Pada kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi adalah para korbannya sebagian besar pada kaum ibu. Di samping fisiknya lemah, perasaannya juga lebih halus, sehingga untuk melawan kekerasan-kekerasan merasa tidak mampu dan juga tidak tega. Selalu mengingat akibat-akibat yang akan terjadi pada dirinya dan pada keluarga serta putra-putrinya. Ditambah rasa kasih dan cintanya yang mendalam terhadap sang suami sehingga mampu berkorban untuk menerima dengan tulus perlakuan-perlakuan yang tidak wajar terhadap dirinya.
Sedangkan si suami masih termakan oleh pengertian-pengertian yang mengajarkan bahwa kaum pria lebih unggul daripada kaum wanita. Dengan pengertian yang demikian maka ge'er dari kaum pria jadi membengkak, selalu ingin diistimewakan oleh kaum wanita, dalam pelayanan maupun penghormatan.
Di negara-negara dimana pengertian semacam itu ditanamkan secara mendalam kedudukan kaum wanita hanya sebagai boneka hidup saja. Apalagi sebelum dicetuskannya pengertian emansipasi bagi kaum wanita. Para penguasanya punya istri, harem, selir sampai belasan orang, dua puluh lima, bahkan ada yang sampai berjumlah empat puluh orang lebih. Tentang manajemennya? Jelas tidak ada keadilan. Sebab bagi yang paling mampu memberikan kepuasan akan paling disayang dan yang lain pasti jadi terlupakan. Malam-malamnya berlalu hanya dengan membayangkan bintang-bintang yang bertaburan di langit.
Karena sebagian besar peraturan atau undang-undang dibuat oleh kaum pria maka keberadaannya juga mewakili kepentingan si pembuat, yang dalam banyak hal merugikan kaum wanita. Banyak jabatan yang tidak boleh dijabat oleh kaum wanita. Juga banyak negara yang melarang wanita menjadi kepala negara. Juga fungsionaris-fungsionaris di bidang keagamaan jarang sekali yang dijabat kaum wanita. Mungkin ada kekhawatiran kalau-kalau peraturan yang dibuat akan lebih banyak mewakili kepentingan kaum wanita? Anda pasti akan kesulitan mencari nama seorang wanita sebagai pejabat KUA, apalagi menteri agama. Kaum wanitalah yang tahu persis bagaimana berat tugas dan tanggung jawab sebagai seorang ibu, yang memerlukan kesiapan dan kematangan pada masalah umur. Jangan sampai perkawinan sebagai perahu untuk menuju pantai bahagia menjadi karam karena dipenuhi tetesan air mata.
Bagaimana pun juga pada usia yang masih remaja putri dimana pikirannya sedang melambung tinggi mengkhayalkan masa depannya masih gemar berputar-putar di depan kaca besar dengan pakaian barunya yang akan dipakai untuk menghadiri pesta ulang tahun temannya. Dan berharap kehadirannya akan menarik perhatian para undangan baik dari cewek maupun cowok. Saat-saat demikian biasanya sangat dinanti-nantikan karena merupakan kesempatan untuk tampil di arena yang lebih luas. Di samping melatih diri agar tidak menjadi remaja yang kuper. Juga untuk menambah pengalaman dan wawasan.
Semakin luas wawasan dan pengalamannya akan semakin matang dalam menyelesaikan problem-problem yang muncul. Dengan dipaksakannya usia remaja mengemudi bahtera rumah tangga maka akan kerap terjadi salah langkah. Apalagi kalau perkawinannya termasuk kategori produktif, artinya belum satu tahun sudah punya momongan yang bisa menambah kesibukan.
Kesalahkaprahan kerap terjadi terhadap kehadiran anak yang terlalu dini. Terutama bagi bapak sang anak yang tidak menyadari bahwa kehadiran sang anak bukan kehendaknya, sehingga merasa agak terganggu dengan kehadirannya. Merasa belum siap, dan lain-lain yang semuanya merupakan kekecewaan dan akan merupakan perakitan bom waktu yang suatu saat bisa meledak. Karena sudah didasari kekecewaan maka kesalahan yang tak seberapa menjadi penyebab uring-uringan.
Tidak mau membantu untuk meringankan tugas-tugas sang istri yang kebingungan dan keteteran menyelesaikan pekerjaan sehari-hari.
Memasak, mencuci peralatan dapur, mencuci pakaian, sambil mungkin menggendong si kecil yang kadang-kadang suka rewel minta nete terus. Hidup di perantauan, penghasilan pas-pasan, merupakan pergulatan hidup yang melelahkan bidang fisik, mental, maupun perasaan bagi kaum ibu.
Di negeri yang para punggawanya rasa harga dirinya masih sangat tipis sedang rasa tidak tahu malunya terlalu tebal yang bermuara pada keserakahan di segala bidang, maka nasib kaum ibu akan selalu memprihatinkan. Keserakahan-keserakahan yang menjadi hobi para punggawa menyebabkan dana-dana untuk pembangunan sarana-sarana penyerap tenaga kerja menjadi jarahan yang menggiurkan. Misalnya pembangunan-pembangunan hanya tinggal rencana karena dana sebagai pendukung utama kebanyakan raib. Yang sempat muncul terbengkalai, yang sempat jadi kualitasnya sangat tidak layak.
Harga pekerjaan menjadi sangat mahal. Apalagi bagi para wanita, untuk kaum pria saja sangat sulit untuk mendapatkannya. Akhirnya hanya bisa menggantungkan pada suami untuk menjalani hidupnya. Dan terpaksa tidak bisa menuruti himbauan punya anak cukup dua saja. Karena dari kenyataan yang ada dua orang anak belum tentu mampu menopang hari tua orang tuanya, sehingga kerepotan dan penderitaan macam apapun rela menanggungnya dalam mengurus dan mendidik putra-putrinya.
Sedangkan sebagian para suami tidak mau tahu atas segala penderitaan istrinya di samping telah sibuk mencari nafkah juga sudah kemasukan banyak informasi yang menyatakan keunggulan kaum pria. Hampir semua kesalahan menjadi santapan para istri. Kalau ditentang ngamuk.
Seperti halnya informasi atau ungkapan yang menyatakan bahwa : Surga itu ada di bawah telapak kaki ibu. Pengertian sebenarnya bahwa siapa saja yang berlaku bakti dan hormat pada ibunya akan selalu mendapatkan keberuntungan (surga). Tetapi terjemahan tersebut telah diplintir menjadi : kaum ibu yang bisa memberi kenikmatan/kepuasan (surga). Hal ini terbukti dari sementara orang yang punya pengertian belakangan, beristri banyak untuk mendapatkan kenikmatan atau kepuasan sebanyak mungkin.
Sedangkan kalau ada seorang wanita sering gonta-ganti suami kalau ada seorang wanita punya dua suami, para pria akan mencak-mencak dan mengobral stempel kurang terpuji pada wanita tersebut.
Inilah bentuk-bentuk penindasan kaum pria pada kaum wanita dari waktu ke waktu, dari jaman ke jaman. Tidak mengingat bahwa kaum wanitalah yang membuat dunia ini menjadi tempat tinggal yang penuh simfoni dan merupakan tempat pendidikan bagi umat manusia agar mengalami kemajuan-kemajuan akhirnya mencapai kesempurnaan. Tanpa pengorbanan kaum wanita yang mau mengandung, melahirkan dan memelihara generasi penerus dunia ini hanya hutan belukar yang dihuni para satwa. Maka sudah seharusnya kaum pria mengubah pandangan terhadap kaum wanita untuk tidak memandang lebih rendah daripada kaum pria.
Kalau ada ungkapan lagi yang menyatakan bahwa isi neraka sebagian besar adalah wanita. Penyebabnya adalah kaum pria. Di dunia nyata ini penyebab penderitaan kaum wanita juga kaum pria. Karena kebanyakan rasa superiornya tidak untuk melindungi kaum wanita yang lebih tetapi justru untuk menindasnya.
Beruntunglah bagi para insan yang memahami dan meyakini adanya hukum ulangan hidup (reinkarnasi) untuk menuju kesempurnaan dalam mencermati mengapa perbandingan antara kaum pria dan kaum wanita semakin banyak wanitanya? Karena perilaku kaum pria yang merendahkan kaum wanita supaya dirasakan oleh kaum pria tersebut dalam ulangan hidup berikutnya sebagai wanita agar merasakan pedih dan pilunya mendapat perlakuan yang sewenang-wenang.
Adanya suasana damai tenteram pada suatu keluarga maka ibu dari anak-anak akan fokus dalam menjalankan tugas sehari-hari terutama dalam mengasuh dan mendidik putra-putrinya. Karena telah dilandasi perasaan aman damai tentram maka segala aktivitasnya memancar getaran yang halus lembut termasuk terhadap putra-putrinya, sehingga mereka akan tumbuh menjadi insan-insan yang menyukai keadilan, ketentraman dan kedamaian. Tidak menyukai tawuran, kekerasan apalagi kekejaman. Dan akan menjadi generasi berkualitas, yang merupakan bibit-bibit unggul. Yang perlu diingat bahwa kualitas putra-putri merupakan cermin kualitas dari kedua orang tuanya di samping cermin dari sistem pendidikan yang ada.
Dan yang jelas tindakan-tindakan emosional maupun terencana berupa kekerasan, kekasaran, keserakahan, kejahatan, kesewenang-wenangan, maupun kekejaman yang bersifat merugikan pihak lain akan menambah kepekatan getaran-getaran kasar yang sudah memenuhi bumi, sehingga tindakan-tindakan yang demikian berarti ikut andil sebagai penyebab semakin kalutnya keadaan di muka bumi ini. Dan sebagai penyebab pasti akan mendapat imbalan secukupnya, menurut kadar dan jenis tindakannya.
Sedangkan si suami masih termakan oleh pengertian-pengertian yang mengajarkan bahwa kaum pria lebih unggul daripada kaum wanita. Dengan pengertian yang demikian maka ge'er dari kaum pria jadi membengkak, selalu ingin diistimewakan oleh kaum wanita, dalam pelayanan maupun penghormatan.
Di negara-negara dimana pengertian semacam itu ditanamkan secara mendalam kedudukan kaum wanita hanya sebagai boneka hidup saja. Apalagi sebelum dicetuskannya pengertian emansipasi bagi kaum wanita. Para penguasanya punya istri, harem, selir sampai belasan orang, dua puluh lima, bahkan ada yang sampai berjumlah empat puluh orang lebih. Tentang manajemennya? Jelas tidak ada keadilan. Sebab bagi yang paling mampu memberikan kepuasan akan paling disayang dan yang lain pasti jadi terlupakan. Malam-malamnya berlalu hanya dengan membayangkan bintang-bintang yang bertaburan di langit.
Karena sebagian besar peraturan atau undang-undang dibuat oleh kaum pria maka keberadaannya juga mewakili kepentingan si pembuat, yang dalam banyak hal merugikan kaum wanita. Banyak jabatan yang tidak boleh dijabat oleh kaum wanita. Juga banyak negara yang melarang wanita menjadi kepala negara. Juga fungsionaris-fungsionaris di bidang keagamaan jarang sekali yang dijabat kaum wanita. Mungkin ada kekhawatiran kalau-kalau peraturan yang dibuat akan lebih banyak mewakili kepentingan kaum wanita? Anda pasti akan kesulitan mencari nama seorang wanita sebagai pejabat KUA, apalagi menteri agama. Kaum wanitalah yang tahu persis bagaimana berat tugas dan tanggung jawab sebagai seorang ibu, yang memerlukan kesiapan dan kematangan pada masalah umur. Jangan sampai perkawinan sebagai perahu untuk menuju pantai bahagia menjadi karam karena dipenuhi tetesan air mata.
Bagaimana pun juga pada usia yang masih remaja putri dimana pikirannya sedang melambung tinggi mengkhayalkan masa depannya masih gemar berputar-putar di depan kaca besar dengan pakaian barunya yang akan dipakai untuk menghadiri pesta ulang tahun temannya. Dan berharap kehadirannya akan menarik perhatian para undangan baik dari cewek maupun cowok. Saat-saat demikian biasanya sangat dinanti-nantikan karena merupakan kesempatan untuk tampil di arena yang lebih luas. Di samping melatih diri agar tidak menjadi remaja yang kuper. Juga untuk menambah pengalaman dan wawasan.
Semakin luas wawasan dan pengalamannya akan semakin matang dalam menyelesaikan problem-problem yang muncul. Dengan dipaksakannya usia remaja mengemudi bahtera rumah tangga maka akan kerap terjadi salah langkah. Apalagi kalau perkawinannya termasuk kategori produktif, artinya belum satu tahun sudah punya momongan yang bisa menambah kesibukan.
Kesalahkaprahan kerap terjadi terhadap kehadiran anak yang terlalu dini. Terutama bagi bapak sang anak yang tidak menyadari bahwa kehadiran sang anak bukan kehendaknya, sehingga merasa agak terganggu dengan kehadirannya. Merasa belum siap, dan lain-lain yang semuanya merupakan kekecewaan dan akan merupakan perakitan bom waktu yang suatu saat bisa meledak. Karena sudah didasari kekecewaan maka kesalahan yang tak seberapa menjadi penyebab uring-uringan.
Tidak mau membantu untuk meringankan tugas-tugas sang istri yang kebingungan dan keteteran menyelesaikan pekerjaan sehari-hari.
Memasak, mencuci peralatan dapur, mencuci pakaian, sambil mungkin menggendong si kecil yang kadang-kadang suka rewel minta nete terus. Hidup di perantauan, penghasilan pas-pasan, merupakan pergulatan hidup yang melelahkan bidang fisik, mental, maupun perasaan bagi kaum ibu.
Di negeri yang para punggawanya rasa harga dirinya masih sangat tipis sedang rasa tidak tahu malunya terlalu tebal yang bermuara pada keserakahan di segala bidang, maka nasib kaum ibu akan selalu memprihatinkan. Keserakahan-keserakahan yang menjadi hobi para punggawa menyebabkan dana-dana untuk pembangunan sarana-sarana penyerap tenaga kerja menjadi jarahan yang menggiurkan. Misalnya pembangunan-pembangunan hanya tinggal rencana karena dana sebagai pendukung utama kebanyakan raib. Yang sempat muncul terbengkalai, yang sempat jadi kualitasnya sangat tidak layak.
Harga pekerjaan menjadi sangat mahal. Apalagi bagi para wanita, untuk kaum pria saja sangat sulit untuk mendapatkannya. Akhirnya hanya bisa menggantungkan pada suami untuk menjalani hidupnya. Dan terpaksa tidak bisa menuruti himbauan punya anak cukup dua saja. Karena dari kenyataan yang ada dua orang anak belum tentu mampu menopang hari tua orang tuanya, sehingga kerepotan dan penderitaan macam apapun rela menanggungnya dalam mengurus dan mendidik putra-putrinya.
Sedangkan sebagian para suami tidak mau tahu atas segala penderitaan istrinya di samping telah sibuk mencari nafkah juga sudah kemasukan banyak informasi yang menyatakan keunggulan kaum pria. Hampir semua kesalahan menjadi santapan para istri. Kalau ditentang ngamuk.
Seperti halnya informasi atau ungkapan yang menyatakan bahwa : Surga itu ada di bawah telapak kaki ibu. Pengertian sebenarnya bahwa siapa saja yang berlaku bakti dan hormat pada ibunya akan selalu mendapatkan keberuntungan (surga). Tetapi terjemahan tersebut telah diplintir menjadi : kaum ibu yang bisa memberi kenikmatan/kepuasan (surga). Hal ini terbukti dari sementara orang yang punya pengertian belakangan, beristri banyak untuk mendapatkan kenikmatan atau kepuasan sebanyak mungkin.
Sedangkan kalau ada seorang wanita sering gonta-ganti suami kalau ada seorang wanita punya dua suami, para pria akan mencak-mencak dan mengobral stempel kurang terpuji pada wanita tersebut.
Inilah bentuk-bentuk penindasan kaum pria pada kaum wanita dari waktu ke waktu, dari jaman ke jaman. Tidak mengingat bahwa kaum wanitalah yang membuat dunia ini menjadi tempat tinggal yang penuh simfoni dan merupakan tempat pendidikan bagi umat manusia agar mengalami kemajuan-kemajuan akhirnya mencapai kesempurnaan. Tanpa pengorbanan kaum wanita yang mau mengandung, melahirkan dan memelihara generasi penerus dunia ini hanya hutan belukar yang dihuni para satwa. Maka sudah seharusnya kaum pria mengubah pandangan terhadap kaum wanita untuk tidak memandang lebih rendah daripada kaum pria.
Kalau ada ungkapan lagi yang menyatakan bahwa isi neraka sebagian besar adalah wanita. Penyebabnya adalah kaum pria. Di dunia nyata ini penyebab penderitaan kaum wanita juga kaum pria. Karena kebanyakan rasa superiornya tidak untuk melindungi kaum wanita yang lebih tetapi justru untuk menindasnya.
Beruntunglah bagi para insan yang memahami dan meyakini adanya hukum ulangan hidup (reinkarnasi) untuk menuju kesempurnaan dalam mencermati mengapa perbandingan antara kaum pria dan kaum wanita semakin banyak wanitanya? Karena perilaku kaum pria yang merendahkan kaum wanita supaya dirasakan oleh kaum pria tersebut dalam ulangan hidup berikutnya sebagai wanita agar merasakan pedih dan pilunya mendapat perlakuan yang sewenang-wenang.
Adanya suasana damai tenteram pada suatu keluarga maka ibu dari anak-anak akan fokus dalam menjalankan tugas sehari-hari terutama dalam mengasuh dan mendidik putra-putrinya. Karena telah dilandasi perasaan aman damai tentram maka segala aktivitasnya memancar getaran yang halus lembut termasuk terhadap putra-putrinya, sehingga mereka akan tumbuh menjadi insan-insan yang menyukai keadilan, ketentraman dan kedamaian. Tidak menyukai tawuran, kekerasan apalagi kekejaman. Dan akan menjadi generasi berkualitas, yang merupakan bibit-bibit unggul. Yang perlu diingat bahwa kualitas putra-putri merupakan cermin kualitas dari kedua orang tuanya di samping cermin dari sistem pendidikan yang ada.
Dan yang jelas tindakan-tindakan emosional maupun terencana berupa kekerasan, kekasaran, keserakahan, kejahatan, kesewenang-wenangan, maupun kekejaman yang bersifat merugikan pihak lain akan menambah kepekatan getaran-getaran kasar yang sudah memenuhi bumi, sehingga tindakan-tindakan yang demikian berarti ikut andil sebagai penyebab semakin kalutnya keadaan di muka bumi ini. Dan sebagai penyebab pasti akan mendapat imbalan secukupnya, menurut kadar dan jenis tindakannya.
Dan yang penting untuk diingat, bahwa para pembagi imbalan maupun pengawasnya tidak mau melakukan pungli apalagi menerima suap sebab beliau-beliau ini tidak buka rekening. Padahal jikalau mau buka rekening dan melakukan pungli serta menerima suap rekeningnya bisa menggendut sampai milyaran rupiah.
Maklum, rasa harga diri sudah sangat tinggi dan rasa malunya sudah sangat tipis sehingga sudah tidak mau merugikan sesama makhluk kapanpun dimanapun dalam bentuk apapun dan dengan alasan apapun.Oleh karena pentingnya kaum ibu dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya untuk generasi mendatang, maka hindari perlakuan sewenang-wenang terhadap mereka.
Emosi bisa muncul karena keinginan-keinginan yang tak terpenuhi. Sebagai solusinya selalu mensyukuri semua yang terjadi. Yang kesemuanya mempunyai sebab dan mempunyai tujuan tertentu dan merupakan pendidikan alamiah untuk lebih mendewasakan dan mengkualitaskan semua makhluk ciptaan-Nya.
Masalah yang muncul sebaiknya sebagai sarana memacu daya inisiatif maupun kreatif menjadi aktif, bukan mengakibatkan terjadinya tindakan-tindakan destruktif.
Maklum, rasa harga diri sudah sangat tinggi dan rasa malunya sudah sangat tipis sehingga sudah tidak mau merugikan sesama makhluk kapanpun dimanapun dalam bentuk apapun dan dengan alasan apapun.Oleh karena pentingnya kaum ibu dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya untuk generasi mendatang, maka hindari perlakuan sewenang-wenang terhadap mereka.
Emosi bisa muncul karena keinginan-keinginan yang tak terpenuhi. Sebagai solusinya selalu mensyukuri semua yang terjadi. Yang kesemuanya mempunyai sebab dan mempunyai tujuan tertentu dan merupakan pendidikan alamiah untuk lebih mendewasakan dan mengkualitaskan semua makhluk ciptaan-Nya.
Masalah yang muncul sebaiknya sebagai sarana memacu daya inisiatif maupun kreatif menjadi aktif, bukan mengakibatkan terjadinya tindakan-tindakan destruktif.
0 komentar:
Posting Komentar