Tingkat kesadaran seseorang sangat berpengaruh pada cara berpikirnya sikap, ucapan, maupun tindakannya. Bagi yang kesadarannya masih pada kesadaran fisik semua aktivitasnya akan selalu bertujuan untuk memenuhi kepentingan dirinya. Sifat kepeduliannya pada sesama hidup tipis sekali. Pikiran akan melahirkan tindakan. Dari pikiran yang kurang peduli pada kepentingan pihak lain akan melahirkan tindakan-tindakan yang kurang kontrol, mengakibatkan kerugian maupun penderitaan pihak lain.
Sikap kepala batu merupakan ciri khas dari mereka yang masih terlalu mementingkan diri. Artinya tidak menggubris saran-saran atau nasehat-nasehat yang diterimanya. Sebab semuanya akan bertujuan mengekang pada perbuatannya untuk mendapatkan kepuasan.
Bahkan siapapun yang memberikan saran atau kritikan akan dimusuhi habis-habisan. Meskipun apa yang dilakukan hanya akan merugikan dirinya dan lingkungannya, karena kepuasan indriawi menjadi tujuan hidupnya, yang semakin dipuaskan semakin menjadi lupa daratan.
Kebiasaan semacam ini biasanya akan berlangsung selama dirinya masih sehat dan kuat untuk membiayai kepuasannya. Akan menghentikan kebiasaan yang merugikan kalau sudah mengalami benturan-benturan kuat di bidang kesehatan maupun keuangan, sehingga tidak mampu memenuhi kepuasannya, hanya tergolek di pembaringan dengan mengharap belas kasih orang lain, untuk kelanjutan hidupnya.
Bagi mereka yang mengalami keadaan demikian akan punya sikap berbeda-beda dalam menanggapi keadaannya. Kelompok pertama akan selalu bersungut-sungut dan marah-marah menyalahkan keadaan. Semua yang mendekati dan dihadapi selalu dirasa kurang cocok. Pelayanan tidak ada yang bisa memuaskan seleranya. Sebab tidak senikmat waktu dirinya masih sehat dan banyak menghasilkan uang. Semua serba salah. Daun wuni terbawa arus. Dilayani marah-marah terus. Menyebabkan yang melayani jadi keki. Yang dilayani juga keadaannya menjadi semakin parah.
Kalau memperhatikan keadaannya tergeletak tak berdaya akan mengundang keprihatinan. Kalau merasakan sikapnya menimbulkan rasa sebal. Tetapi ada satu hal yang menjadi kelemahannya, yaitu masih takut pada kematian. Karena sering mendengar cerita-cerita bahwa bagi mereka yang selama hidupnya di dunia terlalu mengumbar nafsu serakahnya sudah disediakan sumur panas yang berisi cairan timah dan mendidih untuk menggodognya setelah berada di alam sesudah kematian sehingga kalau diberi nasehat untuk tidak selalu marah-marah karena bisa menyebabkan umurnya pendek tingkahnya yang tidak wajar akan surut. Meskipun tetap dihantui kekhawatiran juga karena suatu saat ajal pasti datang menjemput. Sedangkan kesempatan untuk bertobat atau memperbaiki diri sudah berlalu tanpa diisi dengan kebajikan sedikitpun. Pikirannya sering gundah dan disusul penyesalan mengapa saat-saat berjaya tidak mengingat hal-hal yang demikian. Air matanya sering mengalir meskipun harus segera diusap agar tidak ketahuan kelemahannya.
Kelompok lain bila mengalami keadaan demikian akan melakukan introspeksi diri mengapa harus menderita berkepanjangan yang hanya akan menyusahkan orang lain saja. Dari introspeksi yang dilakukan akan menemukan hal-hal yang tak terduga. Misalnya bahwa semua perbuatan akan punya akibat sendiri-sendiri. Tergantung jenisnya, yang baik mendatangkan kesenangan, kebahagiaan, sebaliknya yang buruk atau jahat menghasilkan kesengsaraan.
Sebenarnya pengertian tersebut sering didengar atau dibaca dalam buku-buku yang bernuansa spiritual. Hanya saja belum sampai menjadi keyakinan. Hubungannya masih percaya dengan kepercayaan-kepercayaan yang mengajarkan bahwa meskipun membuat kejahatan setinggi Gunung Himalaya kalau mau bertobat dan berjanji tidak akan mengulangi maka dosanya akan dihapus.
Ternyata kesalahan atau kejahatan harus dipertanggungjawabkan, atau akan mendapatkan peringatan-peringatan keras berupa penyakit, atau musibah-musibah penderitaan-penderitaan lain. Guna membuka pikirannya bahwa hidup ini ada yang memelihara yang menghendaki keharmonisan dan keadilan, demi kelangsungan kehidupan ini sesuai dengan rencana-Nya, sehingga perbuatan-perbuatan yang menjurus pada ketidakadilan maupun ketidakharmonisan berupa kecerobohan, keserakahan, kesewenang-wenangan maupun kekejaman harus dicegah dengan bermacam-macam cara, dalam waktu dekat maupun tenggang waktu yang cukup lama (sebabnya akan diuraikan pada halaman yang lain).
Sebenarnya untuk memahami adanya akibat-akibat karena melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar perikeadilan atau terganggunya keberadaan prinsip-prinsip cinta kasih, akan mengusik keharmonisan. Dimana keharmonisan terganggu akan timbul masalah. Misalnya pada bidang keuangan, usaha, kesehatan, kekeluargaan sebagai peringatan dini.
Kalau mengalami keadaan sebaiknya cepat-cepat introspeksi diri. Pasti akan menemukan sebab-sebabnya. Kemudian lakukan kebaikan-kebaikan yang nilainya diperkirakan seimbang dengan perbuatan karena khilaf yang telah dilakukan. Dengan melakukan hal tersebut berarti telah menyadari kekeliruannya dan berusaha untuk memulihkan keseimbangan. Meskipun mungkin cacat akibat perbuatan buruknya tidak bisa mengembalikan keadaan seperti semula. Karena kenangan pahit yang dialami pihak yang dirugikan atau disakiti sudah terlanjur tergores pada lubuk hatinya yang paling dalam. Tetapi goresan tersebut tidak akan begitu berlarut-larut.
Sebaiknya jangan hanya meminta ampun. Karena lebih menyakitkan pada yang jadi korban. Contohnya suatu keluarga yang kehilangan kepala keluarganya yang masih sangat diperlukan keberadaannya berhubung anak-anaknya masih kecil-kecil dan orang tuanya sudah jompo. Yang hilangnya karena tindak kejahatan, apakah si pelaku kejahatan cukup hanya minta ampun? Orang Betawi akan bilang: Enak aje!?
Karena itu di negara-negara yang telah melakukan pemusnahan terhadap etnis tertentu terhadap mereka yang dianggap perintang, akan mengalami kekalutan dalam jangka panjang. Apalagi kalau pemusnahan yang dilakukan hanya karena sentimen atau dugaan yang tak beralasan. Pengaruh getaran kemarahan, kebencian maupun dendam dari mereka yang dimusnahkan akan membekas di seluruh bagian negara yang bersangkutan. Di udara, di lautan, di kota-kota, desa-desa di gunung-gunung akan terjadi musibah-musibah sebagai protes terhadap kekejaman atau kesewenang-wenangan terhadap tindakan yang melanggar perikeadilan dan memporak-porandakan keharmonisan.
Adanya angin putting beliung di lautan yang sangat kencang menyebabkan terjadinya banyak pusaran-pusaran angin berskala besar dan gelombang-gelombang tinggi yang mengakibatkan banyak kecelakaan di lautan. Angin kencang tersebut kalau menerjang daratan akan menyebabkan banyak pohon-pohon besar tumbang dan rumah-rumah roboh terkena terjangannya. Belum lagi terjadinya banjir bandang gunung-gunung berapi meledak keadaan musim yang sulit diprediksi mengakibatkan salah waktu tanam, sehingga keberhasilan panen hanya jadi impian.
Kecelakaan-kecelakaan angkutan darat laut maupun udara juga merupakan akibat tata laksana yang kurang harmonis, sehingga pihak-pihak yang mendapatkan lahan kering dalam melakukan tugasnya tidak dilaksanakan dengan sepenuh hati, karena meskipun dilaksanakan dengan sungguh-sungguh hasilnya juga tidak seimbang dengan mereka yang menempati lahan basah.
Sikap yang sebaiknya dalam menanggapi ketidakadilan maupun kesewenang-wenangan adalah ketulusan hati. Artinya dengan penuh keikhlasan menerimanya. Sebab tidak ada sesuatu yang kebetulan. Semua pasti ada sebabnya. Bagi pelaku ketidakadilan atau kesewenang-wenangan apa yang dilakukan pasti merasa yang dilakukan itu benar. Menghadapi orang seperti ini dengan mengadakan perlawanan hanya akan mencari penyakit saja. Yang dilakukan akan dibela mati-matian, karena bisa memuaskan nafsu rendahnya. Tetapi yang jelas tindakannya telah menimbulkan gangguan terhadap keharmonisan yang suatu saat akan menerima akibatnya.
Dengan tetap stabil dalam menghadapi ketidakadilan maka banyak keuntungan-keuntungan yang diperoleh antara lain hidupnya tenang. Dalam melakukan pekerjaannya akan dilakukan dengan sungguh-sungguh, terbebas dari rasa iri atau benci. Tugasnya sebagai bentuk pengabdian pada sesama hidup. Tidak membuat banyak masalah. Dan yang penting lagi tidak menambah gangguan ketidakharmonisan. Kalau toh ketidakadilan dan kesewenang-wenangan terasa menjurus pada terancamnya keselamatan jiwa sebaiknya juga menghindar saja, agar tidak menjadi sasaran keganasan dari pihak yang sedang mata gelap. Sebab selagi masih hidup akan ada kesempatan untuk meneruskan perjuangan dan menambah pengalaman.
Seseorang bisa melakukan hal-hal yang akan merugikan diri sendiri atau pihak lain karena apa yang dilakukan ada di luar kesadarannya. Sebab-sebab yang sangat mendukung antara lain terlalu serakah pada kenikmatan duniawi. Seperti popularitas, ambisi untuk mendapatkan pengaruh, kekuatan jabatan kekuasaan. Yang akan memforsir atau memusatkan pikiran pada apa yang sedang diinginkan. Dengan terpusat pikiran pada apa yang sedang diinginkan. Dengan terpusatnya pikiran pada obyek keduniawian kesadaran akan tersingkir. Tersingkirnya kesadaran langkah dan perbuatannya jadi tanpa kendali. Tidak peduli yang dilakukan akan mengakibatkan kesedihan penderitaan maupun malapetaka.
Untuk menghindari pertanyaan : Manusia kok bisa melakukan perbuatan semacam itu? akan dijawab bahwa yang menjadi korban akan menjadi penyebab kekacauan negara yang akhirnya akan juga pada kekacauan dunia. Padahal hanya untuk menutupi kelemahannya.
Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa kesadaran seseorang akan sangat berpengaruh terhadap segala perbuatannya.
Sedangkan kesadaran seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya, masyarakatnya, pendidikannya dan kemampuan kontrol terhadap akibat perbuatannya. Jadi bukan pengaruh jabatannya, turunan ningrat atau gembel, kaya atau miskin profesinya, bakatnya, warna kulitnya dan lain sebagainya.
Terbukti banyak gagasan-gagasan yang menuju perdamaian dunia muncul dari lingkungan yang sederhana. Sebaliknya banyak penguasa dengan jabatan tinggi yang menjadi sumber malapetaka. Jadi tindakan-tindakan berupa kebajikan maupun kejahatan berawal dari sampai sejauhmana seseorang mampu selalu kontrol terhadap akibat apa yang akan dilahirkan dan pengendalian diri agar apa yang akan dilakukan tidak merugikan pihak lain. Dan bagi kebanyakan orang kedua hal tersebut merupakan yang sangat berat untuk dilakukan karena akan banyak kehilangan kesempatan yang bisa menambah kepuasan-kepuasan lahiriyah. Sebab untuk mendapatkan tambahan materi bagi kepuasannya kebanyakan akan dilakukan dengan cara merugikan kepentingan yang lain.
Sebetulnya dengan selalu melakukan kontrol maupun pengendalian diri merupakan pintu gerbang untuk bangkitnya kesadaran. Sebab bisa selalu dalam keadaan tenang, karena tidak sering mendapat masalah dan kemarahan atau kekecewaan dari pihak yang dirugikan, yang akan memancarkan getaran kasar atau jahat dan akan meresapi serta meliputi dirinya. Juga akan membuat perasaan maupun pikirannya selalu gelisah. Dalam keadaan demikian kebangkitan kesadaran akan sulit bisa terjadi.
Dengan selalu menjaga ketenangan pikiran dan perasaan maka akan menghasilkan gelombang alfa yang bisa mempercepat bangkit maupun peningkatan kesadaran.
Apalagi kalau kontrol dan pengendalian dirinya disertai pengertian-pengertian bahwa semua aktivitas dari pikiran, perasaan, sikap, ucapan maupun tindakan akan berakibat. Karena semua aktivitas akan menimbulkan getaran. Yang halus lembut akan menarik keberuntungan sedangkan yang kasar atau jahat akan menarik penderitaan.
Yang kedua pengertian bahwa hidup ini merupakan kesatuan. Artinya suatu bentuk kehidupan tidak akan terjadinya tanpa bantuan dari kehidupan yang lain. Atas bantuan sesama manusia dan makhluk-makhluk yang masih di bawah tingkatan, manusialah seseorang bisa bertahan dalam waktu yang relatif lama. Misalnya dari hewan-hewan, tetumbuhan, benda-benda tambang dan mineral.
Dengan pengertian yang semacam itu seseorang akan selalu berhati-hati dalam segala tindakannya. Takut kalau sampai merusak kesatuan atau ekosistem yang ada. Suatu misal habisnya bahan bakar bumi habis karena keserakahan manusia, pasti akan terjadi keadaan yang kalang kabut. Bahan bakar nabati pasti tidak akan mampu memenuhi kebutuhan. Di mana pada saat sekarang sebagian besar penduduk bumi akan merasa gengsinya naik kehormatannya meningkat kalau sudah bisa punya kendaraan bermotor. Keperluan-keperluan jarak dekat yang bisa dicapai dengan jalan kaki atau sepeda, harus pakai motor. Merasa malu kalau gengsi dan kehormatannya merosot. Yang seharusnya malu karena menambah pemborosan pemakaian bahan bakar bumi.
Yang ketiga punya pengertian bahwa semua yang tampak terbabar semua bentuk maupun ujud bisa ada karena diresapi dan diliputi oleh zat hidup dari Yang Maha Kuasa. Dan memungkinkan ada perubahan-perubahan, pertumbuhan dan perkembangan.
Dari biji beringin yang begitu kecil bisa berubah menjadi pohon besar hanya karena mendapat unsur-unsur hara dari tanah. Siapa yang berperan dalam memberi kekuatan maupun naluri untuk memecah kulit biji sehingga ada lubang untuk keluarnya calon akar guna menarik zat-zat yang ada dalam tanah guna perkembangan selanjutnya? Sekaligus untuk memperkokoh keberadaannya agar tidak mudah roboh karena terjangan angin maupun benda-benda lain. Dan akhirnya berkembang menjadi pohon besar yang bisa digunakan untuk berlindung dari teriknya sinar matahari.
Juga untuk keberadaan hewan-hewan maupun manusia yang hanya berasal dari sperma, bisa tumbuh menjadi janin, dalam kurun waktu tertentu akan menjadi bayi dalam kandungan dan lahir tumbuh menjalani masa kanak-kanak. Menjadi remaja, masa dewasa, menuju masa lansia kemudian menutup mata.
Kalau kita mau mengamati pada perkembangan-perkembangan yang ada maka ternyata bahwa semuanya menuju perbaikan. Contohnya pada gambar-gambar manusia prasejarah yang ada di museum-museum. Postur tubuh dan raut wajahnya masih mirip-mirip kera yang tangannya masih tampak lebih panjang dibanding orang-orang jaman sekarang, karena tangan-tangan dari manusia prasejarah masih digunakan untuk bergelantungan pada pohon-pohon besar untuk menghindari serangan-serangan binatang buas, menghadapi medan yang sulit karena banyaknya duri-duri, rotan yang lebat atau menghindari banjir.
Juga tempat tinggal mereka yang terdiri dari pohon-pohon besar dan gua-gua sudah berganti dengan rumah-rumah mewah yang merupakan hutan-hutan beton dan gedung-gedung pencakar langit. Belum lagi tentang menu makanannya, perubahan di bidang teknologi, transportasi maupun informasi.
Dari hasil pengamatan terhadap perubahan-perubahan di alam semesta ini bisa menjadi pengertian yang keempat. Bahwa semua wujud tidak ada yang permanen semua mengalami perubahan-perubahan ke arah perbaikan atau kesempurnaan, dan perubahan tersebut bukan bergerak dengan sendirinya atau secara kebetulan tetapi ada suatu daya luar biasa sebagai pembimbingnya. Yang punya sifat kasih, adil dan bijaksana. Suatu kekuasaan abstrak mutlak hanya bisa dirasakan oleh insan-insan yang kesadarannya sudah meningkat, tidak berkutat hanya pada kesadaran fisik. Kekuasaan mutlak tersebut tiap negara atau kepercayaan punya istilah berlain-lainan.
Sifat yang paling menonjol dari Sang Maha Kuasa adalah Kasih. Karena kasih-Nya alam semesta ini ada. Dengan tujuan semua makhluk ciptaan-Nya baik yang tampak maupun tidak untuk dibimbing menuju kesempurnaan. Agar bisa pulang kehadirat-Nya dari mana seantero makhluk berasal untuk mendapatkan kebahagiaan yang kekal. Dengan himbauan hendaklah kamu berusaha menjadi sempurna seperti Bapakmu di sorga yang sempurna adanya.
Pengertian Bapak di sini adalah antara Sang Pencipta dengan ciptaan-Nya, yang menginginkan agar kesempurnaan dan kebahagiaan-Nya yang kekal tidak dinikmati sendiri.
Oleh karena itu tujuan suatu ritual yang paling penting adalah untuk mengembangkan sifat-sifat-Nya, terutama sifat kasih adil dan bijaksana. Agar sifat-sifat tersebut bisa meresap dalam hati sanubari. Bukan karena tempat, waktu, cara, sarana maupun menghadapnya.
Seseorang yang sudah mampu mengembangkan rasa kasihnya secara sungguh-sungguh kehidupannya akan lebih bermutu juga lebih bahagia. Lebih bermutu karena sudah tidak ingin lagi mengadakan pengrusakan, penyiksaan, pembantaian, atau perbuatan-perbuatan yang bisa merugikan yang lain, sehingga tidak mendapat predikat trouble maker, yang selalu diburu-buru rasa bersalah dan selalu curiga pada keadaan sekelilingnya.
Rasa kasih yang terpancar melalui auranya dengan warna-warni yang indah akan mengundang simpati. Tidak usah melakukan acting-acting yang terlalu over atau aksesoris yang berlebihan.
Merasa lebih berbahagia karena sesuatu yang mendapat sentuhan kasih akan menjadi lebih indah dan berharga. Karena jalinan kasih keluarga akan berbahagia. Karena kedua orang tua mau berkorban demi putra putrinya. Suatu perhimpunan akan komplek karena semua komponen yang ada selalu berusaha untuk memberikan hal-hal yang terbaik bagi perhimpunannya pada bidang waktu, dana maupun tenaga. Karena rasa kasih akan mengundang rasa bahagia bila yang dikasihi ada dalam keadaan nyaman.
Dalam keadaan yang kondusif suatu perhimpunan akan bisa fokus dalam mengarahkan para anggotanya agar menjadi insan-insan berkwalitas yang mampu berpartisipasi terhadap maha karya dari Sang Maha Pencipta yang dengan Kasih Keadilan dan Kebijaksanaan-Nya membimbing semua makhluk-Nya untuk menuju kesempurnaan.
Karena besar kecilnya partisipasinya pada maha karya tersebut sangat berpengaruh pada keadaan seseorang, kaum, bangsa, bahkan pada dunia.
Sikap kepala batu merupakan ciri khas dari mereka yang masih terlalu mementingkan diri. Artinya tidak menggubris saran-saran atau nasehat-nasehat yang diterimanya. Sebab semuanya akan bertujuan mengekang pada perbuatannya untuk mendapatkan kepuasan.
Bahkan siapapun yang memberikan saran atau kritikan akan dimusuhi habis-habisan. Meskipun apa yang dilakukan hanya akan merugikan dirinya dan lingkungannya, karena kepuasan indriawi menjadi tujuan hidupnya, yang semakin dipuaskan semakin menjadi lupa daratan.
Kebiasaan semacam ini biasanya akan berlangsung selama dirinya masih sehat dan kuat untuk membiayai kepuasannya. Akan menghentikan kebiasaan yang merugikan kalau sudah mengalami benturan-benturan kuat di bidang kesehatan maupun keuangan, sehingga tidak mampu memenuhi kepuasannya, hanya tergolek di pembaringan dengan mengharap belas kasih orang lain, untuk kelanjutan hidupnya.
Bagi mereka yang mengalami keadaan demikian akan punya sikap berbeda-beda dalam menanggapi keadaannya. Kelompok pertama akan selalu bersungut-sungut dan marah-marah menyalahkan keadaan. Semua yang mendekati dan dihadapi selalu dirasa kurang cocok. Pelayanan tidak ada yang bisa memuaskan seleranya. Sebab tidak senikmat waktu dirinya masih sehat dan banyak menghasilkan uang. Semua serba salah. Daun wuni terbawa arus. Dilayani marah-marah terus. Menyebabkan yang melayani jadi keki. Yang dilayani juga keadaannya menjadi semakin parah.
Kalau memperhatikan keadaannya tergeletak tak berdaya akan mengundang keprihatinan. Kalau merasakan sikapnya menimbulkan rasa sebal. Tetapi ada satu hal yang menjadi kelemahannya, yaitu masih takut pada kematian. Karena sering mendengar cerita-cerita bahwa bagi mereka yang selama hidupnya di dunia terlalu mengumbar nafsu serakahnya sudah disediakan sumur panas yang berisi cairan timah dan mendidih untuk menggodognya setelah berada di alam sesudah kematian sehingga kalau diberi nasehat untuk tidak selalu marah-marah karena bisa menyebabkan umurnya pendek tingkahnya yang tidak wajar akan surut. Meskipun tetap dihantui kekhawatiran juga karena suatu saat ajal pasti datang menjemput. Sedangkan kesempatan untuk bertobat atau memperbaiki diri sudah berlalu tanpa diisi dengan kebajikan sedikitpun. Pikirannya sering gundah dan disusul penyesalan mengapa saat-saat berjaya tidak mengingat hal-hal yang demikian. Air matanya sering mengalir meskipun harus segera diusap agar tidak ketahuan kelemahannya.
Kelompok lain bila mengalami keadaan demikian akan melakukan introspeksi diri mengapa harus menderita berkepanjangan yang hanya akan menyusahkan orang lain saja. Dari introspeksi yang dilakukan akan menemukan hal-hal yang tak terduga. Misalnya bahwa semua perbuatan akan punya akibat sendiri-sendiri. Tergantung jenisnya, yang baik mendatangkan kesenangan, kebahagiaan, sebaliknya yang buruk atau jahat menghasilkan kesengsaraan.
Sebenarnya pengertian tersebut sering didengar atau dibaca dalam buku-buku yang bernuansa spiritual. Hanya saja belum sampai menjadi keyakinan. Hubungannya masih percaya dengan kepercayaan-kepercayaan yang mengajarkan bahwa meskipun membuat kejahatan setinggi Gunung Himalaya kalau mau bertobat dan berjanji tidak akan mengulangi maka dosanya akan dihapus.
Ternyata kesalahan atau kejahatan harus dipertanggungjawabkan, atau akan mendapatkan peringatan-peringatan keras berupa penyakit, atau musibah-musibah penderitaan-penderitaan lain. Guna membuka pikirannya bahwa hidup ini ada yang memelihara yang menghendaki keharmonisan dan keadilan, demi kelangsungan kehidupan ini sesuai dengan rencana-Nya, sehingga perbuatan-perbuatan yang menjurus pada ketidakadilan maupun ketidakharmonisan berupa kecerobohan, keserakahan, kesewenang-wenangan maupun kekejaman harus dicegah dengan bermacam-macam cara, dalam waktu dekat maupun tenggang waktu yang cukup lama (sebabnya akan diuraikan pada halaman yang lain).
Sebenarnya untuk memahami adanya akibat-akibat karena melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar perikeadilan atau terganggunya keberadaan prinsip-prinsip cinta kasih, akan mengusik keharmonisan. Dimana keharmonisan terganggu akan timbul masalah. Misalnya pada bidang keuangan, usaha, kesehatan, kekeluargaan sebagai peringatan dini.
Kalau mengalami keadaan sebaiknya cepat-cepat introspeksi diri. Pasti akan menemukan sebab-sebabnya. Kemudian lakukan kebaikan-kebaikan yang nilainya diperkirakan seimbang dengan perbuatan karena khilaf yang telah dilakukan. Dengan melakukan hal tersebut berarti telah menyadari kekeliruannya dan berusaha untuk memulihkan keseimbangan. Meskipun mungkin cacat akibat perbuatan buruknya tidak bisa mengembalikan keadaan seperti semula. Karena kenangan pahit yang dialami pihak yang dirugikan atau disakiti sudah terlanjur tergores pada lubuk hatinya yang paling dalam. Tetapi goresan tersebut tidak akan begitu berlarut-larut.
Sebaiknya jangan hanya meminta ampun. Karena lebih menyakitkan pada yang jadi korban. Contohnya suatu keluarga yang kehilangan kepala keluarganya yang masih sangat diperlukan keberadaannya berhubung anak-anaknya masih kecil-kecil dan orang tuanya sudah jompo. Yang hilangnya karena tindak kejahatan, apakah si pelaku kejahatan cukup hanya minta ampun? Orang Betawi akan bilang: Enak aje!?
Karena itu di negara-negara yang telah melakukan pemusnahan terhadap etnis tertentu terhadap mereka yang dianggap perintang, akan mengalami kekalutan dalam jangka panjang. Apalagi kalau pemusnahan yang dilakukan hanya karena sentimen atau dugaan yang tak beralasan. Pengaruh getaran kemarahan, kebencian maupun dendam dari mereka yang dimusnahkan akan membekas di seluruh bagian negara yang bersangkutan. Di udara, di lautan, di kota-kota, desa-desa di gunung-gunung akan terjadi musibah-musibah sebagai protes terhadap kekejaman atau kesewenang-wenangan terhadap tindakan yang melanggar perikeadilan dan memporak-porandakan keharmonisan.
Adanya angin putting beliung di lautan yang sangat kencang menyebabkan terjadinya banyak pusaran-pusaran angin berskala besar dan gelombang-gelombang tinggi yang mengakibatkan banyak kecelakaan di lautan. Angin kencang tersebut kalau menerjang daratan akan menyebabkan banyak pohon-pohon besar tumbang dan rumah-rumah roboh terkena terjangannya. Belum lagi terjadinya banjir bandang gunung-gunung berapi meledak keadaan musim yang sulit diprediksi mengakibatkan salah waktu tanam, sehingga keberhasilan panen hanya jadi impian.
Kecelakaan-kecelakaan angkutan darat laut maupun udara juga merupakan akibat tata laksana yang kurang harmonis, sehingga pihak-pihak yang mendapatkan lahan kering dalam melakukan tugasnya tidak dilaksanakan dengan sepenuh hati, karena meskipun dilaksanakan dengan sungguh-sungguh hasilnya juga tidak seimbang dengan mereka yang menempati lahan basah.
Sikap yang sebaiknya dalam menanggapi ketidakadilan maupun kesewenang-wenangan adalah ketulusan hati. Artinya dengan penuh keikhlasan menerimanya. Sebab tidak ada sesuatu yang kebetulan. Semua pasti ada sebabnya. Bagi pelaku ketidakadilan atau kesewenang-wenangan apa yang dilakukan pasti merasa yang dilakukan itu benar. Menghadapi orang seperti ini dengan mengadakan perlawanan hanya akan mencari penyakit saja. Yang dilakukan akan dibela mati-matian, karena bisa memuaskan nafsu rendahnya. Tetapi yang jelas tindakannya telah menimbulkan gangguan terhadap keharmonisan yang suatu saat akan menerima akibatnya.
Dengan tetap stabil dalam menghadapi ketidakadilan maka banyak keuntungan-keuntungan yang diperoleh antara lain hidupnya tenang. Dalam melakukan pekerjaannya akan dilakukan dengan sungguh-sungguh, terbebas dari rasa iri atau benci. Tugasnya sebagai bentuk pengabdian pada sesama hidup. Tidak membuat banyak masalah. Dan yang penting lagi tidak menambah gangguan ketidakharmonisan. Kalau toh ketidakadilan dan kesewenang-wenangan terasa menjurus pada terancamnya keselamatan jiwa sebaiknya juga menghindar saja, agar tidak menjadi sasaran keganasan dari pihak yang sedang mata gelap. Sebab selagi masih hidup akan ada kesempatan untuk meneruskan perjuangan dan menambah pengalaman.
Seseorang bisa melakukan hal-hal yang akan merugikan diri sendiri atau pihak lain karena apa yang dilakukan ada di luar kesadarannya. Sebab-sebab yang sangat mendukung antara lain terlalu serakah pada kenikmatan duniawi. Seperti popularitas, ambisi untuk mendapatkan pengaruh, kekuatan jabatan kekuasaan. Yang akan memforsir atau memusatkan pikiran pada apa yang sedang diinginkan. Dengan terpusat pikiran pada apa yang sedang diinginkan. Dengan terpusatnya pikiran pada obyek keduniawian kesadaran akan tersingkir. Tersingkirnya kesadaran langkah dan perbuatannya jadi tanpa kendali. Tidak peduli yang dilakukan akan mengakibatkan kesedihan penderitaan maupun malapetaka.
Untuk menghindari pertanyaan : Manusia kok bisa melakukan perbuatan semacam itu? akan dijawab bahwa yang menjadi korban akan menjadi penyebab kekacauan negara yang akhirnya akan juga pada kekacauan dunia. Padahal hanya untuk menutupi kelemahannya.
Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa kesadaran seseorang akan sangat berpengaruh terhadap segala perbuatannya.
Sedangkan kesadaran seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya, masyarakatnya, pendidikannya dan kemampuan kontrol terhadap akibat perbuatannya. Jadi bukan pengaruh jabatannya, turunan ningrat atau gembel, kaya atau miskin profesinya, bakatnya, warna kulitnya dan lain sebagainya.
Terbukti banyak gagasan-gagasan yang menuju perdamaian dunia muncul dari lingkungan yang sederhana. Sebaliknya banyak penguasa dengan jabatan tinggi yang menjadi sumber malapetaka. Jadi tindakan-tindakan berupa kebajikan maupun kejahatan berawal dari sampai sejauhmana seseorang mampu selalu kontrol terhadap akibat apa yang akan dilahirkan dan pengendalian diri agar apa yang akan dilakukan tidak merugikan pihak lain. Dan bagi kebanyakan orang kedua hal tersebut merupakan yang sangat berat untuk dilakukan karena akan banyak kehilangan kesempatan yang bisa menambah kepuasan-kepuasan lahiriyah. Sebab untuk mendapatkan tambahan materi bagi kepuasannya kebanyakan akan dilakukan dengan cara merugikan kepentingan yang lain.
Sebetulnya dengan selalu melakukan kontrol maupun pengendalian diri merupakan pintu gerbang untuk bangkitnya kesadaran. Sebab bisa selalu dalam keadaan tenang, karena tidak sering mendapat masalah dan kemarahan atau kekecewaan dari pihak yang dirugikan, yang akan memancarkan getaran kasar atau jahat dan akan meresapi serta meliputi dirinya. Juga akan membuat perasaan maupun pikirannya selalu gelisah. Dalam keadaan demikian kebangkitan kesadaran akan sulit bisa terjadi.
Dengan selalu menjaga ketenangan pikiran dan perasaan maka akan menghasilkan gelombang alfa yang bisa mempercepat bangkit maupun peningkatan kesadaran.
Apalagi kalau kontrol dan pengendalian dirinya disertai pengertian-pengertian bahwa semua aktivitas dari pikiran, perasaan, sikap, ucapan maupun tindakan akan berakibat. Karena semua aktivitas akan menimbulkan getaran. Yang halus lembut akan menarik keberuntungan sedangkan yang kasar atau jahat akan menarik penderitaan.
Yang kedua pengertian bahwa hidup ini merupakan kesatuan. Artinya suatu bentuk kehidupan tidak akan terjadinya tanpa bantuan dari kehidupan yang lain. Atas bantuan sesama manusia dan makhluk-makhluk yang masih di bawah tingkatan, manusialah seseorang bisa bertahan dalam waktu yang relatif lama. Misalnya dari hewan-hewan, tetumbuhan, benda-benda tambang dan mineral.
Dengan pengertian yang semacam itu seseorang akan selalu berhati-hati dalam segala tindakannya. Takut kalau sampai merusak kesatuan atau ekosistem yang ada. Suatu misal habisnya bahan bakar bumi habis karena keserakahan manusia, pasti akan terjadi keadaan yang kalang kabut. Bahan bakar nabati pasti tidak akan mampu memenuhi kebutuhan. Di mana pada saat sekarang sebagian besar penduduk bumi akan merasa gengsinya naik kehormatannya meningkat kalau sudah bisa punya kendaraan bermotor. Keperluan-keperluan jarak dekat yang bisa dicapai dengan jalan kaki atau sepeda, harus pakai motor. Merasa malu kalau gengsi dan kehormatannya merosot. Yang seharusnya malu karena menambah pemborosan pemakaian bahan bakar bumi.
Yang ketiga punya pengertian bahwa semua yang tampak terbabar semua bentuk maupun ujud bisa ada karena diresapi dan diliputi oleh zat hidup dari Yang Maha Kuasa. Dan memungkinkan ada perubahan-perubahan, pertumbuhan dan perkembangan.
Dari biji beringin yang begitu kecil bisa berubah menjadi pohon besar hanya karena mendapat unsur-unsur hara dari tanah. Siapa yang berperan dalam memberi kekuatan maupun naluri untuk memecah kulit biji sehingga ada lubang untuk keluarnya calon akar guna menarik zat-zat yang ada dalam tanah guna perkembangan selanjutnya? Sekaligus untuk memperkokoh keberadaannya agar tidak mudah roboh karena terjangan angin maupun benda-benda lain. Dan akhirnya berkembang menjadi pohon besar yang bisa digunakan untuk berlindung dari teriknya sinar matahari.
Juga untuk keberadaan hewan-hewan maupun manusia yang hanya berasal dari sperma, bisa tumbuh menjadi janin, dalam kurun waktu tertentu akan menjadi bayi dalam kandungan dan lahir tumbuh menjalani masa kanak-kanak. Menjadi remaja, masa dewasa, menuju masa lansia kemudian menutup mata.
Kalau kita mau mengamati pada perkembangan-perkembangan yang ada maka ternyata bahwa semuanya menuju perbaikan. Contohnya pada gambar-gambar manusia prasejarah yang ada di museum-museum. Postur tubuh dan raut wajahnya masih mirip-mirip kera yang tangannya masih tampak lebih panjang dibanding orang-orang jaman sekarang, karena tangan-tangan dari manusia prasejarah masih digunakan untuk bergelantungan pada pohon-pohon besar untuk menghindari serangan-serangan binatang buas, menghadapi medan yang sulit karena banyaknya duri-duri, rotan yang lebat atau menghindari banjir.
Juga tempat tinggal mereka yang terdiri dari pohon-pohon besar dan gua-gua sudah berganti dengan rumah-rumah mewah yang merupakan hutan-hutan beton dan gedung-gedung pencakar langit. Belum lagi tentang menu makanannya, perubahan di bidang teknologi, transportasi maupun informasi.
Dari hasil pengamatan terhadap perubahan-perubahan di alam semesta ini bisa menjadi pengertian yang keempat. Bahwa semua wujud tidak ada yang permanen semua mengalami perubahan-perubahan ke arah perbaikan atau kesempurnaan, dan perubahan tersebut bukan bergerak dengan sendirinya atau secara kebetulan tetapi ada suatu daya luar biasa sebagai pembimbingnya. Yang punya sifat kasih, adil dan bijaksana. Suatu kekuasaan abstrak mutlak hanya bisa dirasakan oleh insan-insan yang kesadarannya sudah meningkat, tidak berkutat hanya pada kesadaran fisik. Kekuasaan mutlak tersebut tiap negara atau kepercayaan punya istilah berlain-lainan.
Sifat yang paling menonjol dari Sang Maha Kuasa adalah Kasih. Karena kasih-Nya alam semesta ini ada. Dengan tujuan semua makhluk ciptaan-Nya baik yang tampak maupun tidak untuk dibimbing menuju kesempurnaan. Agar bisa pulang kehadirat-Nya dari mana seantero makhluk berasal untuk mendapatkan kebahagiaan yang kekal. Dengan himbauan hendaklah kamu berusaha menjadi sempurna seperti Bapakmu di sorga yang sempurna adanya.
Pengertian Bapak di sini adalah antara Sang Pencipta dengan ciptaan-Nya, yang menginginkan agar kesempurnaan dan kebahagiaan-Nya yang kekal tidak dinikmati sendiri.
Oleh karena itu tujuan suatu ritual yang paling penting adalah untuk mengembangkan sifat-sifat-Nya, terutama sifat kasih adil dan bijaksana. Agar sifat-sifat tersebut bisa meresap dalam hati sanubari. Bukan karena tempat, waktu, cara, sarana maupun menghadapnya.
Seseorang yang sudah mampu mengembangkan rasa kasihnya secara sungguh-sungguh kehidupannya akan lebih bermutu juga lebih bahagia. Lebih bermutu karena sudah tidak ingin lagi mengadakan pengrusakan, penyiksaan, pembantaian, atau perbuatan-perbuatan yang bisa merugikan yang lain, sehingga tidak mendapat predikat trouble maker, yang selalu diburu-buru rasa bersalah dan selalu curiga pada keadaan sekelilingnya.
Rasa kasih yang terpancar melalui auranya dengan warna-warni yang indah akan mengundang simpati. Tidak usah melakukan acting-acting yang terlalu over atau aksesoris yang berlebihan.
Merasa lebih berbahagia karena sesuatu yang mendapat sentuhan kasih akan menjadi lebih indah dan berharga. Karena jalinan kasih keluarga akan berbahagia. Karena kedua orang tua mau berkorban demi putra putrinya. Suatu perhimpunan akan komplek karena semua komponen yang ada selalu berusaha untuk memberikan hal-hal yang terbaik bagi perhimpunannya pada bidang waktu, dana maupun tenaga. Karena rasa kasih akan mengundang rasa bahagia bila yang dikasihi ada dalam keadaan nyaman.
Dalam keadaan yang kondusif suatu perhimpunan akan bisa fokus dalam mengarahkan para anggotanya agar menjadi insan-insan berkwalitas yang mampu berpartisipasi terhadap maha karya dari Sang Maha Pencipta yang dengan Kasih Keadilan dan Kebijaksanaan-Nya membimbing semua makhluk-Nya untuk menuju kesempurnaan.
Karena besar kecilnya partisipasinya pada maha karya tersebut sangat berpengaruh pada keadaan seseorang, kaum, bangsa, bahkan pada dunia.
0 komentar:
Posting Komentar