Theosofi Adalah Tasauf / Hikmah Illahi

Theosofi adalah Hikmah Illahi atau Kearifan Illahiah yang pada awalnya diperkenalkan kepada Bangsa Barat. Tetapi kini bangsa Timur yang merupakan pemilik dari filsafat (perenial) tersebut sudah selayaknya juga mengenalnya dan juga lebih mendalaminya.
Ajaran dasarnya adalah bahwa manusia itu diciptakan Tuhan, lalu apakah Tuhan akan membiarkan makhluk-makhluknya hidup begitu saja, tanpa tujuan tertentu?
Ayat no 115 Al Mu’minun menjelaskan :
“Maka apakah kamu menyangka bahwa kami menjadikan kamu tanpa tujuan, dan bahwasanya kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami “?
Demikianlah sesungguhnya manusia makhluk spiritual yang datang dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
Dalam Hadits Qudsi dijelaskan sebagai berikut:
“Aku adalah Perbendaharaan Yang Tersembunyi, maka Aku berhasrat agar dikenal oleh makhluk-makhluk-Ku. Oleh karena itu Kujadikan Alam Semesta ini dengan semua makhluk-makhluknya, sehingga dengan Akulah mereka mengenal Diri-Ku”
Isi dari hadits tersebut adalah maksud dan tujuan tertinggi dari penciptaan makhluk-makhluk oleh Tuhan Allah agar setiap orang dapat mengenal diri-Nya.
Manusia adalah makhluk pantulan Tuhan yang menjelma karena pada hakekatnya manusia adalah pribadi spiritual yang sejati dan bersifat kekal dan tunggal dengan kepribadiannya alam semesta.
Lebih jelas lagi adalah Baqarah ayat 156 ini yang berbunyi “Innaa Lillahi wa inna Ilaihi raaji’un” “Sesungguhnya kami berasal dari Allah dan kepada-Nyalah kami akan dikembalikan “
Tentu yang dimaksud adalah bahwa Ruh manusia itu yang berasal dari Allah sebagaimana Surat Shaad ayat 72 yang berbunyi “Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya RUHKU…”
Jadi jelas bahwa Ruh manusia adalah bagian dalam diri manusia sedangkan jiwanya (nafs = amarah, lawamah dan mutmainnah) dan jasmaninya adalah alat-alat atau instrumen belaka yang harus tunduk kepada kemauan sang Ruh.
Oleh karena Ruh manusia itu bagian kecil dari Ruh Illahi maka sudah selayaknya tunduk kepada Rencana Illahi yang amat teguh (Al Araaf ayat 183)
Telah dijelaskan dalam ayat di atas bahwa Ruh manusia itu berasal dari-Nya. Apakah ada haditsnya? Haditsnya adalah “Qolabul Insan baitur rahiem” “Jantung kalbu manusia adalah rumah Tuhan” Al insanu sirri wa Anna sirruhu” “Manusia adalah rahasia-Ku dan Aku adalah rahasianya”
Bahkan hadits Qudsi ini menantang manusia agar berusaha mengenal dirinya dalam-dalam hingga nantinya akan mengenal Tuhannya “Man arofah nafsa hu faqod arofa rabbahu” “barang siapa mengenal dirinya dia akan mengenal Tuhannya”
Jadi bila manusia sudah menyadari bahwa Ruhnya berasal dari Tuhan, maka cukup dengan mengenal dirinya sendiri yang Ruh itu, maka berarti dia telah mengenal Tuhan-Nya.
Mengenal Tuhan adalah tujuan penciptaan dan merupakan satu kebahagiaan terbesar pula bila Anda telah mengenal Tuhan dalam diri Anda.
Tetapi ternyata tarikan kesenangan duniawi sangatlah kuatnya sehingga Yang Maha Pengasih perlu memanggil-manggil kita agar jangan lalai/lengah yang nantinya berakibat menjadi kerugian bagi kita, masuk ke dalam golongan Kiri bila kiamat bumi/kubra datang.
“Hai jiwa-jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati ridha dan diridhai-Nya. Masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku“
Mengenal diri, berarti kita mencoba menganalisa diri kita, sebagai makhluk yang mempunyai sifat-sifat ganda, yaitu positif dan negatif. Sifat positif berasal dari nafsu Mutmainnah dan sifat negatif dari nafsu Ammarah ditambah nafsu Lawamah. Kedua jenis sifat-sifat inilah yang selama kehidupan manusia di bumi selalu bertentangan. Untuk memerangi sifat-sifat negatif itulah perlu Jihad Akbar. Maka tugas manusia yang mulia adalah selalu berusaha mengembangkan sifat-sifat positif/mutmainnah dalam pengendalian diri yang ketat.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa secara umum tujuan hidup manusia adalah mencapai kesempurnaan lahir dan batin. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan berusaha mematuhi hukum-hukum/syariah yang diajarkan agama yaitu hukum Pengembangan diri/Evolusi/Mi’raj, hukum Sebab musabab dan hukum Kebangkitan / Ulangan hidup.
Apakah benar tujuan hidup hakiki adalah mencapai kesempurnaan? Tujuan hidup untuk mencapai kesempurnaan itu telah disampaikan Nabi Muhammad sejak awalnya, seperti sabdanya :
“Tidak dibangkitkan daku ke muka bumi kecuali untuk menyempurnakan akhlak/budi pekerti umat manusia”
Kemudian adakah kewajiban setelah mencapai kesempurnaan atau mengenal dirinya sendiri itu? Manusia yang telah mengenal dirinya sendiri berarti telah memperoleh Anugerah yang besar, sedangkan manusia yang belum mengerti Rencana Illahi masih sangat banyak. Oleh itu dianjurkan agar mereka yang telah mengenal dirinya itu juga membantu yang lain untuk berusaha mengembangkan dirinya agar nantinya juga mengenal dirinya sendiri.
Lebih banyak manusia yang telah mengenal dirinya akan membuat dunia seisinya lebih aman damai dan sejahtera dan banyak orang lebih berbahagia karena menyadari tugas hidup yang sebenarnya harus dilakukan, menjadi manusia Altruis (Lebih mementingkan orang lain daripada dirinya)
Awan-awan putih, yang menjadi lambang pikiran-pikiran positif akan mendominasi ruang-ruang angkasa raya, sehingga harapan munculnya surga di muka bumi akan segera tercapai.

Apa dan Siapa Tuhan
Apa dan Dimanakah Tuhan


Tuhan, disebut juga Yang Mutlak, Sang Absolut, ini adalah teka-teki yang sarat dengan misteri, namun tetap sebagai satu hal yang sangat menarik, khususnya dalam bidang filsafat dan keagamaan.
Sang Absolut itu disebut juga sebagai Realitas Tertinggi yang merupakan Pusat dan Inti Kehidupan manusia. Ia juga merupakan Sumber asal mula dan landasan Alam Semesta dimana kita manusia juga adalah sebagian dari pada-Nya
Sang Absolut adalah satu-satunya sumber dan tujuan dari semua yang bereksistensi (seluruh makhluk, seluruh alam-alam semesta, seluruh partikel, seluruh prinsip, seluruhnya) baik yang dimanifestasikan  maupun yang tidak bermanifestasi, dan Sang Absolut adalah senantiasa kekal abadi.
Karena setiap apapun yang bermanifestasi adalah pasti berbentuk dan memerlukan waktu, padahal Sang Absolut adalah senantiasa kekal.

Mengatasi Maha Ruang
Mengatasi Maha Waktu


Mengatasi Bilangan, sehingga bukan Satu (=bilangan dibatasi oleh bilangan) melainkan Satu-satunya (bukan bilangan)
Absolut adalah istilah filsafat bagi Tuhan Yang hanya Satu-Satunya itu.
Demikian juga aspek metafisika dalam Tasauf. Aspek metafisis ajarannya melukiskan pertama-tama Kodrat Kenyataan, Ketunggalan Hakekat yang merupakan Satu-satunya yang Ada dalam pengertian Yang Mutlak dan Utama yang di sampingnya tak ada apa-apa lagi.
Kemudian melukiskan Alamat Tuhan yang Hakiki melalui Nama-Nama dan Sifat-Sifat Tuhan dan melalui ketentuan perbedaan tingkat-tingkat kehidupan, dan akhirnya mengenal kodrat manusia sebagai alamat Tuhan yang menyeluruh.
Mengapa sebagai alamat Tuhan yang menyeluruh? Karena tujuan penciptaan adalah agar manusia mengenal dirinya, sehingga mengenal Tuhan-Nya.
Sifat-sifat Tuhan yang perlu dipahami adalah Allah bersifat Wujud, wujud itu artinya Ada yang bersifat wujud itu dinamakan Maujud, artinya Yang Ada. 
Firman-firman-Nya :
“Tidak ada satupun yang patut disembah melainkan hanya Allah”
“Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Tunggal, tidak ada yang lain melainkan hanya Dia (Allah)”
“Tidak ada yang lain yang patut disembah, melainkan hanya Dia Yang Hidup. Yang berdiri dengan sendirinya“.
Selain itu kita wajib percaya bahwa Allah mempunyai Sifat Qudrat artinya kekuasaan. yang bersifat Qudrat itu dinamakan Qadir, artinya Yang berkuasa.
Selain mempunyai Sifat Qudrat Allah juga mempunyai Sifat Iradat, yang artinya ber-Kemauan atau ber-Kehendak
Dalam surat Yasin ayat 82 Allah berfirman:
“Apabila Allah hendak menjadikan sesuatu, tidak lain perintah-Nya melainkan Dia bersabda ‘Jadilah’ (Qun) maka terjadilah sesuatu.
Demikianlah kita hanya menyembah kepada Tuhan Yang Hidup (Hayat)
“Tidak ada tuhan (yang patut disembah) melainkan hanya Dia Yang Hidup” Al Mu’min ayat 65.
Maka hanya dengan kata “Qun” atau Jadilah, Dia Yang Hidup, Dia Yang Berkuasa, Dia Yang Berkemauan/Yang Berkehendak, Dia Yang Maha Pandai, Maha Bijaksana, Dia Sang Absolut, Dia Perbendaharaan Yang Tersembunyi berhasrat agar dikenal Siapa Diri-Nya.
Terbentuklah sekarang Alam Semesta Raya dengan jutaan galaksi, milyaran bintang, dan planet-planet yang terlihat sangat indah di malam hari.
Dimana kemudian dari satu planet kecil bumi, muncullah makhluk yang bernama Manusia, setelah melalui proses yang sangat panjang.
Oleh itulah para cerdik pandai, berseru: Hai manusia “kenalilah dirimu!” Sudah tentu ungkapan ini mengulangi hadits Qudsi tersebut agar manusia selalu mengingat tujuan penciptaan manusia.
Setiap orang akan mengalami kematian yaumil qiamat. Bila jasad dan ruh berpisah, jasad akan kembali ke tanah dan Ruh masuk ke alam barzakh, setelah beberapa waktu di alam barzakh Ruh masuk ke alam akherat untuk menentukan nasibnya sendiri-sendiri sesuai dengan amal perbuatannya selama hidup di dunia (berjasad).
Dengan adanya kepastian ini, seharusnya setiap orang sebelum meninggal dunia, diwajibkan mempelajari/menyelidiki/mengetahui lebih dulu dimanakah letaknya alam akherat itu dan bagaimana caranya hidup di akherat itu agar mencapai kebahagiaan di surga yang luasnya meliputi langit dan bumi.
Mereka yang belum mengenal Dzat Tuhan dan mengenal cara hidup di alam akherat semasa hidup sekarang, pastilah mereka akan buta pula mata hatinya nanti di alam akherat (Al Isra ayat 72)
Kebanyakan umat awam (umat yang pengetahuannya masih sedikit) berkata bahwa rahasia-rahasia alam akherat dan mengenal Dzat Allah itu tak dapat diketahui lebih dulu sebelum meninggal dunia.
Hanya dapat diketahui setelah kehancuran bumi, planet dan alam semesta, lagi pula nasib di alam itu terserah kebijaksanaan Tuhan. Pendapat ini menunjukkan kebodohan/kedangkalan ilmunya saja dan menyimpang dari kebenaran ajaran agama.
"Sesungguhnya Allah tak akan merubah nasib suatu golongan, melainkan golongan itu sendiri merubah nasib dirinya."
Dan sebenarnya sesuatu yang ghaib itu, baik Dzat Allah maupun alam akherat itu semuanya telah jelas dan terang tercantum dalam kitab suci Al Quran :
"Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata." An Naml ayat 75.
Bagi Anda yang mau belajar dengan sungguh-sungguh nantinya akan mengerti bahwa sesuatu yang gaib itu menjadi tidak gaib lagi, Insya Allah yaitu bila telah mengenal Dzat Allah. Tajali.@

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.