi itu sendiri; Ialah dengan maksud
a. Agar mereka berusaha lebih menghargai cara berpikir / pandangan saudara-saudara kita yang lain.
b. Agar dapat lebih menggugah rasa toleransi dan menghormati semua ajaran agama-agama dan spiritual yang ada di dunia ini.
c. Agar mampu melihat dan merasakan ada nya keindahan-keindahan yang terdapat dalam semua ajaran agama dan spiritual tersebut.
Sebab bukanlah semua itu datang dari-Nya dan nanti juga akan kembali pada-Nya?
Dengan pengertian yang luas dan mendalam itu diharapkan para warga akan lebih mudah menghayati tujuan pertama dari perhimpunan. Yakni “Mengadakan inti persaudaraan universal antara sesama manusia, tanpa membedakan bangsa, ras, sex, warna atau kasta.”
Motivasi atau dorongan apakah gerangan yang mengilhami para Pendiri Perhimpunan Theosofi untuk mencetuskan “inti persaudaraan” ini di tengah-tengah masyarakat dunia?
Marilah kita mencoba merasakan suasana ketika dunia Barat pada periode zaman renaissance, yakni dekade-dekade terakhir dari abad IXX. Raksasa kembar yang dinamakan “teknologi” dan “ilmu pengetahuan” baru sedang berkembang melebarkan sayapnya ke seluruh penjuru dunia. Negara-negara barat sedang berada dalam puncak kejayaannya, dengan keadaan itu sifat rakus yang berkedok kolonialisasi berjalan di mana-mana di India, Indonesia, Afrika dan Amerika Selatan jatuh di tangan mereka. Dengan sukses-sukses lahiriah itu, maka para ilmuwanlah yang dianggap berjasa dan memungkinkan tercapainya itu. Kemudian merasa yakin bahwa hanya dengan bantuan raksasa kembar itu semua masalah dapat diselesaikan atau diatasi, termasuk kebahagiaan manusia (nyatanya kemudian terjadi perang dunia kesatu dan kedua). Di dalam suasana materialis yang sedemikian itulah tentu saja “Tuhan, persaudaraan, rasa kemanusiaan kian terdesak ke pojok” memperhatikan kondisi yang membahayakan ini “Pemandu” umat manusia, para Master, para Adept merasa sangat prihatin.
Maka untuk mengimbangi suasana negatif ini mereka memberikan inspirasi kepada para pendiri perhimpunan agar membentuk satu wadah atau organisasi kerohanian dengan tujuan utamanya adalah inti persaudaraan.
Kemudian guna mengatasi problem-problem yang berupa konflik-konflik kebudayaan yang muncul akibat makin eratnya hubungan antara Timur dan Barat, tujuan kedua dicetuskan yaitu : mempelajari bidang-bidang persamaan antara agama-agama, filsafat dan ilmu pengetahuan.
Guna memberi dorongan kepada para penyelidik atau ilmuwan menyelidiki fenomena-fenomena tersembunyi /gaib di dalam alam dan dalam diri manusia maka di bentuk tujuan yang ketiga yaitu : Menyelidiki hukum-hukum alam yang masih belum dapat diterangkan dan kekuatan-kekuatan dalam diri manusia yang masih terpendam.
Maka Syahdan berdirilah Perhimpunan Theosofi dengan ketiga tujuan tersebut dengan beberapa perubahan hingga kini.
Saudaraku, itulah sedikit sejarah yang menjadikan para Pemandu umat manusia membentuk Perhimpunan melalui siswa-siswanya.
Kini kita mencoba mempelajari garis-garis besar ajaran Theosofi itu :
Ajaran Theosofi diturunkan agar manusia mengenal dirinya/hingga nantinya mengenal Tuhan-Nya, dan mengerti mengapa ia berada di muka bumi ini, di alam semesta raya ini.
Alam Semesta Adakah Ia Satu Ciptaan Atau Satu Percikan Illahiah

Aktifitas mencipta dan Tuhan mengatasi waktu
Aktivitas mencipta tidak dapat tidak harus didahului aktifitas berpikir. Sedangkan aktifitas berpikir memerlukan waktu. Jadi aktivitas berpikir memerlukan waktu atau tidak mengatasi waktu. TUHAN MENGATASI WAKTU. Dengan itu Tuhan mengatasi aktivitas mencipta, sehingga manusia LEBIH dari pada suatu CIPTAAN.
Note : dalam masalah penciptaan ada dua penafsiran yang berbeda Ada kelompok yang menafsirkan sebagai sesuatu hal/benda yang dahulunya tidak ada lalu muncul secara tiba-tiba menjadi ada. Penciptaan Adam konon demikian, seperti sulap sim salabim ….. Ada juga penafsiran yang masuk akal, bahwa sebelum terjadi sesuatu telah ada zat/atau sesuatu yang mendahuluinya dan melalui proses yang panjang barulah terbentuk sesuatu. Yaitu proses ada dan menjadi. (Sein und Warden) menurut hukum Siklus yang berlaku di alam semesta ini Seperti terjadinya bumi kita ini adalah melalui proses yang panjang dari sejenis kabut kemudian berproses …….. “ Seperti Adam juga dahulunya adalah makhluk yang lebih sederhana dan seterusnya.

Percikan Tuhan dan Tuhan Yang Mengatasi Ruang
Tuhan mengatasi ruang berarti ada dimana-mana. Apakah ada dalam iri manusia dan apapun yang ada di alam semesta raya, dimana-mana terkandung nilai-nilai ke-Illahian atau Ke-Tuhanan.
Melalui pengertian dua hal penting itulah kita akan menjadi memahami dengan cerdas bahwasanya semua makhluk apakah tumbuh-tumbuhan, hewan, bintang di langit ataupun galaksi-galaksinya merupakan percikan/pletikan-Nya juga. Dengan itu pletikan-pletikan-Nya juga bersifat Illahiah.

Evolusi Percikan Illahi Dalam Sekolah Kehidupan
Setiap pletik Illahiah berpotensi ke-Tuhanan dan para makhluk diturunkan ke bumi dimaksudkan agar setiap percikan/para makhluk-makhluk itu tumbuh berkembang/berevolusi, hingga menyadari kebersamaannya dan kebersatuannya dengan makhluk-makhluk Tuhan lainnya.
Ini adalah dasar dari PERSAUDARAAN SEALAM SEMESTA (Universal) di dalam mana terkandung satu pengertian yang aktif…bahwa Aku adalah Engkau dan Engkau adalah Aku ; Aku dan Engkau adalah Satu adanya, tetapi Aku adalah Aku dan Engkau ada tetap Engkau. Dalam senyawa air (H2O), Oxygen dan Hidrogen adalah satu adanya, tetapi Oxygen tetap Oxygen dan Hydrogen tetap Hydrogen

Sekolah Kehidupan (The school of Life)
Biji sesuatu pohon perlu ditanam agar potensi yang terkandung di dalam bijinya termanifestasikan/tumbuh berkembang menjadi pohon yang indah dan megah.
Analogi yang lain : manusia perlu bersekolah dalam sekolah Sains (School of Science) agar potensi kecerdasannya dapat termanifestasikan dalam karya-karya ilmiah.
(Seseorang yang ber-IQ tinggi pun, jika tidak mempelajari bidang teknik listrik dia tak mampu membuat transformator)
Demikian pula halnya dengan manusia. Agar potensi Illahiahnya berkembang, perlu juga dia bersekolah di dalam sekolah Kehidupan di alam semesta ini. Sekolah Kehidupan ini terdiri dari tak terhingga-fakultas, misalnya: Jurusan Keruhanian, Pernikahan, Persaudaraan, Perbintangan dan sebagainya.

Keberadaan Agama-Agama dalam Sekolah Kehidupan
Karena manusia mempunyai kemerdekaan penuh dalam menghidupi kehidupannya, maka kemajuan manusia pun beraneka ragam. Dengan itu tak terhindarkan pula timbulnya keanekaragaman kepribadian manusia. Kepribadian yang beraneka ragam ini memerlukan pula metode atau cara dalam mempelajari masalah kerohanian misalnya.Karena itu pula memerlukan bermacam agama untuk manusia yang beraneka ragam kepribadiannya itu. Namun dalam hal ini agama dapat dianalogikan sebagai warna pelangi dari spektrum / pelangi.
Berkas cahaya putih yang dibiaskan melalui satu prisma akan terurai menjadi berbagai warna cahaya dalam satu spektrum warna pada layar putih. Cahaya putih dianalogikan sebagai Kesunyataan/Truth yang sumbernya adalah sang Illahiah. Sedangkan warna-warna yang terjadi sebagai hasil pembiasan cahaya putih oleh prisma itu adalah sebagai agama-agama yang ada di dunia.
Maka intisari dari semua agama-agama adalah satu dan sama yaitu cahaya putih (Kebenaran mutlak/Kesejatian). Karena itu Theosofi menghendaki agar setiap orang menjalankan ajaran agamanya masing-masing dengan bersungguh-sungguh, dengan penuh semangat hingga inti ajaran agamanya dapat ditemukan, dimengerti dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-harinya.
Keaktifan manusia di dalam belajar dan juga dalam urutan manusia mengambil mata pelajaran di Sekolah Kehidupan adalah penyebab terjadinya bangsa-bangsa di muka bumi. Ini dapat dianalogikan dengan adanya kelas-kelas dan jenis-jenis sekolah dalam sekolah Sains.Setiap manusia bersekolah dalam sekolah kehidupan dengan mata pelajaran yang tepat baginya sesuai dengan tingkatan jiwa masing-masing.
Dengan menyadari hal-hal tersebut, kita melihat dengan jelas dan cerdas bahwa persaudaraan universal mengatasi perbedaan agama dan bangsa. Semuanya adalah saudara-saudara kita, yaitu kita semua adalah percikan dari Sang Illahiah yang sedang bersekolah dalam Sekolah Kehidupan (manusia bersekolah di Sekolahan Kerajaan Manusia) untuk dapat membabarkan potensi-potensi Illahi yang terdapat dalam dirinya masing-masing, yang masih laten belum berkembang.
Pada satu tahapan evolusi yaitu setelah berjuta-juta tahun kita belajar dalam sekolah kehidupan, kita dengan cerdas dan peka mampu merasakan getaran dan radiasi yang tinggi yang beraktifitas dalam setiap bentuk kehidupan yang ada, baik terlihat maupun tidak, dalam setetes embun, silirnya angin malam, indahnya bulan purnama, lembutnya sinar matahari pagi dan seterusnya.
Sedangkan dalam tahapan yang lebih rendah adalah pada hewan, tumbuhan, mineral yang juga sedang sama-sama belajar dalam sekolah kehidupan. Dan mereka adalah saudara-saudara muda kita.
Persaudaraan semesta tidak hanya terbatas pada antar hubungan terhadap hewan, tumbuh-tumbuhan, dan mineral saja tetapi juga merangkum pada apa yang ada, baik yang kelihatan ataupun yang tidak terlihat.
Di suatu saat kelak kita dengan cerdas dan jernih menyadari, bahwa apapun yang ada sesungguhnya satu ada-Nya. Saling meradiasi satu dengan yang lain, kita adalah mereka, mereka adalah kita juga, satu adanya.
Untuk itu marilah mulai detik ini menyadari dan terus belajar dalam sekolah kehidupan ini dengan penuh kesungguhan, tekun, bijak dan penuh suka-cita.

Radiasi
Kita mempunyai otak fisik yang memerlukan mata, telinga, jari-jari, tangan sebagai instrumennya. Kemudian apapun yang dikerjakan dan dialami instrumen-instrumen itu direkam oleh sang otak dan menambah pengetahuan baginya / sang otak agar lebih mengerti.
Kita perlu mengerti pula dengan cerdas dan peka bahwa fisik kita, perasaan kita serta pikiran kita adalah merupakan badan-badan yang menjadi instrumen Ruh kita.
Maka apapun yang dikerjakan dialami oleh badan fisik badan perasaan dan badan pikiran, direkam oleh sang Jiwa dan menjadikan bertambahnya pengetahuan baginya.
Meskipun demikian ada hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dialami oleh instrumen-instrumen tadi agar sang jiwa dengan otaknya agar mampu mendapatkan perkembangan yang lebih cepat dan bermutu. Dalam hal ini perlu diperhatikan lagi dengan penuh perhatian bahwa : kita hidup dalam kebersatuan/penunggalan dengan apapun yang ada. Maka semakin cepat kita berkembang maju semakin cepat pula kita lebih bermanfaat bagi yang lain; sebaliknya bila kita lambat dalam perkembangan untuk memperoleh kemajuan, kita pun akan menjadi menambah beban bagi yang lain (inilah satu dosa bagi orang beragama yang tidak mau belajar mengasah/menggunakan akal/otaknya)
Adalah badan pikiran manusia terdiri dari partikel-partikel yang lebih halus dari pada badan perasaan, sehingga daya geraknya lebih hebat juga. Apapun yang kita rasakan dan/atau kita pikirkan akan mendatangkan satu aktivitas gerak dan warna pada badan-badan itu; badan perasaan dan pikiran dapat secepat kilat melayang ke daerah sekitar kita dan meradiasi terhadapnya dan kepada sendiri. Sedangkan yang sangat penting bisa diarahkan kepada obyek tertentu yang kita tuju. Umpamanya sesama manusia, hewan, air, batu, tumbuhan dan sebagainya.

Peningkatan Kesadaran
Diri kita baru akan memancarkan getaran persaudaraan bilamana perasaan dan pikiran kita telah mampu meradiasikan hal-hal yang mempercepat evolusi/perkembangan/kemajuan manusia, hewan, tumbuhan dan apa-apa yang ada di sekitar kita.
Maka perlu diperhatikan adanya hal-hal yang menunjangnya itu adalah : Badan fisik kita haruslah benar-benar tidak bau, bersih terutama di ujung jari (ini perlunya seorang muslim berwudhu bila akan shalat) karena apa? karena energi akan keluar dari badan melalui ujung jari-jari (inilah mengapa semua pengobatan melalui tangan, melalui jari-jari). Maka syarat kebersihan badan ini mutlak berlakunya. Perasaan dan pikiran kita aktifkan untuk meradiasikan hal-hal yang Illahiah … murni … berbakti … penuh kepekaan dengan kemauan yang kuat membangkitkan gerak energi Illahiah.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka yang hal yang utama adalah : Meningkatkan kesadaran kita lebih dulu dengan pertanyaan introspeksi sebagai berikut :
- Adakah perasaan kita selalu murni, lembut, penuh kasih, ceria, dalam kondisi apapun
- Adalah pikiran kita selalu tajam serta mampu membangkitkan serta meradiasikan potensi-potensi illahiah dalam setiap bentuk kehidupan?
Tahap berikutnya adalah
- Adakah badan perasaan dan pikiran kita telah berdayakan sedemikian rupa sehingga mampu menjadi saluran energi Ilahiah bagi makhluk saudara-saudara kita yang lain di sekitar kita?
Maka perlu pula direnungkan bahwa inti sari dari kewajiban seorang siswa adalah menjadi Agent of God (Khalifah fil Ardi) dan setiap perkembangan jiwanya adalah hanya bagi / kebaktian bagi yang lain.@
Readmore → Apakah Theosofi Itu

Apakah Itu Jabariyah, Qadariyah, Mutazilah dan Asy’ariyah?

Adalah masalah kehendak bebas atau tidak bebas adalah satu masalah yang telah lama diperdebatkan yang dalam dunia Muslim diperbincangkan oleh empat kelompok seperti Jabariyah, Qadariyah, Mutazilah dan Asy Ariyah
Sejak dahulu hal itu diperdebatkan oleh ahli Ilmu Kalam dan ahli Ilmu Tauhid sampai mereka lupa bahwa sesama muslim harus bermusyawarah dalam mengentaskan masalah yang sulit. Tetapi malahan mereka cekcok dan saling bermusuhan sesamanya.
Satu kelompok di antara mereka mengatakan bahwa manusia itu hanyalah musayyar yakni sebaiknya manusia itu hanya mengikuti saja apa-apa yang harus dikerjakan, karena ia tak dapat memilih di antara beberapa alternatif. Dia tak bebas berbuat dan berkehendak sesuai dengan pilihannya, tetapi ia hanya terpaksa di dalam melakukan perbuatan tertentu. Inilah yang dinamakan Jabariyah.
Kelompok kedua adalah kaum Qadariyah yang secara singkat berpendapat bahwa manusia itu bebas dalam menentukan nasibnya sendiri dengan mutlak, baik dalam masalah kebaikan dan keburukan.
Kelompok ketiga adalah kaum Mutazilah yang sedikit ekstrim dari kaum Qadariyah yang menambahkan pendapat kelompok kedua dengan pendapat bahwa Allah itu bukanlah yang menjadikan segala perbuatan makhluk, tetapi makhluk itu sendirilah yang menciptakan segala gerak-geriknya. Jelas ini berlawanan sekali dengan kelompok kesatu yang berpendapat bahwa manusia itu musayyar, tetapi pendapat mereka adalah mukhayyar yakni bahwa manusia itu bebas dengan mutlak memilih apa saja yang dikehendakinya kebaikan atau keburukan.
Kelompok keempat adalah kaum Asy Ariyah, yang berpendapat bahwa segala perbuatan baik dan buruk itu adalah kehendak Allah, tetapi manusia diwajibkan berikhtiar agar mengusahakan perbuatan yang baik sesuai dengan petunjuk Al Quran dan Al Hadits. Allah memang menciptakan amalan manusia ketika manusia melakukannya. Allah itu menjadikan kenyang ketika manusia makan, menjadikan pandai ketika orang itu belajar, menjadikan sesuatu terbakar ketika sesuatu itu dibakar.
Pendapat kelompok manakah yang cocok dengan pribadi Anda sekalian dan bagaimanakah pula dengan mereka yang mendakwakan dirinya sebagai muslim, dengan mereka yang dijuluki sebagai cendekiawan?. Inilah secuplik pengalaman seorang aktivis.
Adalah ketika seorang aktivis di suatu saat berbeda pendapat dengan pemerintah tentang banyaknya jumlah orang miskin di Indonesia. Dimana ternyata hasil perhitungan beliau itu lebih banyak dari hasil perhitungan pemerintah dan ternyata pemerintah menggunakan ukuran garis kemiskinan yang lebih longgar dari sang aktivis sehingga yang seharusnya miskin masih dihitung sebagai orang mampu.
Sang aktivis menyatakan melihat kenyataan ini biasanya kita menggunakan “tunjangan teologis” untuk membenarkan adanya kemiskinan dan usaha untuk melestarikan kemiskinan itu. Padahal secara fitrahnya manusia akan merasa bersalah, merasa berdosa dan tak akan tenang dalam kehidupannya bila ia melakukan perampasan hak-hak orang lain. Tetapi justru para teolog para ahli keagamaan memberikan pembenaran teologis untuk usaha melestarikan kemiskinan itu, sehingga yang merampas hak orang lain itu akan lebih tenang (dibela oleh para ahli agama?)
Sang aktivis memberikan contoh pengalaman betapa sangat mengecewakan dan menyedihkan bahwa sebagian besar pemikiran para pemimpin yang belum memenuhi ajaran standar hakiki yang dikehendaki. Dalam suatu seminar yang dihadiri sang aktivis tentang kemiskinan di satu universitas di Jakarta dibicarakan “Bagaimana pandangan Islam tentang kemiskinan?” Hadir sebagai pembicara dalam seminar itu seorang profesor yang menyatakan “Tidak mungkin kemiskinan itu dihilangkan karena itu sudah merupakan ketentuan/takdir Allah.” beliau memperkuatnya dengan ayat “Allahlah yang memperluas rezeki dan mempersempit rezeki itu“ Atau dengan pengertian umumnya : bila ada orang miskin maka hal itu sudah merupakan kehendak Allah.“
Seorang profesor yang lain menyambutnya dengan “Kemiskinan itu giliran saya sekarang yang Allah gilirkan di antara mereka.” Beliau juga mengutip satu ayat “Dan hari-hari itu Kami pergilirkan di antara manusia.” Oleh itu, kata sang profesor, kita bersabar saja menunggu giliran kapan kita akan menjadi makmur!
Seorang profesor yang lain juga menambah suasana ramai karena menyatakan hal yang sama dan menyambung “Yang kita pikirkan sebenarnya adalah bukan bagaimana kita mengatasi kemiskinan. Itu sudah tidak bisa diatasi. Itu sudah ada sepanjang sejarah. Yang harus kita pikirkan dan usahakan adalah bagaimana kita menanamkan pada pikiran mereka pada keyakinan mereka akan kesediaan mereka untuk menerima kemiskinan yang mereka derita, dan bagaimana caranya agar mereka merasa tenang dan tenteram dalam suasana kemiskinan itu. Atau dengan kata lain kita sebagai muslim harus berusaha menyebarkan ilusi kepada mereka, agar supaya mereka merasa kaya dalam kemiskinannya.” ???
Aktivis kita hanya dapat membisu seribu bahasa dan sedih luar biasa disertai linangan air mata mendengar para cendekiawan di republik ini mempunyai pemikiran yang demikian, bagaimanakah dengan pemikiran umat secara keseluruhannya.
Pernyataan tersebut menunjukkan adanya dasar pembenaran teologis untuk kemiskinan yang kita derita sekarang. Kita mempunyai pembenaran ajaran agama untuk semua proses kemiskinan umat. Jadi ada teologi kemiskinan di samping ada teologi pembebasan. Yang dimaksud adalah segala upaya pembenaran terjadinya kemiskinan dan proses kemiskinan umat dengan pembenaran teologis.
Sekarang apa yang dimaksudkan dengan pembenaran teologis. Istilah teologis tidak begitu dikenal dalam pemikiran muslim. Teologis berasal dari orang Kristen. Tetapi bukankah dalam sejarah Islam juga banyak jalur pemikiran.
Pertama, orang yang mengkonsentrasikan pemikirannya pada masalah filsafat, khususnya pada filsafat paripatetik dari Plotinos. Kelompok ini dinamakan ahli hikmah dan fahamnya dinamakan Hikmah. Kedua adalah kelompok manusia yang memusatkan pemikirannya pada ilmu riwayah yang kemudian kelompok ini disebut para Fukaha, yang ilmunya dinamakan ilmu Fiqih. Ketiga kelompok yang mengambil logika Yunani untuk membahas masalah keyakinan dalam beragama (Ushuluddin) yang tidak hanya berkaitan dengan Tuhan, tetapi juga dengan masalah perilaku manusia. Kelompok ini menamakan dirinya sebagai Mutakalimin dan ilmunya disebut Ilmu kalam.
Ilmu kalam ini dalam perjalanan sejarahnya, ternyata jarang terdengar disebut sebagai Ilmu kalam. Mereka lebih senang dengan istilah Teologi, walaupun sebenarnya cakupan Ilmu kalam itu lebih luas dari teologi. Kalau kita membicarakan teologi kemiskinan berarti yang dimaksudkan adalah bagaimana Ushuluddin dipakai untuk membenarkan terjadinya kemiskinan dan proses pemiskinan itu. (jadi seolah-olah menurut penafsiran pemikiran mereka kemiskinan adalah sesuai dengan kehendak Allah sesuai dengan Rencana Illahi?)
Ambilah satu di antara masalah dalam mutakalimin misalnya masalah Jabariyah dan Ikhtiar. Bila dicermati maka betapa serunya para ahli ramai memperdebatkannya sehingga kemudian muncul kelompok Asy’ari yang sangat cenderung mengarah pada kelompok Jabariyah dan Mutazilah yang condong kepada Qadariyah.
Walhasil apa yang dikatakan oleh para profesor dalam seminar itu adalah merupakan cerminan dari teologi Asy’ari itu bahwa kemiskinan itu adalah sudah kehendak Illahi dan kita tak akan bisa mengatasinya. Paling-paling kita hanya bisa membantu bagaimana agar orang miskin itu menerima kemiskinannya dengan ikhlas, dengan penuh ketenangan kedamaian tidak ada sedikitpun unsur pemberontakan dalam jiwanya. Hiburlah mereka dengan ceramah-ceramah yang mengutamakan hidup miskin, keutamaan menjadi orang miskin dan keutamaan dari kemiskinan itu sendiri.
Memang teologi Asy’ari sangat condong kepada pembenaran terjadinya kemiskinan dan proses pemiskinan itu.
Di sini kita perlu sedikit mengoreksi kelompok Asy’ari itu dengan sabda Nabi sendiri bahwa “Yang paling baik adalah yang sederhana.”. Yang sederhana itu maksudnya berada di tengah-tengah, tidak kaya sekali tetapi juga tidak miskin, jadi tentunya kemiskinan juga tidak dikehendaki oleh Allah juga adanya. Sebab lain adalah bisa membawa seseorang menjadi kufur, bodoh, penyakitan dan akhirnya penderitaan sedangkan manusia dianjurkan oleh Nabi agar mencari ilmu agar mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akherat. Jadi jelas kemiskinan itu satu kondisi yang perlu dirubah menjadi kesejahteraan.
Agaknya itulah sebabnya banyak kaum muda sekarang yang timbul kesadarannya untuk mengoreksi ajaran kelompok Asy’ari. Untuk tampil mengatasi kemiskinan yang ada di negerinya masing-masing.
Dalam surat Al A’raf ayat 157 dijelaskan bahwa ada empat tugas Nabi yang jarang sekali dibicarakan, bahkan tidak disebut orang . Tugas itu adalah :
Pertama, amar ma’ruf nahi munkar;
Kedua, menjelaskan mana yang halal mana yang haram;
Ketiga, membebaskan umat manusia dari beban yang menghimpitnya dari belenggu yang memasung mereka semua; dan
Keempat, adalah menyempurnakan akhlak atau budi pekerti umat manusia seluruhnya.
Dalam pembicaraan masalah teologi ini tampaknya kita harus secara serius dan penuh kesadaran, penuh semangat menghidupkan bagian yang ketiga. Para pembawa risalah harus berusaha maksimal membebaskan umat dari beban yang menghimpit mereka dan berbagai belenggu yang memasung mereka apakah itu kemiskinan, kebodohan, kemalasan, kejumudan dan sebagainya. Tugas ini memang sangat revolusoner karenanya sangat jarang dibicarakan oleh para mubaligh. Abad pemikiran masih berlangsung dan kita masih perlu juga berpikir untuk meninjau kembali pemikiran para pendahulu yang sangat kita hormati.
“Allah tak akan menolong sesuatu kaum bila mereka tak mau berusaha menolong dirinya sendiri.“
Marilah kita tolong diri sendiri, agar nantinya mampu menolong orang lain, kelompok lain dan bangsa lain juga.@
Readmore → Apakah Itu Jabariyah, Qadariyah, Mutazilah dan Asy’ariyah?

Tolonglah Dirimu Sendiri

Tulisan ini diilhami dari buku Iman Al Ghazali yang berjudul “Surat-surat Imam Al Ghazali kepada Para Ulama, Penguasa dan Pejabat” dimana dalam isi suratnya beliau mengulas masalah orang yang sedang menghadapi sakaratul maut. Pada saat itu diperlihatkan kemampuan batin untuk melihat memori sejarah hidupnya sejak lahir hingga saat itu.
Nah dari dialog itulah didapat pelajaran penting bagi yang bersangkutan dalam menilai segala amal-perbuatan yang telah dilakukannya selama kehidupan duniawinya. Jadi tulisan ini terutama ditujukan untuk para manula seperti halnya penulis, sebagai sumbangan pemikiran dan untuk menambah informasi bagi mereka yang memerlukannya. Semoga bermanfaat.
Artikel ini berjudul “Tolonglah dirimu sendiri”. Sebab apa kita harus menolong diri sendiri? Tentu saja kita harus menolong diri kita sendiri, sebab di samping sesuai dengan penalaran sehat, juga sesuai dengan ajaran agama-agama. Dalam Al Quran ada peringatan demikian “Allah tidak akan menolong kaum, yang tidak mau berusaha menolong dirinya sendiri” Ar Raad ayat 11. Itulah alasan penulis.Kalau bukan kita, siapa lagi?
Maka pertanyaan selanjutnya adalah “pertolongan apakah yang harus dikerjakan oleh seorang lanjut usia bagi dirinya sendiri”? Itu adalah agar seorang lanjut usia atau siapapun berusaha mencari ilmu pengetahuan yang akan menyelamatkan kehidupannya di dunia ataupun di hari kemudian nanti dan di akherat.
Jadi yang terutama harus diusahakan selama masih hidup di dunia ini adalah berusaha mencari ilmu pengetahuan walaupun sampai ke Negeri China. Seperti peringatan Nabi Muhammad “Barangsiapa yang menginginkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia, dia harus berilmu. Barangsiapa yang menginginkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di akherat, dia pun harus berilmu. Barangsiapa menginginkan keselamatan hidup di dunia dan kehidupan akherat maka dia pun tetap harus berilmu.“
Jadi jelasnya bila kita ingin selamat dimana pun kita berada kita harus berilmu. Dengan ilmulah kita akan mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan kemudian kebebasan. Ilmulah yang akan menolong kita agar tidak terjerumus ke dalam lembah derita.
Para manusia lanjut usia (lansia) yang telah melampaui usia enampuluhan tentulah karena berilmu, tetapi apakah juga akan selamat dan bahagia di kehidupan mendatang? Mudah-mudahan juga akan mendapatkan itu.
Bila ada lansia yang meragukan hal itu, inilah informasi bagi mereka-mereka yang mencari informasi atau ilmu semacam itu. Sebab ilmu juga merupakan cahaya yang menerangi jalan ke surga.
 
Sakaratul Maut
Bagi umat Islam, banyaklah peringatan-peringatan yang diberikan Nabinya, agar selalu mengingat akan mati, dengan itu akan selalu menyadari bahwa hidup bersifat sementara. Dan dalam kesementaraan itulah kita harus bersiap-siap menghadapinya, karena ternyata ada lanjutan dari kehidupan sekarang dan harus dihadapi juga. Masuk ke alam barzah dan kemudian ke alam akherat.
Oleh karena itulah informasi kehidupan di seberang sana itu perlu dan penting untuk diketahui dan dipelajari, sehingga persiapan untuk masuk ke daerah sana tidak akan sia-sia. Dalam hal ini Al Quran telah memperingatkan “Barang siapa yang tak berpengetahuan di dunia ini (buta mata hatinya), maka di akheratpun demikian pula halnya dan bisa tersesat dari jalan yang benar.” Al Isra ayat 72.
Tetapi karena Tuhan Maha Bijaksana, maka beliau mengajarkan agar seseorang mendapatkan pertolongan pada saat menghadapi sakaratul maut yang menakutkan bagi sebagian orang.
“Wahai Tuhanku masukanlah daku dari pintu yang indah. Dan keluarkanlah pula daku dari pintu nan indah. Berilah dari sisimu satu kekuatan untuk menolongku…..” Al Isra ayat 78
Penafsiran dari ayat itu adalah masukanlah dari pintu nan indah, adalah agar jiwa dapat keluar dari badan jasmani dalam keadaan baik/selamat masuk ke alam barzah/astral, melalui kepala.
Keluarkanlah dari pintu nan indah pula. Penafsirannya adalah ketika jiwa sudah lama ditahan di alam barzah agar dilepas/dibangkitkan ke muka bumi dalam keadaan baik dan selamat pula, melalui Rahim Ibu-Ibu (lihat pula Al Hajj ayat 5)
Perlu diketahui juga bahwa menurut ajaran Tarekat/Tasauf, jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal itu dapat dibagi tiga:
1. Kembali pada haknya Adam
2. Kembali pada haknya Muhammad dan
3. Kembali pada haknya Allah.
Tujuan yang utama adalah kembali kepada haknya Allah (Inna illaihi rajiun) karena itu yang belum mampu dia harus kembali pada haknya adam dan dia harus balik ke muka bumi lagi, karena belum mampu menyucikan dirinya, belum mampu mengalahkan nafsu-nafsu duniawinya bahkan masih dikuasai olehnya. Dalam pandangan Okult, inilah ajaran keharusan sang jiwa untuk kembali ke dunia agar mengulangi pelajaran-pelajaran menyucikan diri lagi se hingga mencapai kesucian tertentu yang telah digariskan.
Pembaca yang budiman. Betapa lengkap Al Quran memberikan pelajaran pada manusia agar berdoa mohon bimbingan agar nanti dalam menghadapi sakaratul maut diberi kemudahan/keselamatan. Agar nanti diberi kemudahan dan keselamatan pula pada waktu dibangkitkan ke dunia melalui Rahim Ibu-Ibu, yaitu dengan pertolongan para makhluk halus/para Malaikat.
Pembaca yang budiman, memang doa tersebut adalah pengajaran agar umat Islam nantinya dibangkitkan di kampung akherat di satu tempat yang terpuji (bukan tempat yang kumuh), setelah mereka mengerjakan sembahyang sunah di malam hari jam dua malam. Lihat ayat Al Israa ayat 78-80 dan An Nahl ayat 30.
Agar benar-benar memahami maksud dan tujuan doa tersebut, maka perlu sekali memahami dan kemudian membedakan antara alam barzah, alam akherat, tujuh tingkatan alam, tujuh bumi, dan seterusnya.
 
Tujuh tingkatan alam
Adanya tujuh tingkatan alam dijelaskan dalam berbagai ayat Al Quran diantaranya ialah dalam surat An Naba, Nuh, Al Mulk, Al Muminun, Al Qaf, Fushilat, Ath Thalaq . Tetapi dalam Al Quran disebut sebagai tujuh tingkatan langit. Yang berada di alam semesta raya ini. Katakanlah alam pertama adalah daerah dimana Matahari kita berada, satu daerah yang menjadi sumber kehidupan di muka bumi, tetapi mempunyai derajat kepanasan yang luar biasa, juga getaran yang sangat tinggi luar biasa dan memancarkan gelombang getarannya ke daerah sekelilingnya. Ketika gelombang getaran yang panas itu tiba di bumi, maka getarannya sudah sangat lemah sehingga menjadikan bumi mampu menjadi tempat proses bertumbuhkembangnya makhluk-makhluk yang beraneka ragam.
Nama alam-alam dalam ajaran Tasauf adalah:
Alam Ahadiyah
Alam Wahidiyah
Alam Wahdaniyah
Alam Lahut / Arwah
Alam Malakut / Ajsam
Alam Jabarut / Mitsal
Alam Nasut / Insan Kamil
Alam-alam tersebut mempunyai getaran, warna-warna, kehalusan dan juga sifat-sifat yang berbeda-beda. Alam-alam itu dapat dibagi menjadi dua. Yang kekal dan yang tidak kekal, batasnya adalah di antara/di tengah alam Malakut. Jadi ada alam Malakut yang tinggi /luhur dan ada alam Malakut yang rendah. Dari alam malakut rendah ke alam jabarut inilah disebut alam barzah, alam penantian atau alam kubur dimana para arwah-arwah manusia yang sudah meninggal menunggu dibangkitkan kembali ke muka bumi. Yang dimaksudkan adalah kebangkitan melalui Rahim Ibu-Ibu, sebagaimana dimaksudkan dengan ayat 5 surat Al Hajj, yaitu kiamat sugra. Di kalangan kaum Okult, alam ini dinamakan Triloka.
Adapun sifat dari alam Triloka ini adalah menarik manusia agar tetap menjadi penghuni bumi, sedangkan sifat alam Malakut luhur adalah menarik jiwa-jiwa manusia agar pulang ke sumber asal nya. Inna illaihi rajiun. Jadi ada dua kekuatan: gravitasi matahari menarik jiwa-jiwa manusia ke atas dan gravitasi bumi menarik jiwa-jiwa manusia agar tetap mencintai bumi. Sebelum jiwa manusia mampu membebaskan diri dari triloka maka dia harus bolak-balik datang ke bumi untuk belajar… belajar ... dan … belajar lagi,
 
Tantangan bagi Jin dan Manusia
Tuhan berbicara melalui Ar Rahman ayat 33, menantang jamaah jin dan manusia :
“Hai jamaah Jin dan Manusia jika kamu sanggup menembus batas penjuru bumi dan langit, maka tembuslah. Kamu tak akan mampu menembusnya kecuali kamu mempunyai kekuatan.” Ini adalah ulangan kata-kata dari Bhagavad Gita:
“Wahai yang terbaik di antara manusia, hanya ada dua jenis manusia yang mampu menembus langit untuk menuju Brahman. Mereka adalah para Saniasin yang menjalani yoga dan para Ksatriya yang gugur di medan perang.”
(Yoga adalah pengetahuan untuk bersatu dengan Brahman)
Tetapi dalam Al Quran ada lagi ayat yaitu pada surat Shaad ayat 10:
“Atau bagi mereka Kerajaan yang ada di langit dan bumi, maka cobalah mereka berlomba-lomba naik melalui tangga menuju kerajaan langit itu.”
Itulah satu tantangan yang menarik bagi jamaah jin dan Manusia, agar manusia mengerti ada tujuan tertinggi dalam kehidupan ini sebagaimana panggilan-Nya:
“Hai jiwa-jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dalam keadaan ridho dan diridhoi Nya ….” Al Fajr ayat 28-30.
Nah, itulah satu tantangan dan juga satu pelajaran, agar manusia mengetahui tujuan hidup akhir dan harus berusaha untuk mencapainya. Pulang ke Hadlirat-Nya, dengan menghimpun segala kekuatan dan kemampuan menembus penjuru langit dan bumi.
Untuk mendapatkan kekuatan, tentunya manusia harus banyak pengetahuan, agar banyak pengetahuan harus banyak belajar, banyak membaca. Itulah agaknya ayat pertama yang turun adalah iqra… iqra… iqra… bacalah… bacalah….bacalah.
Dengan membaca dan merenung maka akan disadari bahwa hanya seseorang yang berpengetahuan, keimanan, kesucian dan berjiwa tenang yang akan cepat untuk mencapai tujuan akhir.
Lalu bagaimanakah dengan mereka yang belum berminat, untuk pulang ke Hadlirat-Nya, untuk menembus penjuru langit dan bumi? Keluar dari siklus alam barzah/alam triloka? Inilah satu hal yang belum banyak direnungkan oleh umat Islam, mereka lebih suka berkunjung ke Tanah Suci/ber-Haji yang jaminannya adalah surga
Maka inilah satu tantangan pula bagi umat Islam khususnya. Karena dia sudah diberi perangkat kehidupan berupa, badan jasmani, akal, hati, jiwa dan roh yang seharusnya digunakan untuk memahami hubungan alam-alam dan manusia/makhluk yang hidup di dalamnya secara maksimal, kemudian melaksanakan dalam kehidupan agar cepat tercapai tujuan hidup yang hakiki.
 
Siklus Jiwa-Jiwa
Agar kita mendapatkan wawasan yang lebih luas lagi, kita harus berani menegakkan ajaran agama yang sesuai dan maksud yang hakiki dalam Al Quran dan Al Hadits. Tanpa keberanian berfikir kritis kita tak akan mendapatkan pengetahuan yang berguna dalam hidup ini.
Sesungguhnya Al Quran telah mengetengahkan ajaran yang terang dan jelas, tetapi karena begitu jelasnya, malahan pandangan mata menjadi kabur sehingga tak mampu memahami apa-apa yang tersirat di dalamnya.
Ayat berikut ini adalah satu hukum di daerah tiga alam/triloka dimana jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal berdiam, menunggu dibangkitkan kembali/kiamat sugra. Dibangkitkan melalui Rahim para Ibu. Ia dinamakan hukum Siklus jiwa-jiwa. Jiwa-jiwa manusia yang belum mencapai kesucian tertentu, karena masih lebih mencintai dunia, belum ada kecenderungan untuk naik ke tingkatan yang lebih tinggi :
Allah berfirman “Di bumi ini kamu hidup dan di bumi ini kamu mati dan dari muka bumi pula kamu akan dibangkitkan.” Al Araaf ayat 25.
Bila Anda ragu-ragu tentang arti kebangkitan maka kebangkitan adalah ……. ”Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi ………” Al Hajj ayat 5.
Jadi bila kita mendengar di bumi ini setiap hari ada 300.000 bayi-bayi dilahirkan maka itulah yang dinamakan hari kiamat ….
Apa yang tersirat dalam ayat 5 Al Hajj itu sangat jelas, bahwa setiap saat setiap detik hari ini ada bayi yang dilahirkan, agar nanti jiwanya bangkit maju tumbuh berkembang naik ke atas.
Dari manakah datangnya jiwa-jiwa bayi yang baru lahir itu? Ayat berikut ini memberi penjelasan:
“Allah menerima jiwa-jiwa orang mati dan tidak mati dalam tidurnya di alam barzah. Dan menahan yang Ia hukumkan mati atasnya. Kemudian melepaskan yang lain, untuk suatu masa yang ditentukan. “ Az Zumar ayat 42.
Menurut penjelasan ayat tersebut, maka ada jiwa-jiwa yang ditahan Allah di alam barzah, ada pula jiwa-jiwa yang dilepaskan dari alam barzah dibangkitkan ke muka bumi melalui rahim para Ibu untuk suatu masa yang ditentukan (umurnya selama hidup di muka bumi).
Jadi jiwa-jiwa yang berada di alam barzah, ditahan menurut ketetapan Allah, sampai hari kebangkitan setelah ada masa penahanan kemudian dilepaskan (lihat ayat 56 Ar Ruum)
Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan (esoteris) dan keimanan “Sesungguhnya kamu telah lama berdiam di alam barzah/alam kubur menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit. Maka sekarang inilah hari kebangkitan itu, yang kamu tidak meyakininya.”
Jelas sekali jiwa-jiwa berdiam/ditahan di alam Barzah menurut ketetapan Allah sampai waktunya dia dilepas harus berbangkit, maka sekarang inilah (ketika jiwa-jiwa sudah masuk ke rahim para Ibu menjadi bayi-bayi) harus dilahirkan berbangkit. Dengan demikian dimana ada bayi dilahirkan itulah dinamakan hari kebangkitan jiwa-jiwa manusia/atau yang dinamakan kiamat sugra. Kita harus bisa membedakan antara kiamat bumi/kubra dan kiamatnya manusia/kiamat sugra. Masing-masing harus diletakkan pada tempat dan saat yang tepat dan benar. Kiamat kubra satu paket dan kiamat sugra satu paket.
Kiamat kubra adalah hari pengadilan besar dimana umat manusia nantinya di seleksi besar-besaran, sehingga nantinya ada yang masuk ke golongan kanan dan ada pula yang masuk ke golongan kiri. Nah agar kita tidak termasuk ke golongan kiri kita harus bekerja keras membantu Rencana Illahi, harus banyak belajar hingga sebelum datangnya hari kiamat itu kita sudah mampu naik ke tingkatan manusia suci atau masuk ke golongan kanan.
Sedangkan golongan kiri akan dihisab di alam barzah untuk masa yang sangat lama, kemudian dibangkitkan di bumi mendatang dikumpulkan dengan makhluk-makhluk yang baru menjadi manusia. Ini juga satu hukuman, karena harus membimbing mereka, berkumpul dengan mereka orang-orang primitif, sementara saudara-saudaranya yang masuk golongan Kanan sudah berada di dalam surga, atau tugas-tugas lain membantu Rencana Illahi.
Apakah Anda sudah memahaminya, bahwa tujuan akhir kehidupan adalah menjadi manusia sempurna sebagaimana tujuan yang digariskan Nabi Muhammad “Tidak dibangkitkan daku ke muka bumi kecuali untuk menyempurnakan akhlak/budi pekerti umat manusia.” Sekarang bilamana sejak kematian seseorang dan jiwanya berada di alam barzah menunggu datangnya kiamatnya bumi, untuk dibangkitkan, dan langsung masuk pengadilan besar, untuk divonis masuk surga atau neraka. Maka kapankah jiwa-jiwa itu akan belajar mempelajari syariat Muhammad, agar juga mencapai kesempurnaan seperti anjuran Nabinya? Menjadi Insan kamil.
Bukankah ayat yang jelas adalah bahwa dalam siklus jiwa-jiwa dikatakan….. Dia melepas yang lain untuk satu masa yang ditentukan…. Az Zumar ayat 42 dan tidak dikatakan…. menunggu sampai datangnya kiamat besar…..?
Bukankah menurut para ahli Astronomi bumi ini masih akan bisa bertahan hingga lima milyard tahun lagi, lalu apakah yang diperbuat oleh jiwa-jiwa manusia yang berada di alam barzah itu? Sedangkan tujuan kehidupan adalah menyempurnakan diri.
Agaknya inilah satu PR bagi para ulama dan memang umat Islam sudah lama terbelenggu oleh pemikiran, yang sudah tidak sesuai dengan zaman dan agaknya memang terkena pengaruh dari ajaran lain sehingga karena pengaruh itu penafsiran tidak sesuai dengan Hukum-hukum Illahiah yang diajarkan Al Quran sendiri.
Hukum Siklus jiwa-jiwa telah jelas bahwa ada jiwa orang mati yang ditahan di alam barzah dan ada jiwa-jiwa yang dilepas kembali (setelah menetapi masa yang ditentukan Allah, Ar Ruum ayat 56) Jadi siklus itu akan berjalan terus selama seseorang belum mampu menghentikannya, yaitu ketika seseorang sudah mencapai tingkatan kesucian tertentu. Ini akan berlangsung sampai hari kiamatnya bumi. Makanya kita harus menggunakan waktu yang ada sekarang untuk belajar sebanyak-banyaknya agar mampu mencapai kesucian yang dimaksudkan dan nantinya masuk golongan Kanan.
Hukum siklus jiwa-jiwa telah dijabarkan dalam surat Al Baqarah ayat 28 : “Mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal dulunya kamu mati (berada di alam barzah), lalu Ia hidupkan kamu (dibangkitkan kembali melalui rahim ibu ke muka bumi), kemudian matikan kamu (dan berada di alam barzah) dan menghidupkan kamu lagi (melepaskan kembali ke muka bumi melalui rahim ibu” (Al Hajj ayat 5), kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan“
Jadi sangat jelas adanya siklus hidup dan mati yang berulang itu tujuan akhirnya adalah mencapai kesempurnaan/kembali pada-Nya/Inna illaihi rajiun.
Contoh siklus hidup manusia… periode kegiatan sejak pukul 6 pagi hingga 6 sore, dilanjut dengan periode istirahat dari pukul 6 sore hingga pukul 6 pagi hari…. Siklus ini berjalan terus hingga seseorang mencapai usia tua…. Masa kegiatan adalah untuk belajar mengembangkan potensi diri agar tumbuh maju.
Contoh siklus Jiwa manusia adalah … hidup dari bayi hingga masa tua. Dari masa kanak-kanak dia belajar membentangkan potensi dirinya hingga sampai masa tua. Setelah masa tua diberi istirahat/ditahan di alam barzah menurut ketetapan Allah dan untuk menyucikan diri seraya menghimpun tenaga/kekuatan lagi. Setelah itu sang jiwa dilepas kembali melalui rahim ibu untuk bangkit lagi di muka bumi di kampung atau negeri akherat. Dia mendapatkan jasmani baru, sehingga mempunyai potensi yang segar dan baru guna membentangkan potensi dirinya seraya melanjutkan pelajaran yang belum dikuasainya di muka bumi. Demikian terus-menerus.
Ayat 28 Al Baqarah adalah pelajaran dasar mengenai adanya ulangan hidup dan tujuan akhirnya, kembali pada-Nya dan berlangsung di muka bumi ini juga, sebab manusia adalah makhluk bumi (Al Araaf 25) jadi tidak ada jiwa-jiwa yang harus menunggu hingga datangnya kiamat bumi untuk dihizab. Sebab apa? sebab Allah itu akan menghizab atau memperhitungkan segala amal perbuatan manusia itu secara cepat, tidak menunggu hingga kiamatnya bumi …. Dialah pemegang Hukum Yang Adil dan membuat perhitungan dengan cepat….” Al An’aam ayat 62.
Jadi yang dinamakan negeri atau kampung akherat itu adalah di muka bumi ini juga dunia masa depan sebagaimana H. Agoes Salim dan filosof Ibnu Arabi mengatakan “ ….. manusia dalam kehidupan akherat senantiasa berpindah-pindah dari satu keadaan ke keadaan yang lain seperti keadaan mereka di dunia juga ….” Artinya proses belajar bagi manusia tetap berlangsung dan pembukaan hijab-hijab berlangsung terus tak kunjung henti hingga mencapai titik kesempurnaan.
Jadi dengan itu hukum Siklus mengharuskan manusia dibangkitkan kembali ke bumi, mengulangi kehidupan sebagai manusia agar belajar dan terus belajar hingga mencapai titik finis, mencapai kesucian tertentu hingga menjadi sempurna. Mampu menembus penjuru langit dan bumi.
Allah menjadikan Matahari sebagai sumber kehidupan makhluk-makhluk di planet-planet anggotanya, di bumi-bumi yang tujuh, di langit-langit yang juga, tujuh, sehingga makhluk-makhluk di dalamnya dapat berkembang membentangkan potensi dirinya.
Dijadikan Bumi berputar pada porosnya, seraya mengedari Matahari sehingga terjadilah musim dan periode siang dan malam. Malam hari untuk sebagian besar makhluk adalah untuk beristirahat dan siang hari untuk bekerja mengadakan kegiatan.
Di antara tujuh bumi yang disediakan Allah, maka manusia sedang menggunakan Bumi yang keempat. Yang tiga sudah kiamat dan yang tiga lagi sedang dipersiapkan.
Pada waktu bumi ini menggantikan bumi yang lain, karena bumi yang lain itu sudah tak mengandung zat-zat kehidupan lagi. Al Qur’an Ibrahim ayat 48. Menurut pakar Astronomi, bumi kita masih berupa kabut gas yang menyala-nyala hingga berproses beberapa ratus juta tahun. Barulah setelah permukaannya agak mendingin dan membentuk daratan yang memungkinkan kehidupan makhluk-makhluk, barulah dibentuk atau dalam istilah agama dibangkitkan kembali makhluk-makhluk dari jenis mineral, tetumbuhan, hewan dan manusia berdasarkan apa-apa yang telah dihasilkan oleh bumi yang sudah kiamat itu. Dalam ajaran agama dikatakan bahwa adam itu diturunkan dari surga, maka maksud yang sebenarnya adalah dari bumi-bumi yang sudah kiamat itu/bumi-bumi yang zat-zat kehidupannya sudah habis digunakan oleh para makhluk pada saat itu. Maka karena makhluk-makhluk itu ditakdirkan agar dapat kembali pada penciptanya, mereka dibangkitkan kembali di bumi kita ini, agar melanjutkan pelajaran dan membentangkan potensi Illahi yang ada dalam dirinya. Sebagaimana anjuran Nabi Muhammad “Tumbuhkanlah sifat-sifat Tuhan dalam dirimu.”
Sedangkan bila bumi kita ini kiamat, maka para makhluk dipindahkan ke bumi yang akan datang termasuk manusia yang belum mencapai titik finish dalam kehidupan sekarang ini.
Nah itulah tujuan Allah menciptakan tujuh bumi di dalam tujuh tingkatan langit/alam agar nantinya di bumi yang ketujuh semua makhluk sudah mencapai tingkatan kesucian tertentu atau sudah mencapai kesempurnaan seperti yang telah digariskan. Bilamana semua makhluk telah mencapai tingkatan yang digariskan maka selesailah satu Manvantara dan kiamat besar pun terjadilah. Ayat dalam Al Quran adalah An Najm ayat 42 “...Akhirnya kepada-Nyalah semua akan kembali segala sesuatu…”
Pembaca yang budiman. Demikianlah agaknya pengetahuan mengenai alam barzah alam akherat dan bumi-bumi kita yang tujuh di langit yang tujuh di alam semesta ini. Sebagai bekal nanti bagi seorang lansia yang akan menemui dialog pada saatnya sakaratul maut, berdialog dengan dirinya sendiri, setelah melihat memori kehidupan yang melintas di hadapannya. Dari dialog yang sangat singkat itu tentunya akan dihasilkan satu keputusan atau kesimpulan yang bermanfaat digunakan di alam barzah.
Pengetahuan yang penting
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa keselamatan dan kebahagiaan akan diraih bila kita berilmu. Maka dengan ilmu pula kita akan mampu mengatasi rasa takut, karena kita telah mengetahui semua proses yang telah dan akan terjadi. Dan semua berdasarkan hukum sebab akibat. Dengan tidak membuat satu sebab yang akan membuat menderita, maka tak ada akibat yang harus ditanggungnya. Itulah ilmu atau pengetahuan yang penting, di samping ada ilmu pengetahuan lain yang juga penting ialah pengetahuan tentang adanya kehidupan di seberang sana, suatu pengetahuan yang harus dimengerti sungguh-sungguh, kehidupan di alam barzah alam kubur atau alam penantian.
Seorang okultis besar Dr. Annie Besant mengatakan bahwa yang ia temukan di seberang sana ialah bahwa baik orang laki-laki atau wanita yang telah melalui pintu gerbang sakaratul/kematian orang itu tak berubah tetapi masih sama, berwujud seperti pada waktu ketika berjasmani. Adanya peralihan itu tak membawa perubahan besar (seperti sering dijumpai dalam mimpi)
Di seberang sana di alam kubur, kita akan sama halnya dengan di sini. Kematian tidak membuat satu keajaiban. Bila seseorang meninggal dan masih membawa segala keinginan-keinginan duniawi yang masih kuat dalam dirinya, maka ia akan bangun di seberang sana dengan segala keinginan-keinginan yang kuat itu pula. Segala keinginan, perasaan dan kebutuhan akan sama.
Bila demikian halnya kita dapat menganalisa keadaan di sana. Apakah Anda akan berbahagia atau menderita adalah tergantung analisa Anda sendiri.
Pernahkah Anda mendengar satu ayat dalam Al Quran “…. Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah satu permainan dan sesuatu yang melalaikan …” Al Hadid Ayat 20.
“Kekayaan dan putera adalah perhiasan dunia dan amal baik yang tetap kebaqaannya di sisi Tuhanmu adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhan dan baik menjadi harapan …” Al Kahfi ayat 46.
Maka agaknya berdasarkan ayat-ayat tersebut umat beragama dilatih, diberitahu agar tidak terlalu cinta dunia, cinta kepada kehidupan dunia yang akan membawa derita di alam sana, agar berlatih menahan diri dari makan minum yang berelebihan, sex, emosi, pikiran buruk dan semua sifat negatif, sehingga dengan adanya latihan itu nantinya akan dengan mudah ditinggalkan bila waktunya naik ke alam sana.
Sekarang kita bayangkan bila kita mempunyai hobby yang rendah dan kasar, maka di alam sana kita tak akan dapat melampiaskan hobi tersebut karena kita tidak mempunyai badan jasmani lagi.
Seorang pemabuk/perokok atau seorang yang mempunyai hobi makan enak, akan menderita karena di sana tidak ada barang-barang tersebut. Seorang yang dalam kehidupan dunia selalu menyerah kepada keinginan nafsu-nafsu badan wadagnya, yang kasar dan bersifat kebendaan, tak diragukan lagi bahwa orang tersebut akan banyak mengalami derita di alam sana.
Di sini kita perlu peringatan Tuhan “Bahwa Tuhan tak menganiaya manusia, tetapi manusia itu sendiri yang menzalimi dirinya ….”
Juga peringatan sang Nabi “Ingatlah bahwa segala perbuatanmu itu akan dikembalikan kepadamu sendiri, sehingga seolah-olah kamu sendirilah yang menciptakan hukumanmu….”
Jadi jelaslah bahwa segala derita atau bahagia yang ditemukan di alam sana adalah akibat dari dalam diri manusia itu sendiri, maka diri Anda sendirilah yang menjadi pelindung yang aman.
Penderitaan atau kebahagiaan di sana adalah akibat mutlak dari watak yang telah dikembangkan semasa kehidupan dunia. Maka bilamana mereka mampu menundukkan kecenderungan-kecenderungan yang negatif ini, mereka seketika akan bebas. Nah disinilah kita bertemu lagi tentang perlunya satu ilmu pengetahuan.
Sebagai kata penutup perlu diketahui bahwa manusia adalah makhluk istimewa yang “diciptakan” berproses melalui 7 tingkatan alam, sehingga mempunyai 7 badan pula. Badan jasmani adalah yang terpadat. Bila jasmani mati, masih ada 6 badan lagi, badan perasaan, pikiran, intuisi dan seterusnya. Di antara 7 badan itu kita baru menggunakan tiga per tujuhnya, maka tugas sekarang adalah berusaha mengaktifkan yang empat per tujuhnya agar mencapai tingkatan manusia sempurna, mampu menembus penjuru langit dan bumi. @
Readmore → Tolonglah Dirimu Sendiri

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.