Alangkah Indahnya Dunia

Alangkah indahnya dunia, bila manusia mampu menjalankan kejujuran dalam kehidupan sehari-harinya.
Perkataan jujur walau tidak sinonim, mengandung arti yang bersamaan dengan kata adil atau benar. Dengan itu kata kejujuran sama arti dengan kebenaran atau keadilan.
Sedikit banyaknya kita tahu adanya perbedaan antara perbuatan jujur dan tidak jujur, perkataan benar dan tidak benar. Keputusan adil dan tidak adil.
Bangsa kita yang telah merdeka setengah abad lebih sedang mendapatkan buah dari perbuatan yang lalu (yang tak jujur/korupsi) sehingga mengalami involusi/turun tingkatan Dari kedudukan negara yang sedang berkembang turun menjadi negara miskin kembali.
Itu setelah angin krisis ekonomi menerpa bangsa. Apabila kita ingin anak cucu hidup makmur sejahtera marilah kita beri ajaran dengan kehidupan yang jujur, benar dan adil.
Filsafat Theosofi mengajarkan bahwa seseorang bayi yang dibangkitkan/dilahirkan ibunya turun ke bumi membawa fitrah atau bakat-bakat terpendam dalam jiwanya.
Jiwa itu selain harus membayar segala hutang-hutang karma kepada orang tuanya, juga mempunyai tugas suci pula, ialah belajar sebanyak-banyaknya agar menjadi bijak dan kemudian nantinya mampu memberi pertolongan kepada yang lain.
Oleh karena itu tugas yang dipikul oleh dunia pendidikan sesungguhnya adalah agar jiwa sang anak itu yang sudah mempunyai modal dasar berupa bakat-bakat terpendam dikembangkan sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing. Seorang anak yang lahir dibangkitkan melalui rahim ibu adalah jiwa yang mendapat kesempatan untuk belajar, mengulang kembali pelajaran seraya memperbaiki segala kesalahan-kesalahan di masa lalu.
Sangat penting pula ajaran agama diberikan pada anak-anak, agar melatih rasa, perasaannya, pikirannya agar tumbuh berkembang dan menjadi seorang yang berbudi luhur. Ini berdasarkan anjuran seorang Nabi yang berkata “Tumbuhkanlah sifat-sifat Tuhan dalam dirimu.” Sifat-sifat Tuhan yang sudah umum diketahui adalah kasih dan penyayang, bijaksana, maha pandai, maha adil dan seterusnya.
Kecerdasan emosional, intelektual, dan spiritual haruslah seimbang
Keseimbangan dalam perasaan dan pikiran atau intelek akan memberikan rasa senang/gembira dalam kehidupan si anak, maka agaknya para pendidik berusaha memberikan bantuan sebanyak-banyaknya pada sang anak agar memperoleh rasa gembira dalam kehidupan si kecil.
Kegembiraan dalam arena sekolahan yang dialami si kecil inilah yang akan memberikan dorongan tak terhingga besarnya pada si anak dalam rangka pertumbuhan jiwanya dan selain dari itu juga kecerdasan pikiran akan ikut tumbuh pula. Dan inilah yang diharapkan agar kecerdasan tumbuh berkembang dengan pula optimal. Baik emosional, intelektual dan akhirnya spiritual.
Adalah yang menjadi penghambat bagi pertumbuhan itu adalah rasa takut. Tidak ada faktor lain yang lebih buruk akibatnya dari pada rasa takut itu, terlebih bagi anak-anak kecil. Takut akan menghambat seseorang mendapatkan kemajuan. Takut akan hal-hal yang belum tentu kebenarannya. Jadi disini bermain prasangka negatif. Ini perlu pula usaha untuk dijelaskan pada anak-anak agar memiliki pengertian (bahwa prasangka adalah suatu hal yang buruk ).
Demikianlah rasa takut dapat melemahkan pikiran yang sehat bahkan melumpuhkan dan membungkam suara yang datang dari Alam Kesunyataan.
Dan akhirnya kembali pada rasa takut menjadikan orang-orang tidak berani berkata sebenarnya. Ia menutupi keadaan sebenarnya karena takut …
Inilah akibat rasa takut hingga orang menjadi tidak jujur. Mereka menganggap bahwa itu adalah satu perlindungan bagi keamanan dan kepastian (security) bagi diri dan keluarganya di kehidupan sekarang dan kemudian hari
Masalah security inilah yang menjadikan orang lupa pada kewajibannya, lupa (atau tak mengerti ) bahwa manusia akan dihidupkan lagi nantinya dan dimintai pertanggung jawaban atas segala amal perbuatannya di hari kemudian direinkarnsi yang akan datang. Umat beragama (Islam) mengajarkan bahwa nanti manusia akan dibangkitkan lagi, di hari kemudian (akhirat). Di sana manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas segala amalannya
Padahal, jika mengerti akan adanya Rencana Illahi mengerti akan adanya evolusi atau rencana bagi setiap mahluknya. Kita tak akan mengorbankan kejujuran demi security. Karena dengan pengalaman menjalani kehidupan jujur itulah kita akan mendapatkan peningkatan hidup, peningkatan kesadaran.

Kebanyakan manusia tak mengerti bahwa dalam kita diberi hidup ini ada sesuatu yang harus diperjuangkan itu adalah peningkatan taraf hidup/kesadaran.
Dalam filsafat Theosofi dikatakan bahwa manusia akan diberi kesempatan hidup lagi agar nantinya dapat memperbaiki segala kesalahan yang dilakukan dalam hidup sekarang. Oleh karena itulah agar di sana kita tak perlu banyak memperbaiki kesalahan-kesalahan, sebaiknya kita selama hidup di sini tidak banyak berbuat kesalahan. Kita berbuat tidak jujur harus membayarnya di hari kemudian. Inilah satu hukum sebab akibat bagi siapa saja.
Manusia harus mencapai tingkatan manusia sempurna selama bumi ini masih mampu menghidupi mahluknya. Dan sifat jujur adalah satu diantara sifat yang harus dipraktekkan dalam hidup agar cepat mendapatkan kemajuan (bagi dirinya dan yang lain). Bayangkan bila Anda tak jujur dalam mengelola uang negara. Uang yang seharusnya menjadi hak rakyat kecil menjadi dalam penguasaan Anda berarti Anda telah banyak membuat derita ribuan atau jutaan rakyat menderita. Mereka menderita karena perbuatan Anda tidak jujur dalam bekerja.
Apakah Anda juga telah mengerti bahwa segala amal perbuatan Anda yang benar ataupun yang baik akan diperlihatkan pada Anda, sesaat sebelum manusia menghembuskan nafas terakhir? Nah disanalah baru Anda akan menyesal bahwa ternyata jiwa Anda secara akurat telah mencatat segala pengalaman hidup Anda dari yang terkecil hingga yang terbesar dan harus dipertanggung jawabkan Maka hendaknya kita berusaha semaksimal mungkin menegakkan kejujuran dalam hidup ini. Melaksanakan sifat jujur dalam kehidupan sehari-hari berarti membantu lancarnya jalannya evolusi, bagaikan kita memancarkan sinar putih ke angkasa biru yang penuh dengan awan hitam gelap. 
Marilah kita coba memahami filsafat theosofi berkenaan dengan manusia dan nasibnya di masa depan.

1. Para siswa theosofi mengetahui bahwa satu benda itu hanya bentuk luarnya saja yang dapat musnah.
2. Seseorang yang mati itu hanya badan luarnya, tetapi jiwa/ruhnya tetap hidup di alam barzakh / alam halus / alam batin
3. Peradaban dapat lenyap tetapi jiwa dari bangsa yang membuat peradaban itu masih tetap abadi
4. Filsafat theosofi mengajarkan bahwa pada saat-saat tertentu dalam perjalanan evolusi bumi dan bangsa-bangsa di dalamnya diadakan seleksi alamiah terhadap para jiwa-manusia

Dalam Secret Doctrine jilid I hal 205 dikatakan bahwa pada pertengahan ronde kelima dari rangkaian bumi ini diadakan penyaringan/seleksi besar-besaran terhadap manusia. Dimana jiwa-jiwa yang malas, jiwa-jiwa yang tak menghiraukan ajaran agama/budi luhur jiwa yang belum mampu mengikuti perkembangan saudara-saudaranya yang maju akan ditinggalkan, sehingga dalam perjalanan naik selanjutnya jiwa-jiwa dari kelompok yang maju tidak terganggu oleh jiwa-jiwa yang belum maju itu.
Mungkin yang dalam ajaran agama yang dinamakan kiamat atau kejadian/peristiwa yang hebat dahsyat yang menimpa benua Atlantis di tahun 75.025 SM merupakan Hari Pengadilan/Hari Penyaringan jiwa-jiwa bagi bangsa yang hidup di sana. Mereka yang belum mampu mengikuti evolusi dari ras ke-IV telah dilemparkan keluar artinya dipisahkan dan nantinya dibangkitkan dan dikumpulkan bersama mahluk-mahluk yang baru menjadi manusia.
Bangsa Indonesia dalam percaturan dunia sudah berada di jalan yang benar. Ia telah memilih demokrasi sebagai landasan bernegara yang maksudnya berkeadilan, kebebasan, kejujuran dan kerjasama antar bangsa-bangsa di dunia. Seperti itu pulalah hendaknya seseorang yang ingin mendapatkan kemajuan batin dalam hidup ini.
Sebagai siswa yang sedang mempelajari filsafat Theosofi memaklumi benar bahwa dalam perjalanan hidup menuju ke Gerbang Kencana, gerbang kebahagiaan tentu akan banyak menemui rintangan dan di sini kejujuran harus tetap dijunjung tinggi-tinggi, sekarang inilah saatnya kita bangsa Indonesia secara menyeluruh mempraktekkan ajaran theosofi di tengah masyarakat. Saat inilah dunia dan Indonesia khususnya membutuhkan petunjuk jalan utama yang lurus berupa pengajaran atau filsafat theosofi agar manusianya tidak mudah tergiur begitu saja pada materi sehingga mudah terpeleset menjadi orang tak beriman.
Cerita berikut ini agaknya akan menyadarkan kita betapa sakitnya hati seseorang yang diperlakukan tidak jujur.
Adalah seorang hakim di India sana yang setiap pagi bermeditasi dengan obyek kebenaran selama 40 tahun. Hasil dari meditasi itu ialah bahwa setiap ada orang yang berbohong atau berkata tidak jujur padanya hatinya serasa diiris-iris dan merasa sakit bagaikan disayat sembilu.
Adalah nasehat dari orang pandai agar kita mempunyai sifat-sifat jujur : Setiap pagi hendaknya memikirkan watak-watak yang dikehendaki umpamanya kebenaran, kejujuran dan keadilan. Buanglah kata-kata tidak jujur, bohong, palsu, curang, maka lambat laun akan mempunyai sifat yang dikehendaki.
Ada lagi yang menasehatkan bila Anda ingin mempunyai sifat terpuji itu. Mulailah segera atau lakukanlah segera niat baik itu, maka selang beberapa lama terlihat sifat-sifat Anda sudah berubah dan tentunya ini perlu pengawasan dari Pribadi tinggi Anda setiap saat setiap detik.
Alangkah indahnya bila dunia kita diisi oleh orang-orang yang jujur hatinya.@

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.