SELALU BERUSAHA UNTUK BERBUAT BAIK
Sebagian besar umat manusia pada saat ini masih berada dalam masa peralihan dari masa kegelapan menuju masa pencerahan. Masa kegelapan semasa hampir semua makhluk dihadapkan pada perjuangan berat untuk mempertahankan keberadaannya, dari gangguan-gangguan musim sering tidak pasti. Kadang kala diguyur hujan terus-menerus, sebaliknya sering terjadi kekeringan sangat lama sehingga sering kali terjadi kebakaran hutan. Yang menyebabkan menyempitnya ladang perburuan dan berantakannya pohon-pohon besar sebagai tempat hunian. Belum lagi gangguan dari hewan-hewan besar buas yang bisa memangsa manusia.
Untuk mengantisipasi keadaan tersebut bisanya para penduduk memelihara anjing-anjing yang diambil dari anak-anak serigala untuk dijinakkan atau anak-anak babi. Memang untuk memberi makan hewan piaraan ini cukup berat juga. Tetapi karena keadaan biasanya yang jadi santapan pemeliharaanya juga hewan-hewan tersebut mau melahapnya. Terutama pada jenis ubi-ubian.
Pengalaman memelihara hewan-hewan ini dimulai ketika ada seorang penduduk yang dililit oleh seekor ular yang kelaparan memangsa penduduk tersebut. Tetapi demi mendengar gonggongan anjing yang menyalak-nyalak perhatian si ular berubah kepada anjing tersebut. Dan lilitannya dilepaskan untuk mencaplok anjing yang menyalak-nyalak.
Yang kerap terjadi setiap ular yang baru melahap mangsa yang cukup besar gerakannya tidak segesit waktu kelaparan atau sewaktu dikejar para pemburu. Kesempatan tersebut digunakan penduduk yang ada untuk ganti menyerang si ular. Kelemahan ular terletak pada kepalanya. Terkena pukulan yang agak berat sudah tak berdaya tetapi luka besar pada bagian lain gerakannya masih tetap stabil.
Meskipun daging ular seperti halnya daging buaya tidak segurih daging hasil perburuan lain tetapi para penduduk tetap antusias dalam menanganinya. Setelah para penduduk masing-masing mendapat bagian yang cukup sisanya diserahkan pada bagian penjemuran. Bagian ini diserahkan pada kelompok yang sudah tidak mampu ikut dalam regu berburu. Anjing yang sudah terlanjur masuk perut ular juga diserahkan pada bagian penjemuran. Kalau baru sebentar masuk perut ular keadaannya masih utuh. Paling-paling ada sedikit bagian yang lecet-lecet terkena enzim pencernaan.
Saudara yang baru saja lepas dari lilitan ular masih duduk-duduk tidak mendapat tugas apapun. Raut wajahnya pucat pasi membayangkan kejadian yang baru dialaminya. Karena yang kerap terjadi seseorang yang dililit ular meskipun tidak jadi dimangsa tidak akan bisa hidup lama. Karena lilitannya sangat kuat sehingga mampu membuat tulang-tulang jadi remuk apalagi organ dalamnya.
Bapak ketua adat yang merawatnya meraba-raba tulang rusuknya sebagai pelindung organ dalam yang penting-penting. Selesai meraba-raba bapak ketua adat mengacungkan jempol yang diarahkan kepada korban yang hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya. Hebat. ?Gumam bapak kepala adat masih muda punya kekuatan begitu luar biasa?. Karena penasarannya dia bertanya : ?Apa kamu punya pegangan yang bertuah? ?Si korban tersenyum untuk menghapus kecurigaan bapak kepala adat dia menjawab : ?Kan bapak ketua sendiri yang memberikan ilmunya?. Waktu berburu bersama dan mendengar lengkingan berulang-ulang dari seekor babi hutan. Setelah didekati secara hati-hati dari arah angin yang berlawanan ternyata babi hutan tersebut sedang dimangsa seekor ular, mungkin karena gugup yang dicaplok bagian belakangnya. Dan bapak ketua memberi ilmu kalau dililit ular garuk-garuklah bagian perutnya. Karena gelinya tidak sadar ular tersebut akan mengendurkan lilitannya. Mengingat hal itu sang ketua adat tertawa ngakak.
Di tempat manapun kehidupan sangat keras dan sulit pasti akan melahirkan sosok-sosok kasar yang terlalu mementingkan diri. Watak tersebut akan membekas dalam waktu yang lama. Bahkan bisa mempengaruhi keturunan-keturunannya. Kecuali kalau ada yang bisa merantau dan bergaul dengan lingkungan yang lebih baik atau menikah dengan anggota keluarga baik-baik, pengaruh-pengaruh dari nenek moyangnya bisa berangsur-angsur terkikis.
Hal tersebut memang merupakan cara termudah untuk bisa menjadi orang yang baik. Sebab getaran-getaran luhur dari keluarga barunya yang punya kebiasaan selalu berbuat dan berpikir baik sehingga getaran luhur begitu padat berada dalam diri mereka dan memancar keluar meradiasi keadaan sekelilingnya, juga akan mempengaruhi pendatang baru pada keluarga. Dan untuk mendapat keluarga baru yang demikian tentunya pada masa lalunya telah banyak berbuat kebajikan sehingga ada persesuaian getaran.
Ciri-ciri insan yang demikian biasanya penampilannya tenang. Meskipun usahanya tidak begitu membutuhkan modal besar. Tetapi lancar. Hampir semua kebutuhannya tercukupi bahkan bisa memiliki alat-alat rumah tangga yang termasuk mewah. Rumah tangganya tenteram, anak-anak tidak mbadung, posturnya cakep-cakep sehat lahir batin. Tidak pernah terlibat sengketa dengan para tetangga. Dan biasanya siapa saja yang membuat masalah pada dirinya akan mengalami kesusahan.
Memang untuk bisa selalu berbuat baik bagi sebagian besar umat manusia jaman sekarang terasa sangat sulit. Sebab masih mewarisi watak-watak nenek moyangnya yang ingin selalu menimbun kebutuhannya dengan merugikan pihak lain. Dengan berbuat baik berarti akan mengurangi miliknya. Karena perbuartan baik tak akan terwujud tanpa adanya pengorbanan. Di bidang miliknya kebutuhannya, perasaannya juga pada sok gengsinya.
Untuk tidak terlalu banyak berkorban tipe insan ini mau berbuat baik bila terpaksa, yang diusahakan menghindari kesempatan untuk berbuat kebajikan. Berlainan dengan seseorang yang kesadarannya sudah meningkat artinya ingin agar kehadirannya di dunia ini bermanfaat maka yang diusahakannya selalu mencari kesempatan untuk berbuat baik, apalagi kalau kesadarannya lebih meningkat lagi bahwa dengan selalu berbuat baik akan terhimpun getaran-getaran luhur yang akan mempengaruhi keadaan sekeliling menjadi lebih baik. Yang hal ini merupakan partisipasi pada Sang Maha Pencipta yang dengan kasih keadilan, kebijaksanaan, keikhlasan dan kesabarannya membimbing semua makhluk ciptaan-Nya menuju kesempurnaan.
Sebagian besar umat manusia pada saat ini masih berada dalam masa peralihan dari masa kegelapan menuju masa pencerahan. Masa kegelapan semasa hampir semua makhluk dihadapkan pada perjuangan berat untuk mempertahankan keberadaannya, dari gangguan-gangguan musim sering tidak pasti. Kadang kala diguyur hujan terus-menerus, sebaliknya sering terjadi kekeringan sangat lama sehingga sering kali terjadi kebakaran hutan. Yang menyebabkan menyempitnya ladang perburuan dan berantakannya pohon-pohon besar sebagai tempat hunian. Belum lagi gangguan dari hewan-hewan besar buas yang bisa memangsa manusia.
Untuk mengantisipasi keadaan tersebut bisanya para penduduk memelihara anjing-anjing yang diambil dari anak-anak serigala untuk dijinakkan atau anak-anak babi. Memang untuk memberi makan hewan piaraan ini cukup berat juga. Tetapi karena keadaan biasanya yang jadi santapan pemeliharaanya juga hewan-hewan tersebut mau melahapnya. Terutama pada jenis ubi-ubian.
Pengalaman memelihara hewan-hewan ini dimulai ketika ada seorang penduduk yang dililit oleh seekor ular yang kelaparan memangsa penduduk tersebut. Tetapi demi mendengar gonggongan anjing yang menyalak-nyalak perhatian si ular berubah kepada anjing tersebut. Dan lilitannya dilepaskan untuk mencaplok anjing yang menyalak-nyalak.
Yang kerap terjadi setiap ular yang baru melahap mangsa yang cukup besar gerakannya tidak segesit waktu kelaparan atau sewaktu dikejar para pemburu. Kesempatan tersebut digunakan penduduk yang ada untuk ganti menyerang si ular. Kelemahan ular terletak pada kepalanya. Terkena pukulan yang agak berat sudah tak berdaya tetapi luka besar pada bagian lain gerakannya masih tetap stabil.
Meskipun daging ular seperti halnya daging buaya tidak segurih daging hasil perburuan lain tetapi para penduduk tetap antusias dalam menanganinya. Setelah para penduduk masing-masing mendapat bagian yang cukup sisanya diserahkan pada bagian penjemuran. Bagian ini diserahkan pada kelompok yang sudah tidak mampu ikut dalam regu berburu. Anjing yang sudah terlanjur masuk perut ular juga diserahkan pada bagian penjemuran. Kalau baru sebentar masuk perut ular keadaannya masih utuh. Paling-paling ada sedikit bagian yang lecet-lecet terkena enzim pencernaan.
Saudara yang baru saja lepas dari lilitan ular masih duduk-duduk tidak mendapat tugas apapun. Raut wajahnya pucat pasi membayangkan kejadian yang baru dialaminya. Karena yang kerap terjadi seseorang yang dililit ular meskipun tidak jadi dimangsa tidak akan bisa hidup lama. Karena lilitannya sangat kuat sehingga mampu membuat tulang-tulang jadi remuk apalagi organ dalamnya.
Bapak ketua adat yang merawatnya meraba-raba tulang rusuknya sebagai pelindung organ dalam yang penting-penting. Selesai meraba-raba bapak ketua adat mengacungkan jempol yang diarahkan kepada korban yang hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya. Hebat. ?Gumam bapak kepala adat masih muda punya kekuatan begitu luar biasa?. Karena penasarannya dia bertanya : ?Apa kamu punya pegangan yang bertuah? ?Si korban tersenyum untuk menghapus kecurigaan bapak kepala adat dia menjawab : ?Kan bapak ketua sendiri yang memberikan ilmunya?. Waktu berburu bersama dan mendengar lengkingan berulang-ulang dari seekor babi hutan. Setelah didekati secara hati-hati dari arah angin yang berlawanan ternyata babi hutan tersebut sedang dimangsa seekor ular, mungkin karena gugup yang dicaplok bagian belakangnya. Dan bapak ketua memberi ilmu kalau dililit ular garuk-garuklah bagian perutnya. Karena gelinya tidak sadar ular tersebut akan mengendurkan lilitannya. Mengingat hal itu sang ketua adat tertawa ngakak.
Di tempat manapun kehidupan sangat keras dan sulit pasti akan melahirkan sosok-sosok kasar yang terlalu mementingkan diri. Watak tersebut akan membekas dalam waktu yang lama. Bahkan bisa mempengaruhi keturunan-keturunannya. Kecuali kalau ada yang bisa merantau dan bergaul dengan lingkungan yang lebih baik atau menikah dengan anggota keluarga baik-baik, pengaruh-pengaruh dari nenek moyangnya bisa berangsur-angsur terkikis.
Hal tersebut memang merupakan cara termudah untuk bisa menjadi orang yang baik. Sebab getaran-getaran luhur dari keluarga barunya yang punya kebiasaan selalu berbuat dan berpikir baik sehingga getaran luhur begitu padat berada dalam diri mereka dan memancar keluar meradiasi keadaan sekelilingnya, juga akan mempengaruhi pendatang baru pada keluarga. Dan untuk mendapat keluarga baru yang demikian tentunya pada masa lalunya telah banyak berbuat kebajikan sehingga ada persesuaian getaran.
Ciri-ciri insan yang demikian biasanya penampilannya tenang. Meskipun usahanya tidak begitu membutuhkan modal besar. Tetapi lancar. Hampir semua kebutuhannya tercukupi bahkan bisa memiliki alat-alat rumah tangga yang termasuk mewah. Rumah tangganya tenteram, anak-anak tidak mbadung, posturnya cakep-cakep sehat lahir batin. Tidak pernah terlibat sengketa dengan para tetangga. Dan biasanya siapa saja yang membuat masalah pada dirinya akan mengalami kesusahan.
Memang untuk bisa selalu berbuat baik bagi sebagian besar umat manusia jaman sekarang terasa sangat sulit. Sebab masih mewarisi watak-watak nenek moyangnya yang ingin selalu menimbun kebutuhannya dengan merugikan pihak lain. Dengan berbuat baik berarti akan mengurangi miliknya. Karena perbuartan baik tak akan terwujud tanpa adanya pengorbanan. Di bidang miliknya kebutuhannya, perasaannya juga pada sok gengsinya.
Untuk tidak terlalu banyak berkorban tipe insan ini mau berbuat baik bila terpaksa, yang diusahakan menghindari kesempatan untuk berbuat kebajikan. Berlainan dengan seseorang yang kesadarannya sudah meningkat artinya ingin agar kehadirannya di dunia ini bermanfaat maka yang diusahakannya selalu mencari kesempatan untuk berbuat baik, apalagi kalau kesadarannya lebih meningkat lagi bahwa dengan selalu berbuat baik akan terhimpun getaran-getaran luhur yang akan mempengaruhi keadaan sekeliling menjadi lebih baik. Yang hal ini merupakan partisipasi pada Sang Maha Pencipta yang dengan kasih keadilan, kebijaksanaan, keikhlasan dan kesabarannya membimbing semua makhluk ciptaan-Nya menuju kesempurnaan.
0 komentar:
Posting Komentar