Apakah Manusia Itu Bebas Berkehendak dan Berbuat?

Apakah manusia itu bebas dalam bertindak ataukah tidak? Itulah satu masalah yang sejak lama diperbincangkan oleh orang-orang sudah mulai bertanya-tanya tentang apakah sesungguhnya tujuan hidup manusia?
Mereka bertanya-tanya dari manakah asal manusia, ke manakah mereka akan pergi dan bagaimanakah yang disebut hidup yang benar? Maka banyaklah pertanyaan yang diajukan oleh mereka dan tetapi belum mendapatkan jawaban memuaskan penalaran, meskipun sekarang kita hidup pada zaman yang sudah demikian canggih ini.
Untuk mereka yang ingin mendapatkan informasi yang agak luas, agar mendapatkan jawaban yang memuaskan harus berani mencoba mengenal ajaran para suci yang dalam dunia Muslim dikenal dengan para Sufi yaitu kelompok orang yang mempelajari dan menjalani ajaran Tasauf atau Tarekat atau juga ajaran Ma’rifat. Antara lain adalah Imam al Ghazali, Ibnu Arabi, Al Jilli, Jalaluddin Rumi dan banyak lagi
Pada kesempatan yang baik ini kita coba dulu dengan menjawab pertanyaan mengenai asal-usul manusia. Bagi umat awam sudah ada jawaban yang memuaskan mereka bahwa asal manusia itu adalah dari Adam, tetapi tentunya Anda belum puas bukan ?
Marilah kita membuka kitab suci Al Quran dan kita baca ayat 28 pada surat Al Baqarah
“Mengapa kamu belum beriman pada Allah, padahal dulu nya kamu mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian dimatikan dan dihidupkannya kembali, lalu kepada-Nyalah kamu dikembalikan”
Sebelum penulis melanjutkan dengan pembahasan ini, ingin penulis sampaikan kata-kata seorang mubaligh bahwa sebagian orang Indonesia kini (dalam masalah keagamaan) malas untuk berpikir dan lebih enak mengikuti saja apa-apa yang difatwakan para ulama.
Nah kita coba keluar dari apa yang disayangkan oleh sang mubaligh itu. Kita coba menggunakan penalaran netral.
Pada umumnya para ulama atau orang-orang menafsirkan kalimat “padahal dulunya kamu mati“ itu sebagai “tadinya kamu belum ada” ataupun tadinya “masih dalam rahim ibu” ataupun lagi mengatakan masih berwujud “segumpal darah“ dan sebagainya.
Nah itulah penafsiran yang pada umumnya masih berlaku pada saat ini. Padahal bila kita berpegang pada ayat-ayat yang lain dan berpandangan terbuka dan terus terang, secara jujur dan tidak membelok-belokan penafsiran, maka kalimat “dahulunya kamu mati” tentunya berarti “setelah seseorang hidup berjasmani dan setelah tua lalu mati” mati seperti pada umumnya orang mati di dunia ini, yang lalu Jiwa atau Ruhnya naik ke alam kubur atau alam barzakh atau alam penantian atau juga alam api pencucian”. 
Nah kalau ditelusuri lagi maka berarti sebelum kita mati kita ini hidup sebagai manusia karena sekarang kita hidup sebagai manusia, dengan demikian kita ini sudah pernah hidup sebagai manusia juga entah hidup dimana, di negara mana, sebagai bangsa apa dengan ibu-bapak siapa. Tetapi bagi beberapa orang tertentu yang sudah mampu bersamadi atau berkontemplasi, mereka mampu melihat catatan akasha/akasha record, melihat sejarah dirinya yang tercatat dalam jiwanya, kapan dan dimana sebagai apa laki-atau wanita dst. Maka bila ditelusuri lagi maka hidup sekarang adalah “mengulangi hidup” dari hidup yang dahulu kita tinggalkan itu. Dan karena ayat selanjutnya adalah ‘kemudian kamu dihidupkan kembali” berarti setelah kita mati nanti, kita akan dihidupkan kem bali atau istilah lain adalah kebangkitan sebagaimana yang dimaksudkan dalam ayat 5 Al Hajj, yaitu dengan apa yang dinamakan “kebangkitan/kiamat sugra” yang tentunya secara penalaran adalah jiwa kita yang diberi badan jasmani lagi agar meneruskan usaha menyempurnakan diri. Ajaran kebangkitan ini sebagian besar orang-orang belum mengerti dan meyakininya karena melupakan apa yang dikatakan atau disampaikan oleh Nabi Muhammad Rasulnya umat Islam :
“Tidak dibangkitkan daku ke muka bumi kecuali bertugas menyempurnakan akhlak/budi pekerti umat manusia “

Jadi tugas beliau adalah mengajar dan mendidik umat manusia agar pada akhirnya menjadi manusia sempurna. Manusia sempurna bagi umat Muhammad adalah seperti dicontohkan oleh Muhammad sendiri, diteladani.
Bila hadits tersebut mengatakan “dibangkitkan daku…” maka artinya sejak Nabi Muhammad dilahirkan adalah sama dengan kehidupan kita sekarang yang dilahirkan oleh ibunda kita masing-masing, jadi dilahirkan sama dengan dibangkitkan.
Disinilah kelebihan ajaran “Kebangkitan” Islam dengan ajaran “Reikarnasi” yang artinya “kembali mempunyai daging/jasmani” yang maksudnya kembali dihidupkan ke muka bumi melalui rahim ibu. Kata kebangkitan itu lebih bernada positif dari reinkarnasi. Karena pada saat ini masih ada ajaran reinkarnasi yang penafsirannya jiwa orang atau manusia itu bisa dilahirkan kembali dengan mengambil bentuk sebagai hewan atau tetumbuhan. Padahal ini hanyalah metode penafsiran untuk menakut-nakuti agar dalam kehidupan sekarang tidak berbuat banyak kejahatan (yang nantinya konon dihukum menjadi hewan atau tumbuhan, itu satu kemunduran)
Yang sebenarnya menurut hukum Evolusi, adalah bila satu makhluk telah menjadi manusia, maka ia tetap akan menjadi manusia dan bahkan jiwanya bangkit akan meningkat lebih tinggi lagi agar menjadi suci dan sempurna dan layak pulang kembali ke hadlirat Allah. Inna Illaihi rajiun
Sedangkan kata “kebangkitan’ mempunyai arti yang lebih positif ialah “jiwa’ seseorang itu setelah berada di alam barzah menurut ketetapan Allah “dibangkitkan” kembali melalui rahim ibu untuk belajar lagi guna mencapai “akhlak yang sempurna” sebagaimana tugas yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad dan juga kepada para Nabi yang lain. Jadi jiwa seseorang manusia itu dibangkitkan atau dilahirkan berluang kali kembali adalah agar mengembangkan potensi dirinya agar tumbuh mencapai akhlak sempurna, sebagaimana dilantunkan dalam lagu Indonesia Raya “bangkitlah jiwanya .. bangunlah badannya…….”
Agaknya cukup kita membahas masalah ayat yang mengatakan “padahal dulunya kamu mati”. Sekarang kita membahas penafsiran ulama yang mengatakan artinya sebagai “tidak ada”. Ini memang satu penafsiran yang pas untuk manusia di zaman jahiliyah/kebodohan pada saat itu dan tidak cocok dengan selera orang-orang sufi yang menganggap jiwa manusia itu datang melalui proses yang sangat panjang dan lama dari langit atau alam pertama, alam Ahadiyah hingga alam dunia sekarang atau alam Nasut dimana kita dibangkitkan melalui rahim ibu kita. Mereka para sufi itu memandang ayat suci : “Inna Lillahi Wa Inna Illaihi Rajiun” sebagai ayat dasar untuk menjawab masalah tentang asal-usul manusia, bahkan seluruh makhluk-Nya. Ayat mana oleh sebagian kalangan ditafsirkan sebagai berikut “sesungguhnya apa yang dinamakan manusia itu adalah makhluk spiritual yang datang dari Tuhan dan akan kembali pada Tuhan” jadi ada proses perjalanan datang dan pergi, turun dan naik, maka ada jalan turun dan ada jalan naik yang di zaman ini telah ditemukan satu kata Involusi/Emanasi dan Evolusi.
Emanasi adalah jalan turun ialah proses yang panjang dan lama dari alam pertama ke alam ke tujuh dimana sekarang kita hidup, yaitu proses materialisasi dari alam Illahiah menuju alam jasmaniah menjadi terbentuknya zat-zat di dalam bumi sebagai cikal bakal pembentukan makhluk-makhluk yang kemudian muncul setelah bumi memenuhi syarat bagi adanya kehidupan di permukaannya.
Setelah terbentuk zat-zat di dalam bumi, maka proses pembentukan makhluk atau proses Evolusi dimulai yaitu dimulai dari benda tambang/mineral naik ke tingkat tumbuh-tumbuhan, ke tingkat hewan dan akhirnya insan kamil/manusia sempurna bentuk jasmaninya (jiwanya belum sempurna dan perlu ulangan hidup yang banyak agar tercapai target yang dikehendaki oleh hadits Nabi seperti dikutip di muka)
Di sini jelas bahwa para makhluk itu … takdirnya … sebelum meningkat ke alam manusia….belum diberi kemampuan untuk memilih dan memilah. Karena belum diberi akal untuk berpikir, belum mampu memilih berkehendak bebas ataukah tidak!
Jadi yang dinamakan Evolusi adalah hukum atau sistem Illahiah yang berfungsi di seluruh alam semesta raya, guna membimbing seluruh makhluk agar membentangkan potensi Illahiahnya masing-masing sebagai makhluk-makhluk-Nya. Yaitu makhluk yang teremanasi/terpancar/ berasal dari Satu- Satunya Tuhan Yang Maha Illahiah itu.
Dengan itu pula ajaran para Sufi mengatakan pada kita bahwa setiap makhluk apakah itu atom-atom, mineral/benda tambang, hewan-hewan, manusia, bintang-bintang di langit, kesemuanya yang berada di alam semesta itu adalah untuk membentangkan potensi Illahiahnya masing-masing. Potensi Illahiah ini terkandung di dalam diri setiap makhluk, karena masing-masing bersumber dari Satu-Satunya Sumber Yang Maha Tunggal itu. Sang Absolut. Nah potensi Illahi yang terdapat dalam diri manusia itulah yang dinamakan percikan Tuhan/pletik Illahi/Ruh manusia. “… setelah Kusempurnakan kejadiannya maka Kuhembuskanlah Ruh-Ku …..” Dan manusiapun menjawab…Inna Lillahi Wa Inna Illaihi Rajiun….. demikianlah ayat suci dalam al Quran mengatakan.
Ayat-ayat tersebut diinterpretasikan Sang Nabi … Qolabul Insan baitur rahim …. Jantung kolbu manusia adalah rumah Tuhan … Man arofah nafsahu faqod arofah Rabbahu … Barang siapa mengenal dirinya maka pastilah dia akan mengenal pula Tuhan-Nya …. Al Insanu sirri wa Ana Sirruhu … Manusia adalah rahasia-Ku dan Aku adalah rahasianya. Umat Kristen mengatakannya sebagai berikut : “Tidak tahukah kamu bahwa kamu adalah Bait Allah dan bahwa Ruh Allah berdiam di dalam kamu, sebab Bait Allah Kudus dan Bait Allah adalah kamu. Kita adalah rumah Allah yang hidup.“ ( Kor. 3 : 16-17 )
Dalam Hinduisme dikatakan bahwa di dalam diri manusia bersemayam Atman. Atman bersifat kekal, tidak berawal dan berakhir berasal dari Brahman. Barang siapa yang menyadari akan kenyataan yang mendalam ini pasti akan hidup tenang dan damai. (Bhagavad Gita)
Demikianlah antara lain TAKDIR yang berlaku atas diri manusia. Makhluk yang setelah menjalani proses panjang Evolusi meningkat menjadi manusia yang sempurna jasmaninya/bentuk tubuhnya, tetapi jiwanya sebagai pletik
Illahi harus ditumbuh-kembangkan sendiri, diberinya Akal agar dapat memilih jalan lurus yang benar atau sebaliknya, karena Allah mempersilakan agar setiap orang memilih satu di antara dua jalan yang disediakan sebagaimana ayat :
“Bukankah kami telah memberikan dua mata, lidah dan dua bibir. Dan telah menunjukkan kepadanya dua jalan? (untuk dipilih jalan mana yang benar)" Al Balad ayat 8-10
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan lurus (yang harus dipilihnya) ada kalanya manusia itu bersyukur dan ada kalanya pula ia kufur “ Al Insaan ayat 3.
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus menghadap kepada Agama Allah (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tak ada peru bahan pada fitrah Allah. (itulah) Agama yang lurus, tetapi kebanyakan orang belum mengetahuinya “ Ar Ruum 30.
Yang dimaksud fitrah adalah karena manusia itu adalah pletik Illahi maka selalu cenderung untuk melakukan kebenaran yang hak. Dan Islam adalah agama fitrah yang artinya cocok dengan kecenderungan manusia itu. Inna lillahi wa inna lllaihi rajiun.
Nah apabila manusia akan menggunakan kebebasannya yang positif yang sesuai dengan fitrah, maka dia harus memilih jalan yang lurus, agar tidak masuk ke dalam jurang penderitaan. Karena memang setiap pilihan ada sanksinya, sehingga dengan pilihan yang positif itu ia dengan cara bertahap atau berangsur-angsur meningkat ke arah kesucian dan akhirnya kesempurnaan, dan layak untuk masuk naik ke alam Malakut dimana para makhluk atau manusia suci berada. (karena dia juga sudah suci)
Kembali pada ajaran Sufi bahwa manusia adalah satu di antara banyak makhluk yang berasal dari-Nya, maka bila kita pernah membaca dan merenungkan filsafat perenial akan kita yakini bahwa ada Yang Absolut di balik alam ini
Alam ini hanyalah manifestasi/pembabaran dari Yang Absolut. Sementara itu eksistensi dari alam raya itupun bertingkat mulai dari Tuhan di alam Ahadiyah hingga kepada makhluk-makhluk di alam jasmaniah. Dipandang dari tingkat-tingkat ini maka agama sebagai jalan yang lurus adalah sangat penting bagi manusia di dalam menempuh perjalanan pulang ke hadlirat-Nya. Inna Illaihi rajiun
Agaknya dalam setiap agama mengajarkan hal yang sama untuk menaikkan kesadaran hingga mencapai titik tertentu, yang dalam Islam adalah peningkatan dari yang Syariah kepada thariqah, naik kepada hakikah dan akhirnya ma’rifah. Setiap agama mempunyai metode sendiri yang harus diikuti oleh umatnya. Misalnya umat Hindu dalam Bhagavad Gita mengenal 18 jalan yang diantaranya ada empat yang banyak digunakan. Ada Karma Yoga, ada Bhakti Yoga ada Jnana Yoga ada Raja Yoga dan Mantra Yoga. Yoga itu artinya persatuan dengan pribadi luhur manusia yang ada dalam diri sendiri.
Dengan penjelasan tersebut maka agama bisa dipandang dari dua sudut. Dari atas yang Illahi sebagai “asal dari yang illahi/Inna Iillahi “ (Divine Origin) dan dari segi kemanusiaan sebagai jalan. “Jalan“ kembali pada Tuhan/Inna Illaihi rajiun. Jadi ada Jalan turun dan Jalan naik atau Pavriti marga dan Nivriti marga dalam Hinduisme yang dalam tradisi Islam dirangkai menjadi kalimat yang indah “Inna Lillahi Wa Inna Illaihi Rajiun. Dengan itu sangat jelas bahwa Tuhan adalah asal dan tujuan akhir dari semua manusia bahkan semua makhluk. Yang dalam filsafat Jawa terkenal dengan ungkapan “sangkan paraning dumadi”
Akhirnya adanya kenaikan eksistensi tersebut digambarkan oleh Jalaluddin Rumi dengan indahnya. Sebagai hasil dari samadinya yang dalam. Mari kita renungkan !
Bila kumati gugur ke bumi
Ujud menjelma menjadi rumput
Dari rumput menjelma hewan
Mati hewan Insanku timbul

Apa kutakut kepada maut ?
Setelah cukup genap bilangan
Tujuh ratus tujuh puluh tubuh
Terhempas di muka bumi

Nyawa melayang ke “Rahmat Allah”
Di baris malaikat penjaga alam
Perjalananku kan terus menuju Dia
Semua binasa kecuali Dia
Aku pun Fanaa
laksana suara kecapi
Nyanyianku hilang ke dalam baqa
“Inna Illaihi rajiun”
Semua kita kepada-Nya akan kembali

Jalaluddin menambahkan di hadapan kita bersandarlah tangga (agama Islam/sulama/jenjang untuk naik). Dahulunya kita adalah materi yang membeku setelah itu naik ke alam tetumbuhan naik lagi ke alam hewan. Bagaimana hal itu akan tersembunyi bagi pandanganku. Setelah itupun engkau naik menjadi Insan kamil, yang diberi anugerah Akal, Iman dan Ilmu. Perhatikanlah betapa indahnya perjalanan kenaikan tingkat-tingkat yang telah kau lalui. Dan tak dapat tidak kau akan meningkat ke alam Malakut menjadi sederajad dengan para Malaikat.
Lalu kau akan meninggalkan bumi ini untuk kembali ke langit. Dan akhirnya pun akan engkau tinggalkan pula alam Malakut itu, lalu menyelam ke dalam lautan Hakikat wujud agar percikan air pemandianmu menjadi 100 lautan.
Sudut pandang ini bukanlah hal yang asing dalam filsafat tradisi. Hampir di semua ajaran Sufi, Tao, Kabala, Gnostik Kristen, Buddhisme, Hinduisme mengajarkannya dengan metode yang sesuai. Dalam masyarakat barat pun agaknya masih dapat ditemukan jejak-jejaknya dalam tradisi yang mewarisi filsafat Neo Platonisme, walaupun secara keseluruhan sudut pandang ini dalam filsafat Barat sebagai hal yang aneh dan asing. Akhirnya marilah kita gunakan kebebasan agar dapat pulang ke Sumber.@
Readmore → Apakah Manusia Itu Bebas Berkehendak dan Berbuat?

Pengetahuan Adalah Cahaya

Tujuan artikel ini dibuat adalah untuk memperkenalkan kepada para peminat Theosofi/Hikmah Illahi akan adanya satu disiplin kehidupan yang berlandaskan kepada Persaudaraan Universal antar semua makhluk, dalam etika kehidupan yang berlandaskan kepada Kasih, Kecerdasan, dan Bebas dari Kekerasan serta Pemahaman akan keIllahian esensi setiap makhluk, karena semuanya bersumber dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Artikel ini merupakan sumbangan pemikiran bagi mereka yang sedang mencari pengetahuan hakiki. Ialah pengetahuan yang membawa manusia kepada wawasan yang universal, cerdas dan bijaksana, sehingga dengan mengerti pengetahuan ini, ia akan merasakan hidup yang lebih bermakna, lebih berbahagia.
Selain itu juga akan menjalani hidup dengan tenang, karena sudah mengerti adanya hukum-hukum alam/sunatullah yang mengatur gerak seisi alam semesta dalam perjalanannya menuju ke kesempurnaan, sehingga dengan ikhlas menyesuaikan diri dengan hukum-hukum atau kehendak yang Kuasa.
Tidak menyesali apa saja yang menimpa dirinya dalam hal, tempat, waktu ataupun keadaan. Karena yang terjadi pada dirinya adalah dikarenakan akibat dari perbuatannya sendiri di masa hidup yang lalu. Perasaan iri, dengki dan dendam sudah tidak mengganggu hidupnya. Hidup lebih bermakna dengan selalu mengerjakan amal-amal bakti yang sesuai dengan kemampuannya, demi buah yang akan datang.
Maut sudah tidak menakutkan dirinya, karena mengetahui bahwa hal itu satu hukum dalam kehidupan dan harus berjalan, agar seseorang mendapatkan kemajuan hidup di masa datang.
Tidak mau membuat kerusakan yang menjadikan penderitaan terhadap apa saja di sekelilingnya karena tahu bahwa apa saja dalam alam ini adalah makhluk Illahi yang sedang mengembangkan potensi dirinya, sehingga merupakan Satu Kesatuan. Semua mengandung Pletik Illahi. Pengrusakan akan menimbulkan gangguan pada keseimbangan alam dan menimbulkan malapetaka.
Akhirnya meyakini bahwa keberadaanya sebagai manusia di muka bumi telah melalui perjalanan yang sangat panjang dan lama/jutaan tahun, sehingga tak mau lagi mengerjakan tindakan-tindakan yang merugikan diri/merosotkan martabat dirinya.
Itulah antara lain bila seseorang mau dengan tekun mempelajari Hikmah Illahi/ Theosofi/ Kebijaksanaan Tuhan.

Pengetahuan Adalah Cahaya
Pengetahuan adalah cahaya yang menerangi jalan menuju surga, demikianlah ungkap seorang Nabi. Lalu pengetahuan yang bagaimanakah yang harus dipelajari dengan kesungguhan?
Pada zaman ini manusia sudah memasuki abad ilmu pengetahuan. pakaian luar dari agama telah banyak kehilangan relevansinya bagi sebagian besar orang yang berpikir. Tetapi pencarian akan “Kebijaksanaan Kuno, pencarian akan Ilmu Kehidupan dan Pertumbuhan yang mendasari ajaran agama-agama kita tetap kuat seperti semula. Pencarian ini akan terus berlanjut, apalagi dengan adanya Ungkapan “Carilah ilmu walaupun sampai ke negara China.”
Di sini penulis ingin berbagi Pengetahuan itu dengan siapa saja yang mau dengan sungguh-sungguh mempelajarinya.
Beberapa aksioma dasar dari penelitian parapsikologi :
- Terdapat satu ilmu bagi pertumbuhan/perkembangan jiwa manusia
- Kebanyakan manusia masih memiliki energi dan daya kemampuan yang laten/tertidur
- Sesungguhnya manusia itu ditakdirkan agar berkembang menjadi sesuatu yang jauh lebih besar dari keadaannya sekarang
Seorang Filosof mengatakan, “Manusia adalah jembatan yang melintang di atas jurang perlintasan berbahaya dari binatang dan Malaikat.”
Hubungan ini (antara hewan dan Malaikat) hanya dapat ditemukan setelah ada pengembangan kemampuan dan bakat yang diperlukan guna menyelidiki ke dalam struktur, fungsi dan hubungan Proses Kosmis.
Demikianlah mereka telah menyimpulkan adanya satu pengetahuan bagi manusia yang sudah siap, dan mau berusaha secara sungguh-sungguh mempelajarinya dan kemudian mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan yang dimaksud sudah disebarluaskan pada tahun 1875 oleh dua orang Barat dan kini ajarannya sudah menyebar ke banyak negara.
Pengetahuan ini adalah pengetahuan yang sangat penting tetapi sangat sukar untuk dimengerti. Pengetahuan ini adalah pengetahuan tentang manusia, asal mula dan tugas kewajibannya selama kehidupannya di bumi ini. Inilah pengetahuan itu :
Manusia adalah makhluk pantulan Tuhan yang menjelma, karenanya pada hakekatnya manusia adalah Pribadi Spiritual yang sejati (Inna lilahi wa inna ilaihi rojiun) yang bersifat kekal dan tunggal dengan kepribadian Alam Semesta.
Manusia diturunkan ke muka bumi dengan melalui proses hukum Pengembangan ke arah Kemajuan/Evolusi/Mi’raj yang kemudian berlangsung melalui ulangan hidup atau kebangkitan kembali.
Kebangkitan atau Ulangan hidup itu ditarik oleh daya keinginan, dan dari pengaruh kebangkitan itu, manusia dibebaskan melalui pengetahuan dan pengorbanan.
Proses kematian hanyalah kelanjutan dari kehidupan bumi fisik dalam dimensi yang lebih halus, untuk menyerap saripati pengalaman hidup di bumi. Saripati itu tidak lenyap dan akan dilanjutkan dalam proses kehidupan di masa datang di akherat.
Manusia sejatinya adalah Makhluk Spiritual yang berasal dari Tuhan dan akan kembali pada Tuhan. Oleh karena itu kaitan hidup manusia dengan Tuhannya sangat akrab. Tujuan kehidupan manusia di bumi antara lain adalah untuk membantu Rencana Illahi, yaitu Evolusi, yaitu membantu makhluk-makhluk/manusia mengembangkan potensi Illahi/energi yang masih laten ada dalam agar berkembang.
Yang dimaksud agar berkembang itu adalah “kemampuan mengendalikan diri dari sifat-sifat negatif dalam dirinya” yang dalam ajaran agama dinamakan “musuh-musuh manusia”. Sehingga manusia dengan kesadaran diri yang tinggi menyesuaikan diri dengan hukum-hukum Illahi.
Manusia selaku Ruh yang berasal dari Tuhan di Alam Illahiah/Ahadiyah dan setelah berjasmani sekarang berada di alam Jasmani/alam Nasut/Insan Kamil, memakai wahana-wahana untuk dipakai berkomunikasi dalam alam-alam kehidupan. Di alam fisik memakai badan jasmani, di alam astral/jabarut memakai badan perasaan/keinginan/nafsu lawamah, di alam pikiran/malakut rendah dan tinggi memakai wahana pikiran rendah/nafsu amarah dan tinggi/nafsu mutmainnah.
Di alam astral/jabarut dan di alam mental/malakut inilah terdapat getaran-getaran yang membuat manusia mempunyai sifat-sifat negatif, yang dalam ajaran agama ialah nafsu amarah dan nafsu lawamah. Inilah musuh-musuh manusia yang ada dalam dirinya agar dikendalikan, hingga yang berkuasa adalah nafsu mutmainnah sebagai wakil dari Ruh manusia.
Sebagian Ulama mengajarkan bahwa Allah itu punya musuh, yang dimaksud adalah Ruh-Allah yang ada dalam diri manusia itu.
Oleh karena itu apabila kita ingin mengenal diri sendiri maka juga termasuk mengenal konstitusi manusia yaitu Ruh, Jiwa dan Jasmani. Jiwa terdiri dari tiga unsur. Yang dalam Theosofi disebut badan mental luhur/nafsu mutmainnah, badan mental rendah/amarah dan badan keinginan/ perasaan/nafsu lawamah.

Mengenal Musuh-musuh Manusia
Manusia diturunkan ke bumi melalui alam-alam, dan ketika berada di alam astral/jabarut dan mental/malakut dirinya masuk ke dalam getaran-getaran rendah yang membuat manusia mempunyai sifat negatif. Dalam ajaran agama hal dibuat menjadi suatu cerita yang menarik, berupa suatu kabar gembira tetapi juga suatu peringatan, bahwa ada tujuan tertentu dalam “penciptaan manusia”
Dalam Rencana Illahi manusia harus kembali pada-Nya (….inna illaihi rajiun). Yang Maha Suci. Oleh karena itu kembalinya pun harus dalam keadaan suci, selama dirinya belum suci, dia harus mengalahkan sifat-sifat negatif dalam dirinya itu. Itulah musuh manusia yang berada dalam dirinya.
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuhmu “
Musuh manusia adalah Iblis dan Jin. Perbuatan mereka dinamakan syaitan, syaitan itu artinya Kejahatan. Makhluk-makhluk di alam Jabarut inilah (yang diberi tugas oleh Allah) untuk menyesatkan dan menjerumuskan manusia ke dalam penderitaan di dunia maupun di hari kemudian (akherat). Oleh karena itu sebelum mengerjakan sesuatu berkenaan dengan dirinya, haruslah tahu dulu apa dan siapa dirinya, asal dari mana, mau ke mana dan harus bagaimana bertindak yang benar dalam hidup ini!
Hal ini dinyatakan oleh Iblis. Telah berkata Iblis :
“Wahai Tuhan, demi kebesaran-Mu, maka akan kusesatkan mereka (manusia) semua, kecuali hamba-hambamu yang shaleh.“
Suatu saat Nabi Muhammad yang sedang bersama Aisyah ketika saja dengan tiba-tiba sang Nabi mengendap-ngendap keluar, setelah agak jauh rupanya Aisyah tidak tahan dan juga mengendap-ngendap menyusulnya. Tentu saja Nabi mengetahui dan segera menegur, “Rupanya syaitan dalam dirimu muncul” Aisyah menjawab “Adakah syaitan dalam diriku ya Nabi?” “Ya Ada.” jawab Nabi.
Karena syaitan dan malaikat adalah salah satu unsur dalam jiwa manusia, maka sekarang kita tinggal memilih unsur mana yang kan kita perkuat. Unsur positif akan membawa ke alam bahagia, naik ke atas, mi’raj ataukah kita akan menjadi sahabat syaitan menjadi syaitan. Agar lebih jelas perhatikanlah 3 unsur ini:
Unsur Syahwat/Lawamah konon bertempat dalam darah hitam manusia, Sifatnya: Pemalas, Pasif. tabiatnya, serakah, rakus dan tidak berketentuan.
Unsur Godhob/Amarah konon bertempat dalam darah merah manusia. Sifatnya; Sombong. Tabiatnya: kejam, buas, senang dipuji/ria, egois, suka menjerumuskan orang lain demi kepentingan dirinya sendiri.
Unsur Natiqoh/Mutmainnah konon bertempat dalam darah putih manusia. Sifatnya: Arif Bijaksana, penimbang rasa, tenang, tentram dan damai dan sifat-sifat Malaikat lainnya; Tabiatnya: suka menerima ilmu dan nasehat.
Nah, ajaran agama mengajak kita semua berusaha berjuang mengembangkan sifat-sifat Mutmainnah/Pribadi luhur/Malaikat atau sifat-sifat Satva dalam Bhagavad gita. Silahkan Anda pilih!

Siapakah yang layak memimpin aku.
Syahwat : maka aku akan menjadi orang yang pemalas / pasif, selalu ragu, pendirian lemah, tamak, pengecut, ingin selalu enak tanpa kerja keras, tidak ingin susah. (sifat Jin)
Godhob : maka aku akan menjadi seorang yang sombong/ria, senang dipuji, pemarah, angkara murka, kejam buas, serta ingin benar sendiri, egois, ingin menang sendiri (sifat Syaitan)
Natiqoh : maka aku akan menjadi orang yang bijaksana, suka perdamaian, suka mencari ilmu, pengasih penyayang pada segala makhluk dan lain-lain sifat malaikat.
Nah, sekarang kita tahu bahwa dalam diri manusia itu ada potensi Illahi yang hebat tetapi terbungkus/terselubung oleh nafsu-nafsu negatif. Ajaran agama menganjurkan umat manusia untuk merebut kekuatan-kekuatan itu agar kita selamat dan sejahtera. Perhatikan Al Baqarah ayat 63 :
"… peganglah teguh-teguh apa yang kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya …".
Demikianlah manusia adalah makhluk yang mendapatkan Anugerah yang sangat besar karena dikaruniai kekuatan akal untuk berpikir sehingga mempunyai kemampuan meningkatkan dirinya ke tingkat yang lebih tinggi, agar mendapatkan Jubah Cahaya (Imam Al Ghazali)
Readmore → Pengetahuan Adalah Cahaya

Theosofi Adalah Tasauf / Hikmah Illahi

Theosofi adalah Hikmah Illahi atau Kearifan Illahiah yang pada awalnya diperkenalkan kepada Bangsa Barat. Tetapi kini bangsa Timur yang merupakan pemilik dari filsafat (perenial) tersebut sudah selayaknya juga mengenalnya dan juga lebih mendalaminya.
Ajaran dasarnya adalah bahwa manusia itu diciptakan Tuhan, lalu apakah Tuhan akan membiarkan makhluk-makhluknya hidup begitu saja, tanpa tujuan tertentu?
Ayat no 115 Al Mu’minun menjelaskan :
“Maka apakah kamu menyangka bahwa kami menjadikan kamu tanpa tujuan, dan bahwasanya kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami “?
Demikianlah sesungguhnya manusia makhluk spiritual yang datang dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
Dalam Hadits Qudsi dijelaskan sebagai berikut:
“Aku adalah Perbendaharaan Yang Tersembunyi, maka Aku berhasrat agar dikenal oleh makhluk-makhluk-Ku. Oleh karena itu Kujadikan Alam Semesta ini dengan semua makhluk-makhluknya, sehingga dengan Akulah mereka mengenal Diri-Ku”
Isi dari hadits tersebut adalah maksud dan tujuan tertinggi dari penciptaan makhluk-makhluk oleh Tuhan Allah agar setiap orang dapat mengenal diri-Nya.
Manusia adalah makhluk pantulan Tuhan yang menjelma karena pada hakekatnya manusia adalah pribadi spiritual yang sejati dan bersifat kekal dan tunggal dengan kepribadiannya alam semesta.
Lebih jelas lagi adalah Baqarah ayat 156 ini yang berbunyi “Innaa Lillahi wa inna Ilaihi raaji’un” “Sesungguhnya kami berasal dari Allah dan kepada-Nyalah kami akan dikembalikan “
Tentu yang dimaksud adalah bahwa Ruh manusia itu yang berasal dari Allah sebagaimana Surat Shaad ayat 72 yang berbunyi “Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya RUHKU…”
Jadi jelas bahwa Ruh manusia adalah bagian dalam diri manusia sedangkan jiwanya (nafs = amarah, lawamah dan mutmainnah) dan jasmaninya adalah alat-alat atau instrumen belaka yang harus tunduk kepada kemauan sang Ruh.
Oleh karena Ruh manusia itu bagian kecil dari Ruh Illahi maka sudah selayaknya tunduk kepada Rencana Illahi yang amat teguh (Al Araaf ayat 183)
Telah dijelaskan dalam ayat di atas bahwa Ruh manusia itu berasal dari-Nya. Apakah ada haditsnya? Haditsnya adalah “Qolabul Insan baitur rahiem” “Jantung kalbu manusia adalah rumah Tuhan” Al insanu sirri wa Anna sirruhu” “Manusia adalah rahasia-Ku dan Aku adalah rahasianya”
Bahkan hadits Qudsi ini menantang manusia agar berusaha mengenal dirinya dalam-dalam hingga nantinya akan mengenal Tuhannya “Man arofah nafsa hu faqod arofa rabbahu” “barang siapa mengenal dirinya dia akan mengenal Tuhannya”
Jadi bila manusia sudah menyadari bahwa Ruhnya berasal dari Tuhan, maka cukup dengan mengenal dirinya sendiri yang Ruh itu, maka berarti dia telah mengenal Tuhan-Nya.
Mengenal Tuhan adalah tujuan penciptaan dan merupakan satu kebahagiaan terbesar pula bila Anda telah mengenal Tuhan dalam diri Anda.
Tetapi ternyata tarikan kesenangan duniawi sangatlah kuatnya sehingga Yang Maha Pengasih perlu memanggil-manggil kita agar jangan lalai/lengah yang nantinya berakibat menjadi kerugian bagi kita, masuk ke dalam golongan Kiri bila kiamat bumi/kubra datang.
“Hai jiwa-jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati ridha dan diridhai-Nya. Masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku“
Mengenal diri, berarti kita mencoba menganalisa diri kita, sebagai makhluk yang mempunyai sifat-sifat ganda, yaitu positif dan negatif. Sifat positif berasal dari nafsu Mutmainnah dan sifat negatif dari nafsu Ammarah ditambah nafsu Lawamah. Kedua jenis sifat-sifat inilah yang selama kehidupan manusia di bumi selalu bertentangan. Untuk memerangi sifat-sifat negatif itulah perlu Jihad Akbar. Maka tugas manusia yang mulia adalah selalu berusaha mengembangkan sifat-sifat positif/mutmainnah dalam pengendalian diri yang ketat.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa secara umum tujuan hidup manusia adalah mencapai kesempurnaan lahir dan batin. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan berusaha mematuhi hukum-hukum/syariah yang diajarkan agama yaitu hukum Pengembangan diri/Evolusi/Mi’raj, hukum Sebab musabab dan hukum Kebangkitan / Ulangan hidup.
Apakah benar tujuan hidup hakiki adalah mencapai kesempurnaan? Tujuan hidup untuk mencapai kesempurnaan itu telah disampaikan Nabi Muhammad sejak awalnya, seperti sabdanya :
“Tidak dibangkitkan daku ke muka bumi kecuali untuk menyempurnakan akhlak/budi pekerti umat manusia”
Kemudian adakah kewajiban setelah mencapai kesempurnaan atau mengenal dirinya sendiri itu? Manusia yang telah mengenal dirinya sendiri berarti telah memperoleh Anugerah yang besar, sedangkan manusia yang belum mengerti Rencana Illahi masih sangat banyak. Oleh itu dianjurkan agar mereka yang telah mengenal dirinya itu juga membantu yang lain untuk berusaha mengembangkan dirinya agar nantinya juga mengenal dirinya sendiri.
Lebih banyak manusia yang telah mengenal dirinya akan membuat dunia seisinya lebih aman damai dan sejahtera dan banyak orang lebih berbahagia karena menyadari tugas hidup yang sebenarnya harus dilakukan, menjadi manusia Altruis (Lebih mementingkan orang lain daripada dirinya)
Awan-awan putih, yang menjadi lambang pikiran-pikiran positif akan mendominasi ruang-ruang angkasa raya, sehingga harapan munculnya surga di muka bumi akan segera tercapai.

Apa dan Siapa Tuhan
Apa dan Dimanakah Tuhan


Tuhan, disebut juga Yang Mutlak, Sang Absolut, ini adalah teka-teki yang sarat dengan misteri, namun tetap sebagai satu hal yang sangat menarik, khususnya dalam bidang filsafat dan keagamaan.
Sang Absolut itu disebut juga sebagai Realitas Tertinggi yang merupakan Pusat dan Inti Kehidupan manusia. Ia juga merupakan Sumber asal mula dan landasan Alam Semesta dimana kita manusia juga adalah sebagian dari pada-Nya
Sang Absolut adalah satu-satunya sumber dan tujuan dari semua yang bereksistensi (seluruh makhluk, seluruh alam-alam semesta, seluruh partikel, seluruh prinsip, seluruhnya) baik yang dimanifestasikan  maupun yang tidak bermanifestasi, dan Sang Absolut adalah senantiasa kekal abadi.
Karena setiap apapun yang bermanifestasi adalah pasti berbentuk dan memerlukan waktu, padahal Sang Absolut adalah senantiasa kekal.

Mengatasi Maha Ruang
Mengatasi Maha Waktu


Mengatasi Bilangan, sehingga bukan Satu (=bilangan dibatasi oleh bilangan) melainkan Satu-satunya (bukan bilangan)
Absolut adalah istilah filsafat bagi Tuhan Yang hanya Satu-Satunya itu.
Demikian juga aspek metafisika dalam Tasauf. Aspek metafisis ajarannya melukiskan pertama-tama Kodrat Kenyataan, Ketunggalan Hakekat yang merupakan Satu-satunya yang Ada dalam pengertian Yang Mutlak dan Utama yang di sampingnya tak ada apa-apa lagi.
Kemudian melukiskan Alamat Tuhan yang Hakiki melalui Nama-Nama dan Sifat-Sifat Tuhan dan melalui ketentuan perbedaan tingkat-tingkat kehidupan, dan akhirnya mengenal kodrat manusia sebagai alamat Tuhan yang menyeluruh.
Mengapa sebagai alamat Tuhan yang menyeluruh? Karena tujuan penciptaan adalah agar manusia mengenal dirinya, sehingga mengenal Tuhan-Nya.
Sifat-sifat Tuhan yang perlu dipahami adalah Allah bersifat Wujud, wujud itu artinya Ada yang bersifat wujud itu dinamakan Maujud, artinya Yang Ada. 
Firman-firman-Nya :
“Tidak ada satupun yang patut disembah melainkan hanya Allah”
“Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Tunggal, tidak ada yang lain melainkan hanya Dia (Allah)”
“Tidak ada yang lain yang patut disembah, melainkan hanya Dia Yang Hidup. Yang berdiri dengan sendirinya“.
Selain itu kita wajib percaya bahwa Allah mempunyai Sifat Qudrat artinya kekuasaan. yang bersifat Qudrat itu dinamakan Qadir, artinya Yang berkuasa.
Selain mempunyai Sifat Qudrat Allah juga mempunyai Sifat Iradat, yang artinya ber-Kemauan atau ber-Kehendak
Dalam surat Yasin ayat 82 Allah berfirman:
“Apabila Allah hendak menjadikan sesuatu, tidak lain perintah-Nya melainkan Dia bersabda ‘Jadilah’ (Qun) maka terjadilah sesuatu.
Demikianlah kita hanya menyembah kepada Tuhan Yang Hidup (Hayat)
“Tidak ada tuhan (yang patut disembah) melainkan hanya Dia Yang Hidup” Al Mu’min ayat 65.
Maka hanya dengan kata “Qun” atau Jadilah, Dia Yang Hidup, Dia Yang Berkuasa, Dia Yang Berkemauan/Yang Berkehendak, Dia Yang Maha Pandai, Maha Bijaksana, Dia Sang Absolut, Dia Perbendaharaan Yang Tersembunyi berhasrat agar dikenal Siapa Diri-Nya.
Terbentuklah sekarang Alam Semesta Raya dengan jutaan galaksi, milyaran bintang, dan planet-planet yang terlihat sangat indah di malam hari.
Dimana kemudian dari satu planet kecil bumi, muncullah makhluk yang bernama Manusia, setelah melalui proses yang sangat panjang.
Oleh itulah para cerdik pandai, berseru: Hai manusia “kenalilah dirimu!” Sudah tentu ungkapan ini mengulangi hadits Qudsi tersebut agar manusia selalu mengingat tujuan penciptaan manusia.
Setiap orang akan mengalami kematian yaumil qiamat. Bila jasad dan ruh berpisah, jasad akan kembali ke tanah dan Ruh masuk ke alam barzakh, setelah beberapa waktu di alam barzakh Ruh masuk ke alam akherat untuk menentukan nasibnya sendiri-sendiri sesuai dengan amal perbuatannya selama hidup di dunia (berjasad).
Dengan adanya kepastian ini, seharusnya setiap orang sebelum meninggal dunia, diwajibkan mempelajari/menyelidiki/mengetahui lebih dulu dimanakah letaknya alam akherat itu dan bagaimana caranya hidup di akherat itu agar mencapai kebahagiaan di surga yang luasnya meliputi langit dan bumi.
Mereka yang belum mengenal Dzat Tuhan dan mengenal cara hidup di alam akherat semasa hidup sekarang, pastilah mereka akan buta pula mata hatinya nanti di alam akherat (Al Isra ayat 72)
Kebanyakan umat awam (umat yang pengetahuannya masih sedikit) berkata bahwa rahasia-rahasia alam akherat dan mengenal Dzat Allah itu tak dapat diketahui lebih dulu sebelum meninggal dunia.
Hanya dapat diketahui setelah kehancuran bumi, planet dan alam semesta, lagi pula nasib di alam itu terserah kebijaksanaan Tuhan. Pendapat ini menunjukkan kebodohan/kedangkalan ilmunya saja dan menyimpang dari kebenaran ajaran agama.
"Sesungguhnya Allah tak akan merubah nasib suatu golongan, melainkan golongan itu sendiri merubah nasib dirinya."
Dan sebenarnya sesuatu yang ghaib itu, baik Dzat Allah maupun alam akherat itu semuanya telah jelas dan terang tercantum dalam kitab suci Al Quran :
"Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata." An Naml ayat 75.
Bagi Anda yang mau belajar dengan sungguh-sungguh nantinya akan mengerti bahwa sesuatu yang gaib itu menjadi tidak gaib lagi, Insya Allah yaitu bila telah mengenal Dzat Allah. Tajali.@
Readmore → Theosofi Adalah Tasauf / Hikmah Illahi

Di manakah Surga dan Neraka?

Umat beragama mengenal kata surga dan neraka sebagai tempat atau keadaan dimana jiwa manusia setelah wafatnya mengalami siksaan berupa derita dan sebaliknya ganjaran berupa keadaan yang menyenangkan. Istilah lain adalah siksa kubur dan nikmat kubur di kalangan umat Islam. Tempatnya adalah di alam barzakh atau api pencucian.
Jadi alam barzakh adalah alam dimana arwah manusia mengalami kedua peristiwa itu. Tetapi konon ada jiwa-jiwa yang langsung masuk surga, jadi tidak mampir ke neraka. Di dalam kitab suci Quran ada ayat yang menjelaskan bahwa ada jiwa-jiwa yang ditahan di alam barzah dan kemudian dilepas kembali agar kembali aktif meneruskan tugasnya di muka bumi yaitu mencari ilmu guna menyempurnakan diri.

Az Zumar ayat 42 :
“Allah menerima jiwa (orang) ketika matinya dan jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”

Jadi Allah menerima jiwa orang mati dan orang tidur di alam barzakh. Orang yang sedang tidur hanya beberapa jam sedangkan jiwa orang mati yang penahannya sudah cukup dilepas kembali ke muka bumi untuk suatu masa yang ditentukan untuk melanjutkan belajar hingga mencapai tujuan.
Arti suatu masa yang ditentukan adalah ketika sang jiwa itu dilepas kembali dibangkitkan melalui rahim ibu (lihat ayat No. 5 Al Hajj) yaitu sejak dilahirkan sampai usia kematiannya. Bisa di usia muda atau pun usia tua. Ini ada hukum sendiri yang mengatur. Itulah maksud dari ayat “suatu masa yang ditentukan”
Apakah tafsir ini tidak menyalahi penafsiran ulama-ulama dahulu. Sebab ulama-ulama dahulu mengatakan jiwa-jiwa orang mati itu ditahan di alam barzakh menunggu datangnya kiamat bumi kita ini.
Kita berterima kasih pada ulama-ulama dahulu yang telah berusaha menyiarkan dan mengamalkan ajaran Quran. Apa bila dalam penafsiran mereka itu salah mereka tetap mendapat satu pahala, apabila benar mendapat dua pahala, ialah pahala beliau-beliau itu mau bekerja keras berijtihad. Semoga bahagialah mereka.
Tetapi kini kita berada di milenium ketiga, zaman sudah banyak berubah maka agaknya perlu juga perubahan dalam penafsiran yang universal dan sesuai dengan maksud tujuan diturunkannya Quran. Perlu paradigma baru beragama.
Apakah maksud dan tujuan sebenarnya dari diturunkannya Quran bagi manusia.
Tujuan yang sebenarnya atau hakekatnya adalah untuk mengangkat derajat manusia ke tingkat yang tinggi di mana pun mereka berada. Sebagaimana ditugaskan kepada Nabi Muhammad yang bersabda “Tidak dibangkitkan daku ke muka bumi terkecuali untuk bertugas menyempurnakan akhlak manusia.”
Akhlak atau budi pekerti yang sempurna adalah dicontohkan oleh sang Nabi sendiri, yang dalam riwayat beliaulah manusia sempurna pengamal ajaran Islam yang patut diteladani.
Manusia yang sempurna dengan sendirinya adalah orang yang sudah suci, tablig, amanah, fatonah dan sidik, kesucian pikiran, kebebasan dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin dan beberapa kriteria lain-lainnya.
Lalu bagaimanakah bilamana seseorang sudah mencapai kesucian seperti Nabi?
Bilamana seseorang sudah menjadi suci seperti para Nabi, Wali-Wali dan Orang-Orang suci lainnya, merekalah yang pulang dahulu kembali kepada-Nya. Inna ilahi wa inna Illaihi rajiun. Nah dalam rangka kepulangan ke Hadlirat Illahi itulah kita semua untuk sementara berusaha meneladani kehidupan beliau-beliau menurut bakat kita masing-masing. Mereka para Wali atau Nabi atau orang suci lainnya itu akan mendapatkan tugas membantu Rencana Illahi. Di sana ada tujuh pilihan sesuai dengan bakat mereka masing-masing.
Jadi hakikatnya adalah bahwa “manusia itu adalah mahluk spiritual yang berasal dari Tuhan/Allah dan akan kembali juga kepada Tuhan/Allah”. Kita sekarang berada di bumi diberi pakaian badan jasmani, tetapi bila kita sudah mencapai kesucian tertentu, menjadi sempurna badan jasmani dilepas dan memakai badan cahaya, menjadi Insan Kamil.
Untuk mencapai kesucian dan kesempurnaan hidup itu tidak cukup manusia hidup satu kali. Jiwa harus turun ke bumi untuk menambah pengalaman hidupnya, beratus-ratus atau ribuan kali turun ke bumi. Setelah mengalami pencucian sekedarnya di alam barzakh. Bilamana jiwa-jiwa ditahan di alam barzakh hingga datang hari kiamat yang menurut para ahli perbintangan usia bumi sekitar 5 milyard tahun lagi, kapankah jiwa-jiwa itu akan belajar menambah pengalaman hidupnya mengamalkan syariat Muhammad agar menjadi sempurna seperti sabdanya? Kepada bangsa Arab pada masa itu karena masih dalam suasana jahiliyah (kebodohan) hanya diberitahu bahwa akan dihidupkan satu kali lagi di dunia masa depan/dunia yang akan datang/atau akherat dan diharapkan sudah mampu masuk ke dalam tingkatan terakhir sebagai manusia/atau menjadi manusia suci dan sempurna. Karena menjadi manusia adalah hanya satu tahapan lanjut setelah kita pernah hidup dalam kerajaan hewan, tetumbuhan, mineral. Dalam masalah ini ternyata Ulama dahulu mengambil penafsiran berdasarkan ajaran Kristen Katolik, yang mengajarkan bahwa kiamat itu datangnya kiamatnya nanti bumi. Dalam hal ini kita harus mampu memisahkan antara kiamatnya bumi dan kiamatnya manusia. Antara jagad besar dan jagad alit. Jangan dicampur adukkan begitu saja.
Jadi katakanlah bila sekarang di alam barzakh banyak jiwa-jiwa yang ditahan sejumlah 50 milyard sedangkan jiwa-jiwa yang sedang dibangkitkan di muka bumi kita keluarga kita dan masyarakat dunia kita sejumlah 10 milyard. Maka jumlah semua jiwa di alam dunia kita sekarang dan di alam barzakh ada 60 milyard. Nah, jadi ayat 42 Az Zumar itu adalah merupakan Hukum Siklus/Perputaran. Ada jiwa-jiwa orang mati yang ditahan dan ada jiwa-jiwa orang mati yang dilepaskan kembali. Itu bergiliran, yang usianya sudah tua, diistirahatkan dulu di alam barzakh (alam penantian) seraya mengalami pencucian. Untuk nantinya setelah istirahat dirasa cukup jiwa dibangkitkan kembali ke muka bumi. Berulang-ulang demikian selama sang jiwa belum mencapai kesempurnaan, tetapi bila sudah suci/sempurna dia tak perlu lagi turun ke bumi untuk menjadi manusia lagi.
Di samping itu ada ayat yang menjelaskan bahwa jiwa-jiwa di alam barzakh itu tidak lama. Ayat 51-52 Al Isra :
“…. Siapa yang akan membangkitkan/menghidupkan kami kembali? Katakanlah “Yang menciptakan kamu untuk pertama kali” lalu mereka mengeleng-gelengkan kepala mereka kepada dan berkata “Kapankah itu (akan terjadi)?” Katakanlah: ”Mudah-mudahan waktu berbangkit itu sudah dekat.”
“Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu patuh seraya memuji-Nya dan kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam (di alam barzakh) kecuali hanya sebentar saja.”

Jadi ulangan hidup atau kebangkitan itu akan selalu terjadi sebelum jiwa manusia mencapai tingkatan tertentu, untuk kembali kepada-Nya. Perhatikan ayat 4 surat Yunus :
“Hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan, sebagai janji yang benar dari Allah (inna lillahi wa inna illaihi rajiun). Sesungguhnya Allah mencipta kan makhluk pada awalnya, kemudian menghidupkan kembali (dibangkitkan kembali melalui rahim ibu Al Hajj : ayat 5) agar Dia memberikan pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dengan adil ……”
Demikianlah setiap dihidupkan atau dibangkitkan kembali seseorang menerima pembalasan dari perbuatan baiknya sehingga semua amal-amal baik itu menjadi pengalaman atau pengetahuan yang akan mendekatkan dirinya lagi menuju kesucian tertentu hingga menjadi Insan kamil. Bila jiwa-jiwa orang mati selalu berada di alam barzakh kapankah mereka akan mendapatkan pengalaman untuk mengasah kecerdasan akal pikiran, perasaan, mengembangkan potensi Illahi dalam dirinya?
Demikianlah hidup dan mati adalah satu ujian sebagaimana ayat 2 Al Mulk : “Yang menjadikan hidup dan mati, supaya Dia menguji kamu, siapa di antaramu yang paling baik amal-amalannya …..”
Bila hidup hanya satu kali (katakanlah 100 tahun) dan ditahan di alam barzakh ribuan tahun, kemudian yang masuk neraka akan berada di sana selama-lamanya “kekal dalam neraka” apakah ada ke-Maha Pengasih dan Penyayang-Nya? dan Ke-Mahaadilan-Nya?
Jadi bilamana ada kelahiran bayi dari rahim ibu-ibu itu yang dalam Quran disebut kebangkitan, dan itu terjadi setiap hari di muka bumi ini. Jadi kemarin, sekarang dan besok adalah yang juga banyak bayi-bayi dilahirkan bisa dinamakan hari kebangkitan (bagi jiwa-jiwa bayi yang bersangkutan). Oleh karena itu kita harus pandai-pandai meletakkan arti bangkit pada pengertian yang sebenarnya. Ada kiamat Kubra dan kiamat Sugra atau wafatnya seseorang manusia. Perhatikan ayat 56 Ar Ruum : “Pada hari terjadinya kebangkitan/kiamat (sagir) berkatalah orang berdosa “mereka tidak berdiam (di alam barzakh) melainkan hanya sebentar saja.”
Ayat ini memperkuat ayat 42 Az Zumar (Hukum Siklus Jiwa-jiwa) bahwa jiwa-jiwa orang mati di alam barzakh ada yang ditahan sementara dan kemudian ada yang dilepaskan kembali untuk berbangkit. Kata berbangkit ini lebih tepat dari kata reinkarnasi atau ulangan hidup. Sebab memang peristiwa ini adalah agar potensi Illahiah sang jiwa selalu bangkit bertambah meningkat. Tuhan telah berfirman “ ... kamu pasti akan naik, maju setingkat demi setingkat (menuju kesempurnaan/Insan kamil) Al Insyiqaq ayat 19.
Demikianlah kitab suci Al Qur’an diturunkan di tanah Arab yang pada waktu itu moralnya sedang terjatuh mendekati hewan agar kembali kepada fitrahnya sebagai manusia yang bermartabat luhur.
Akhirnya perlu difahami benar-benar bahwa alam barzakh itu adalah alam keadaan ataupun tempat pensucian para jiwa-jiwa orang mati yang belum mencapai tingkatan kesucian tertentu. Setelah mengalami pembersihan dalam waktu tertentu jiwa-jiwa naik ke alam surga menunggu saat yang ditentukan pula untuk dibangkitkan kembali melalui rahim para ibu (kiamat sagir). Dalam hal ini bukannya tidak ada batas pencapaian kesucian tersebut, batasnya adalah hingga bumi ini masih sanggup memberi zat-zat kehidupan bagi makhluknya. Bila bumi sudah tidak mengandung zat-zat kehidupan lagi dan ada sebagian manusia belum mencapai tingkatan tersebut maka inilah satu diantara tujuan ajaran agama-agama agar segera dalam kehidupan sekarang berusaha mencapai kesucian. Bila tidak kita masuk ke dalam satu alam yang sangat tidak mengenakkan.
Hingga terbentuknya bumi yang akan datang sebagai gerak lanjut dari rencana Illahi menyempurnakan mahluk-mahluk-Nya mencapai kesucian tertentu. Inilah neraka sesungguhnya.
Jadi keberadaan alam surga dan neraka adalah bagian dari tujuh tingkatan alam/langit yang disediakan Allah bagi pengembangan jiwa-jiwa makhluknya menjadi sempurna seperti ‘Bapak yang ada di surga yang sempurna adanya’ demikian umat Kristen mengatakan.
Dalam ajaran Hikmah Illahi / Theosofi dikatakan bahwa surga adalah berada di alam Mental dengan tujuh sub-alam Mentalnya.
Sedangkan Neraka ataupun alam Pensucian adalah berada di sub-sub alam ke tujuh dan keenam dari alam Astral, alam ini berisikan getaran-getaran mengenai kebencian, iri hati /dengki, dendam, korup, serakah, sombong, marah, jahat, bangga dan sebagainya. Di dalam alam ini sama sekali tidak ada api, ataupun di alam manapun kecuali alam jasmaniah di sub alam padat, cair dan gas di bumi kita. Tetapi kita mengetahui dan merasakan bahwa rasa marah dan dendam bisa terasa lebih panas dari panasnya api LPG. Sub-sub alam kesatu, kedua dan ketiga di alam astral berisikan keindahan yang takkan tertandingi tempat manapun di dunia jasmaniah, berisi kasih nan murni, ketulusan, pengabdian yang tidak mementingkan diri sendiri dan sebagainya.
Manusia jiwanya akan tinggal di alam ini bilamana kehidupan sehari-harinya diisi oleh dirinya dengan sifat-sifat kasih, ketulusan dan pengabdian yang tak mengenal kepentingan diri, hingga selubung badan astralnya mati dan kemudian sang jiwa naik ke alam surga alam mental konkrit.
Demikian sang jiwa menikmati kebahagiaan yang tak ada taranya hingga datang waktunya untuk dibangkitkan kembali. Dilepas dari alam barzakh untuk turun ke bumi melalui rahim ibu dengan istilah kiamat (sagir) atau kebangkitan. (Al Hajj Ayat 5) Untuk menunaikan tugas yang diberikan sang Pencipta yaitu agar belajar kembali menambah ilmu hingga mencapai kesempurnaan seperti dikehendaki Nabinya.
Demikianlah tujuan sebenarnya adalah agar manusia kembali pada Tuhan-Nya. “Wahai jiwa-jiwa yang tenang kembalilah pada Tuhanmu dalam keadaan ridho dan diridhoi-Nya… “ (Al Fajr : 27).
Sesungguhnya Hanya Kepada Tuhanmu Kamu Kembali.@
Readmore → Di manakah Surga dan Neraka?

Alangkah Indahnya Dunia

Alangkah indahnya dunia, bila manusia mampu menjalankan kejujuran dalam kehidupan sehari-harinya.
Perkataan jujur walau tidak sinonim, mengandung arti yang bersamaan dengan kata adil atau benar. Dengan itu kata kejujuran sama arti dengan kebenaran atau keadilan.
Sedikit banyaknya kita tahu adanya perbedaan antara perbuatan jujur dan tidak jujur, perkataan benar dan tidak benar. Keputusan adil dan tidak adil.
Bangsa kita yang telah merdeka setengah abad lebih sedang mendapatkan buah dari perbuatan yang lalu (yang tak jujur/korupsi) sehingga mengalami involusi/turun tingkatan Dari kedudukan negara yang sedang berkembang turun menjadi negara miskin kembali.
Itu setelah angin krisis ekonomi menerpa bangsa. Apabila kita ingin anak cucu hidup makmur sejahtera marilah kita beri ajaran dengan kehidupan yang jujur, benar dan adil.
Filsafat Theosofi mengajarkan bahwa seseorang bayi yang dibangkitkan/dilahirkan ibunya turun ke bumi membawa fitrah atau bakat-bakat terpendam dalam jiwanya.
Jiwa itu selain harus membayar segala hutang-hutang karma kepada orang tuanya, juga mempunyai tugas suci pula, ialah belajar sebanyak-banyaknya agar menjadi bijak dan kemudian nantinya mampu memberi pertolongan kepada yang lain.
Oleh karena itu tugas yang dipikul oleh dunia pendidikan sesungguhnya adalah agar jiwa sang anak itu yang sudah mempunyai modal dasar berupa bakat-bakat terpendam dikembangkan sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing. Seorang anak yang lahir dibangkitkan melalui rahim ibu adalah jiwa yang mendapat kesempatan untuk belajar, mengulang kembali pelajaran seraya memperbaiki segala kesalahan-kesalahan di masa lalu.
Sangat penting pula ajaran agama diberikan pada anak-anak, agar melatih rasa, perasaannya, pikirannya agar tumbuh berkembang dan menjadi seorang yang berbudi luhur. Ini berdasarkan anjuran seorang Nabi yang berkata “Tumbuhkanlah sifat-sifat Tuhan dalam dirimu.” Sifat-sifat Tuhan yang sudah umum diketahui adalah kasih dan penyayang, bijaksana, maha pandai, maha adil dan seterusnya.
Kecerdasan emosional, intelektual, dan spiritual haruslah seimbang
Keseimbangan dalam perasaan dan pikiran atau intelek akan memberikan rasa senang/gembira dalam kehidupan si anak, maka agaknya para pendidik berusaha memberikan bantuan sebanyak-banyaknya pada sang anak agar memperoleh rasa gembira dalam kehidupan si kecil.
Kegembiraan dalam arena sekolahan yang dialami si kecil inilah yang akan memberikan dorongan tak terhingga besarnya pada si anak dalam rangka pertumbuhan jiwanya dan selain dari itu juga kecerdasan pikiran akan ikut tumbuh pula. Dan inilah yang diharapkan agar kecerdasan tumbuh berkembang dengan pula optimal. Baik emosional, intelektual dan akhirnya spiritual.
Adalah yang menjadi penghambat bagi pertumbuhan itu adalah rasa takut. Tidak ada faktor lain yang lebih buruk akibatnya dari pada rasa takut itu, terlebih bagi anak-anak kecil. Takut akan menghambat seseorang mendapatkan kemajuan. Takut akan hal-hal yang belum tentu kebenarannya. Jadi disini bermain prasangka negatif. Ini perlu pula usaha untuk dijelaskan pada anak-anak agar memiliki pengertian (bahwa prasangka adalah suatu hal yang buruk ).
Demikianlah rasa takut dapat melemahkan pikiran yang sehat bahkan melumpuhkan dan membungkam suara yang datang dari Alam Kesunyataan.
Dan akhirnya kembali pada rasa takut menjadikan orang-orang tidak berani berkata sebenarnya. Ia menutupi keadaan sebenarnya karena takut …
Inilah akibat rasa takut hingga orang menjadi tidak jujur. Mereka menganggap bahwa itu adalah satu perlindungan bagi keamanan dan kepastian (security) bagi diri dan keluarganya di kehidupan sekarang dan kemudian hari
Masalah security inilah yang menjadikan orang lupa pada kewajibannya, lupa (atau tak mengerti ) bahwa manusia akan dihidupkan lagi nantinya dan dimintai pertanggung jawaban atas segala amal perbuatannya di hari kemudian direinkarnsi yang akan datang. Umat beragama (Islam) mengajarkan bahwa nanti manusia akan dibangkitkan lagi, di hari kemudian (akhirat). Di sana manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas segala amalannya
Padahal, jika mengerti akan adanya Rencana Illahi mengerti akan adanya evolusi atau rencana bagi setiap mahluknya. Kita tak akan mengorbankan kejujuran demi security. Karena dengan pengalaman menjalani kehidupan jujur itulah kita akan mendapatkan peningkatan hidup, peningkatan kesadaran.

Kebanyakan manusia tak mengerti bahwa dalam kita diberi hidup ini ada sesuatu yang harus diperjuangkan itu adalah peningkatan taraf hidup/kesadaran.
Dalam filsafat Theosofi dikatakan bahwa manusia akan diberi kesempatan hidup lagi agar nantinya dapat memperbaiki segala kesalahan yang dilakukan dalam hidup sekarang. Oleh karena itulah agar di sana kita tak perlu banyak memperbaiki kesalahan-kesalahan, sebaiknya kita selama hidup di sini tidak banyak berbuat kesalahan. Kita berbuat tidak jujur harus membayarnya di hari kemudian. Inilah satu hukum sebab akibat bagi siapa saja.
Manusia harus mencapai tingkatan manusia sempurna selama bumi ini masih mampu menghidupi mahluknya. Dan sifat jujur adalah satu diantara sifat yang harus dipraktekkan dalam hidup agar cepat mendapatkan kemajuan (bagi dirinya dan yang lain). Bayangkan bila Anda tak jujur dalam mengelola uang negara. Uang yang seharusnya menjadi hak rakyat kecil menjadi dalam penguasaan Anda berarti Anda telah banyak membuat derita ribuan atau jutaan rakyat menderita. Mereka menderita karena perbuatan Anda tidak jujur dalam bekerja.
Apakah Anda juga telah mengerti bahwa segala amal perbuatan Anda yang benar ataupun yang baik akan diperlihatkan pada Anda, sesaat sebelum manusia menghembuskan nafas terakhir? Nah disanalah baru Anda akan menyesal bahwa ternyata jiwa Anda secara akurat telah mencatat segala pengalaman hidup Anda dari yang terkecil hingga yang terbesar dan harus dipertanggung jawabkan Maka hendaknya kita berusaha semaksimal mungkin menegakkan kejujuran dalam hidup ini. Melaksanakan sifat jujur dalam kehidupan sehari-hari berarti membantu lancarnya jalannya evolusi, bagaikan kita memancarkan sinar putih ke angkasa biru yang penuh dengan awan hitam gelap. 
Marilah kita coba memahami filsafat theosofi berkenaan dengan manusia dan nasibnya di masa depan.

1. Para siswa theosofi mengetahui bahwa satu benda itu hanya bentuk luarnya saja yang dapat musnah.
2. Seseorang yang mati itu hanya badan luarnya, tetapi jiwa/ruhnya tetap hidup di alam barzakh / alam halus / alam batin
3. Peradaban dapat lenyap tetapi jiwa dari bangsa yang membuat peradaban itu masih tetap abadi
4. Filsafat theosofi mengajarkan bahwa pada saat-saat tertentu dalam perjalanan evolusi bumi dan bangsa-bangsa di dalamnya diadakan seleksi alamiah terhadap para jiwa-manusia

Dalam Secret Doctrine jilid I hal 205 dikatakan bahwa pada pertengahan ronde kelima dari rangkaian bumi ini diadakan penyaringan/seleksi besar-besaran terhadap manusia. Dimana jiwa-jiwa yang malas, jiwa-jiwa yang tak menghiraukan ajaran agama/budi luhur jiwa yang belum mampu mengikuti perkembangan saudara-saudaranya yang maju akan ditinggalkan, sehingga dalam perjalanan naik selanjutnya jiwa-jiwa dari kelompok yang maju tidak terganggu oleh jiwa-jiwa yang belum maju itu.
Mungkin yang dalam ajaran agama yang dinamakan kiamat atau kejadian/peristiwa yang hebat dahsyat yang menimpa benua Atlantis di tahun 75.025 SM merupakan Hari Pengadilan/Hari Penyaringan jiwa-jiwa bagi bangsa yang hidup di sana. Mereka yang belum mampu mengikuti evolusi dari ras ke-IV telah dilemparkan keluar artinya dipisahkan dan nantinya dibangkitkan dan dikumpulkan bersama mahluk-mahluk yang baru menjadi manusia.
Bangsa Indonesia dalam percaturan dunia sudah berada di jalan yang benar. Ia telah memilih demokrasi sebagai landasan bernegara yang maksudnya berkeadilan, kebebasan, kejujuran dan kerjasama antar bangsa-bangsa di dunia. Seperti itu pulalah hendaknya seseorang yang ingin mendapatkan kemajuan batin dalam hidup ini.
Sebagai siswa yang sedang mempelajari filsafat Theosofi memaklumi benar bahwa dalam perjalanan hidup menuju ke Gerbang Kencana, gerbang kebahagiaan tentu akan banyak menemui rintangan dan di sini kejujuran harus tetap dijunjung tinggi-tinggi, sekarang inilah saatnya kita bangsa Indonesia secara menyeluruh mempraktekkan ajaran theosofi di tengah masyarakat. Saat inilah dunia dan Indonesia khususnya membutuhkan petunjuk jalan utama yang lurus berupa pengajaran atau filsafat theosofi agar manusianya tidak mudah tergiur begitu saja pada materi sehingga mudah terpeleset menjadi orang tak beriman.
Cerita berikut ini agaknya akan menyadarkan kita betapa sakitnya hati seseorang yang diperlakukan tidak jujur.
Adalah seorang hakim di India sana yang setiap pagi bermeditasi dengan obyek kebenaran selama 40 tahun. Hasil dari meditasi itu ialah bahwa setiap ada orang yang berbohong atau berkata tidak jujur padanya hatinya serasa diiris-iris dan merasa sakit bagaikan disayat sembilu.
Adalah nasehat dari orang pandai agar kita mempunyai sifat-sifat jujur : Setiap pagi hendaknya memikirkan watak-watak yang dikehendaki umpamanya kebenaran, kejujuran dan keadilan. Buanglah kata-kata tidak jujur, bohong, palsu, curang, maka lambat laun akan mempunyai sifat yang dikehendaki.
Ada lagi yang menasehatkan bila Anda ingin mempunyai sifat terpuji itu. Mulailah segera atau lakukanlah segera niat baik itu, maka selang beberapa lama terlihat sifat-sifat Anda sudah berubah dan tentunya ini perlu pengawasan dari Pribadi tinggi Anda setiap saat setiap detik.
Alangkah indahnya bila dunia kita diisi oleh orang-orang yang jujur hatinya.@
Readmore → Alangkah Indahnya Dunia

Sekilas Ajaran Hikmah Illahi (Theosofi)

Pada awalnya ajaran ini diturunkan untuk Bangsa Barat yang pada waktu itu sedang memasuki kehidupan materialis dan mengesampingkan ajaran spiritual yang luhur. Oleh karena itu bagi mereka kata yang tepat adalah “Theosofi” dari bahasa latin yang artinya “Kebikjaksanaan Tuhan” . Sedangkan bagi bangsa Timur yang beragama Islam lebih tepat adalah Hikmah Illahi, yang beragama Buddha dengan kata Brahma Vidya. Bagi Muslim yang belum mengenal ajaran Tasauf atau tarekat maka ajaran ini terasa asing bagi mereka, tetapi pada dasarnya ini adalah ajaran esoteris, atau masih tersembunyi bagi sebagian besar umat Islam. Mudah-mudahan tulisan ini akan dapat menambah wawasan.
Dengan mempelajari ajaran ini seorang muslim akan menempatkan dirinya sesuai dengan hadits Nabi yang berbunyi “Al Islamu ya lu wa la yu alaih” Islam itu adalah satu posisi ketinggian dan tak ada yang mengatasinya lagi “Dan berada di luar kelompok yang diperingatkan oleh yang mulia Muhammad Abduh “Al Islamu mah jubun bil Muslimin” Ajaran Islam yang tinggi dan agung itu tercoreng-moreng oleh ulah orang Islam sendiri“
Mudah-mudahan dengan mengenal ajaran ini Anda tidak mencoreng-moreng ajaran Islam yang sangat tinggi itu. Karena apa, karena ajaran Hikmah Illahi pun mengenal ungkapan yang sama yaitu “Satyan Nasti Paroh Dharmah“ yang artinya “tak ada sesuatu Ajaran yang mengatasi ajaran Kesejatian”
Adapun garis besar ajarannya adalah demikian “bahwa Tuhan itu mempunyai rencana” untuk melaksanakan rencananya itu Dia menggelar 7 tingkatan langit/alam. Di dalam 7 tingkatan alam itulah Dia menjadikan 7 rangkaian bumi sebagai tempat berkiprahnya mahluk-mahluk "ciptaan-Nya".
Dari alam pertama dimulailah dijadikan rangkaian bumi-bumi yang pertama dimana cikal bakal semua mahluk “diciptakan”
Demikianlah "penciptaan" berlanjut terus dari alam pertama hingga alam ke tujuh, yang dalam istilah Theosofi dikenal nama elemental kesatu, kedua, dan ketiga. Itu merupakan bahan dasar bagi pembentukan zat-zat, yang ketika tiba di dalam bumi elemental itu berproses menjadi “bahan-bahan mineral”.
Proses turunnya elemental-elemental itu melalui jalan turun/pavriti marga atau involusi, istilah tasaufnya adalah “Inna Illaihi “ kita mahluk di muka bumi ini semua berasal dari-Nya di alam pertama alam Ahadiyah.
Kemudian setelah elemental berproses menjadi mineral/benda tambang, maka terjadilah titik balik perjalanan. Hidup yang ada dalam mineral itu berusaha naik ke atas pulang ke Sumbernya di alam pertama alam Ahadiyah. Ini dinamakan proses jalan naik Nivriti marga atau Evolusi (pulang kembali ke asalnya. Tuhan). Inilah yang dimaksud evolusi dalam pelajaran Biologi. Hidup yang ada dalam mineral menerobos keluar menjadi tumbuh-tumbuhan, menjadi hewan dan menjadi manusia dan akan berlanjut terus ke alam malakut dan akhirnya nanti ke hadlirat Illahi.Inna Illaihi rajiun
Sebelum kita mampu masuk ke alam malakut, kita umat manusia di muka bumi ini diharuskan mengembangkan potensi diri kita dulu dengan anjuran hadits Nabi “Tumbuhkanlah sifat-sifat Tuhan dalam dirimu” atau “Berakhlaklah dengan akhlak Allah”. Ini adalah anjuran nabi Muhammad karena beliau bertugas di muka bumi adalah untuk menyempurnakan budi pekerti/akhlak manusia “Tidak dibangkitkan daku ke muka bumi kecuali untuk menyempurnakan akhlak manusia”
Oleh para ahli keruhanian dikatakan bahwa “pada suatu saat nanti dua ribu tahun mendatang, peradaban manusia akan dipimpin oleh bangsa di Selatan Katulistiwa”. Boleh jadi Indonesia akan memegang peranan penting di masa mendatang, karena Indonesia adalah negara di Selatan Katulistiwa.
Apakah itu akan menggantikan peradaban materialis yang sekarang sedang berkuasa dan dipimpin oleh Bangsa Barat . Dengan peradaban yang bersifat Keruhanian seperti dalam masa Jayanya Islam, sebagai kebangkitan Islam yang kedua. Dimana nantinya unsur-unsur ajaran Hindu plus Buddha akan menjadikan Islam yang sungguh-sungguh menjadi “rahmatan lil alamin?”. Karena pada dasarnya semua agama itu berasal dari Tuhan maka pastilah intisarinya sama.
Nah dari peradaban satu satu keperadaban yang lainnya mahluk umat manusia harus berusaha menumbuh kembangkan potensi Illahinya agar menjadi berakhlak sempurna. Dalam Theosofi kita mengenal peradaban besar di zaman Lemuria, di zaman Atlantis, dan sekarang peradaban Aria.
Dalam sejarah kita mengenal perbagai peradaban telah muncul dan lenyap kembali saling susul menyusul, peradaban Yunani, Mesir, China, Hindu. Yang masih bertahan adalah Hindu karena ajaran-ajarannya masih diperlukan manusia. Peradaban Islam Turun setelah melanjutkan nilai-nilai yang luhur dalam peradaban Yunani dan kini peradaban Materialisme meneruskan peradaban Islam, yang hanya sayang menjadi bersifat materi.
Nah, untuk menyongsong peradaban baru itulah antara lain, dibutuhkan manusia-manusia yang bijaksana, cerdas dan berwawasan universal. Manusia yang berkeinginan meningkatkan dirinya menjadi sempurna sebagaimana dikehendaki oleh semua ajaran agama.
Manusia yang berusaha merealisasikan ajaran “manunggaling kawula gusti” manusia yang bekerja keras berusaha “memayu hayu ning buwana” yaitu bekerja keras membantu Rencana Illahi.
Apa itu rencana Illahi, rencana Illahi adalah evolusi, apa itu evolusi? evolusi adalah pertumbuhan/ perkembangan jiwa manusia agar menjadi sempurna dan kemudian dapat pulang ke hadlirat-Nya dengan penuh keagungan. Inna lillahi wa inna Illaiji rajiun.
Menurut ajaran hikmah Illahi semua mahluk/manusia akan sampai pada hadlirat-Nya pada rangkaian bumi yang ketujuh di alam/langit tingkat tujuh pula. Walaupun ada di antara mereka yang dimampirkan dulu ke neraka. Menjalani “proses pencucian”. Tetapi akhirnya kepada-Nyalah semua akan kembali demikian ayat al Quran menyebutkan.
Saudaraku itulah sekilas pintas ajaran Hikmah illahi yang disebarluaskan oleh perhimpunan, agar Anda menjadi bijaksana.
Saudaraku ajaran Hikmah illahi mengatakan bahwa di antara tujuh rangkaian bumi-bumi yang mengisi tujuh tingkatan langit itu tiga diantaranya sudah kiamat dan kita sekarang berada dalam rangkaian bumi-bumi yang ke empat, bila nantinya bumi kita kiamat maka kelanjutannya adalah rangkaian bumi yang kelima, dimana nantinya semua mahluk/manusia akan meneruskan proses evolusi/menumbuhkembangkan jiwanya hingga mencapai kesempurnaan/kesucian tertentu. dan akhirnya nanti pada rangkaian bumi yang ketujuh akan mencapai finish sebagaimana telah digariskan Rencana illahi.
Itulah mengapa ada berbagai benua ada berbagai bangsa ada berbagai peradaban, berbagai iklim di muka bumi agar manusia belajar, belajar dan sekali lagi belajar menumbuh kembangkan potensi dirinya, sehingga akhirnya kepada-Nyalah akan kembali.
Saudaraku agaknya bila Anda telah mulai memahami sekilas ajaran kesejatian ini, maka sebagai orang yang cerdas tentu akan berpikir “bahwa ajaran ini tak lain adalah guna peningkatan kesadaran ‘ke arah hidup yang lebih tinggi.” Kita mencari surga tetapi surga yang diridhoi oleh Nya, yaitu jalan pulang kembali kepada-Nya. Sirotol mustaqim yang umat Islam mohonlan di kala shalat setiap saat.
Saudaraku demikianlah antara lain misi perhimpunan, berbagi pengetahuan luhur mengenai rencana Illahi, berbagai pengetahuan agar kita lebih mengenal diri sendiri sebagai khalifah Illahi yang mempunyai tugas “memayu hayuning bawaan”.
Agaknya bagi Anda yang telah memahami filsafat Kejawen, maka perhimpunan memperkenalkan ajaran Kosmos genesis dan Antropogenesis, “Sangkan Paraning Dumadi” kata orang Jawa. Nah itulah pengetahuan yang menanti kita untuk dipelajari, dihayati dan diamalkan dalam hidup keseharian.
Saudaraku, itulah sepintas kilas ajaran Hikmah Illahi yang juga dikenal sebagai ajaran theosofi/teosofi.
Readmore → Sekilas Ajaran Hikmah Illahi (Theosofi)

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.