Pengetahuan Adalah Cahaya

Tujuan artikel ini dibuat adalah untuk memperkenalkan kepada para peminat Theosofi/Hikmah Illahi akan adanya satu disiplin kehidupan yang berlandaskan kepada Persaudaraan Universal antar semua makhluk, dalam etika kehidupan yang berlandaskan kepada Kasih, Kecerdasan, dan Bebas dari Kekerasan serta Pemahaman akan keIllahian esensi setiap makhluk, karena semuanya bersumber dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Artikel ini merupakan sumbangan pemikiran bagi mereka yang sedang mencari pengetahuan hakiki. Ialah pengetahuan yang membawa manusia kepada wawasan yang universal, cerdas dan bijaksana, sehingga dengan mengerti pengetahuan ini, ia akan merasakan hidup yang lebih bermakna, lebih berbahagia.
Selain itu juga akan menjalani hidup dengan tenang, karena sudah mengerti adanya hukum-hukum alam/sunatullah yang mengatur gerak seisi alam semesta dalam perjalanannya menuju ke kesempurnaan, sehingga dengan ikhlas menyesuaikan diri dengan hukum-hukum atau kehendak yang Kuasa.
Tidak menyesali apa saja yang menimpa dirinya dalam hal, tempat, waktu ataupun keadaan. Karena yang terjadi pada dirinya adalah dikarenakan akibat dari perbuatannya sendiri di masa hidup yang lalu. Perasaan iri, dengki dan dendam sudah tidak mengganggu hidupnya. Hidup lebih bermakna dengan selalu mengerjakan amal-amal bakti yang sesuai dengan kemampuannya, demi buah yang akan datang.
Maut sudah tidak menakutkan dirinya, karena mengetahui bahwa hal itu satu hukum dalam kehidupan dan harus berjalan, agar seseorang mendapatkan kemajuan hidup di masa datang.
Tidak mau membuat kerusakan yang menjadikan penderitaan terhadap apa saja di sekelilingnya karena tahu bahwa apa saja dalam alam ini adalah makhluk Illahi yang sedang mengembangkan potensi dirinya, sehingga merupakan Satu Kesatuan. Semua mengandung Pletik Illahi. Pengrusakan akan menimbulkan gangguan pada keseimbangan alam dan menimbulkan malapetaka.
Akhirnya meyakini bahwa keberadaanya sebagai manusia di muka bumi telah melalui perjalanan yang sangat panjang dan lama/jutaan tahun, sehingga tak mau lagi mengerjakan tindakan-tindakan yang merugikan diri/merosotkan martabat dirinya.
Itulah antara lain bila seseorang mau dengan tekun mempelajari Hikmah Illahi/ Theosofi/ Kebijaksanaan Tuhan.

Pengetahuan Adalah Cahaya
Pengetahuan adalah cahaya yang menerangi jalan menuju surga, demikianlah ungkap seorang Nabi. Lalu pengetahuan yang bagaimanakah yang harus dipelajari dengan kesungguhan?
Pada zaman ini manusia sudah memasuki abad ilmu pengetahuan. pakaian luar dari agama telah banyak kehilangan relevansinya bagi sebagian besar orang yang berpikir. Tetapi pencarian akan “Kebijaksanaan Kuno, pencarian akan Ilmu Kehidupan dan Pertumbuhan yang mendasari ajaran agama-agama kita tetap kuat seperti semula. Pencarian ini akan terus berlanjut, apalagi dengan adanya Ungkapan “Carilah ilmu walaupun sampai ke negara China.”
Di sini penulis ingin berbagi Pengetahuan itu dengan siapa saja yang mau dengan sungguh-sungguh mempelajarinya.
Beberapa aksioma dasar dari penelitian parapsikologi :
- Terdapat satu ilmu bagi pertumbuhan/perkembangan jiwa manusia
- Kebanyakan manusia masih memiliki energi dan daya kemampuan yang laten/tertidur
- Sesungguhnya manusia itu ditakdirkan agar berkembang menjadi sesuatu yang jauh lebih besar dari keadaannya sekarang
Seorang Filosof mengatakan, “Manusia adalah jembatan yang melintang di atas jurang perlintasan berbahaya dari binatang dan Malaikat.”
Hubungan ini (antara hewan dan Malaikat) hanya dapat ditemukan setelah ada pengembangan kemampuan dan bakat yang diperlukan guna menyelidiki ke dalam struktur, fungsi dan hubungan Proses Kosmis.
Demikianlah mereka telah menyimpulkan adanya satu pengetahuan bagi manusia yang sudah siap, dan mau berusaha secara sungguh-sungguh mempelajarinya dan kemudian mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan yang dimaksud sudah disebarluaskan pada tahun 1875 oleh dua orang Barat dan kini ajarannya sudah menyebar ke banyak negara.
Pengetahuan ini adalah pengetahuan yang sangat penting tetapi sangat sukar untuk dimengerti. Pengetahuan ini adalah pengetahuan tentang manusia, asal mula dan tugas kewajibannya selama kehidupannya di bumi ini. Inilah pengetahuan itu :
Manusia adalah makhluk pantulan Tuhan yang menjelma, karenanya pada hakekatnya manusia adalah Pribadi Spiritual yang sejati (Inna lilahi wa inna ilaihi rojiun) yang bersifat kekal dan tunggal dengan kepribadian Alam Semesta.
Manusia diturunkan ke muka bumi dengan melalui proses hukum Pengembangan ke arah Kemajuan/Evolusi/Mi’raj yang kemudian berlangsung melalui ulangan hidup atau kebangkitan kembali.
Kebangkitan atau Ulangan hidup itu ditarik oleh daya keinginan, dan dari pengaruh kebangkitan itu, manusia dibebaskan melalui pengetahuan dan pengorbanan.
Proses kematian hanyalah kelanjutan dari kehidupan bumi fisik dalam dimensi yang lebih halus, untuk menyerap saripati pengalaman hidup di bumi. Saripati itu tidak lenyap dan akan dilanjutkan dalam proses kehidupan di masa datang di akherat.
Manusia sejatinya adalah Makhluk Spiritual yang berasal dari Tuhan dan akan kembali pada Tuhan. Oleh karena itu kaitan hidup manusia dengan Tuhannya sangat akrab. Tujuan kehidupan manusia di bumi antara lain adalah untuk membantu Rencana Illahi, yaitu Evolusi, yaitu membantu makhluk-makhluk/manusia mengembangkan potensi Illahi/energi yang masih laten ada dalam agar berkembang.
Yang dimaksud agar berkembang itu adalah “kemampuan mengendalikan diri dari sifat-sifat negatif dalam dirinya” yang dalam ajaran agama dinamakan “musuh-musuh manusia”. Sehingga manusia dengan kesadaran diri yang tinggi menyesuaikan diri dengan hukum-hukum Illahi.
Manusia selaku Ruh yang berasal dari Tuhan di Alam Illahiah/Ahadiyah dan setelah berjasmani sekarang berada di alam Jasmani/alam Nasut/Insan Kamil, memakai wahana-wahana untuk dipakai berkomunikasi dalam alam-alam kehidupan. Di alam fisik memakai badan jasmani, di alam astral/jabarut memakai badan perasaan/keinginan/nafsu lawamah, di alam pikiran/malakut rendah dan tinggi memakai wahana pikiran rendah/nafsu amarah dan tinggi/nafsu mutmainnah.
Di alam astral/jabarut dan di alam mental/malakut inilah terdapat getaran-getaran yang membuat manusia mempunyai sifat-sifat negatif, yang dalam ajaran agama ialah nafsu amarah dan nafsu lawamah. Inilah musuh-musuh manusia yang ada dalam dirinya agar dikendalikan, hingga yang berkuasa adalah nafsu mutmainnah sebagai wakil dari Ruh manusia.
Sebagian Ulama mengajarkan bahwa Allah itu punya musuh, yang dimaksud adalah Ruh-Allah yang ada dalam diri manusia itu.
Oleh karena itu apabila kita ingin mengenal diri sendiri maka juga termasuk mengenal konstitusi manusia yaitu Ruh, Jiwa dan Jasmani. Jiwa terdiri dari tiga unsur. Yang dalam Theosofi disebut badan mental luhur/nafsu mutmainnah, badan mental rendah/amarah dan badan keinginan/ perasaan/nafsu lawamah.

Mengenal Musuh-musuh Manusia
Manusia diturunkan ke bumi melalui alam-alam, dan ketika berada di alam astral/jabarut dan mental/malakut dirinya masuk ke dalam getaran-getaran rendah yang membuat manusia mempunyai sifat negatif. Dalam ajaran agama hal dibuat menjadi suatu cerita yang menarik, berupa suatu kabar gembira tetapi juga suatu peringatan, bahwa ada tujuan tertentu dalam “penciptaan manusia”
Dalam Rencana Illahi manusia harus kembali pada-Nya (….inna illaihi rajiun). Yang Maha Suci. Oleh karena itu kembalinya pun harus dalam keadaan suci, selama dirinya belum suci, dia harus mengalahkan sifat-sifat negatif dalam dirinya itu. Itulah musuh manusia yang berada dalam dirinya.
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuhmu “
Musuh manusia adalah Iblis dan Jin. Perbuatan mereka dinamakan syaitan, syaitan itu artinya Kejahatan. Makhluk-makhluk di alam Jabarut inilah (yang diberi tugas oleh Allah) untuk menyesatkan dan menjerumuskan manusia ke dalam penderitaan di dunia maupun di hari kemudian (akherat). Oleh karena itu sebelum mengerjakan sesuatu berkenaan dengan dirinya, haruslah tahu dulu apa dan siapa dirinya, asal dari mana, mau ke mana dan harus bagaimana bertindak yang benar dalam hidup ini!
Hal ini dinyatakan oleh Iblis. Telah berkata Iblis :
“Wahai Tuhan, demi kebesaran-Mu, maka akan kusesatkan mereka (manusia) semua, kecuali hamba-hambamu yang shaleh.“
Suatu saat Nabi Muhammad yang sedang bersama Aisyah ketika saja dengan tiba-tiba sang Nabi mengendap-ngendap keluar, setelah agak jauh rupanya Aisyah tidak tahan dan juga mengendap-ngendap menyusulnya. Tentu saja Nabi mengetahui dan segera menegur, “Rupanya syaitan dalam dirimu muncul” Aisyah menjawab “Adakah syaitan dalam diriku ya Nabi?” “Ya Ada.” jawab Nabi.
Karena syaitan dan malaikat adalah salah satu unsur dalam jiwa manusia, maka sekarang kita tinggal memilih unsur mana yang kan kita perkuat. Unsur positif akan membawa ke alam bahagia, naik ke atas, mi’raj ataukah kita akan menjadi sahabat syaitan menjadi syaitan. Agar lebih jelas perhatikanlah 3 unsur ini:
Unsur Syahwat/Lawamah konon bertempat dalam darah hitam manusia, Sifatnya: Pemalas, Pasif. tabiatnya, serakah, rakus dan tidak berketentuan.
Unsur Godhob/Amarah konon bertempat dalam darah merah manusia. Sifatnya; Sombong. Tabiatnya: kejam, buas, senang dipuji/ria, egois, suka menjerumuskan orang lain demi kepentingan dirinya sendiri.
Unsur Natiqoh/Mutmainnah konon bertempat dalam darah putih manusia. Sifatnya: Arif Bijaksana, penimbang rasa, tenang, tentram dan damai dan sifat-sifat Malaikat lainnya; Tabiatnya: suka menerima ilmu dan nasehat.
Nah, ajaran agama mengajak kita semua berusaha berjuang mengembangkan sifat-sifat Mutmainnah/Pribadi luhur/Malaikat atau sifat-sifat Satva dalam Bhagavad gita. Silahkan Anda pilih!

Siapakah yang layak memimpin aku.
Syahwat : maka aku akan menjadi orang yang pemalas / pasif, selalu ragu, pendirian lemah, tamak, pengecut, ingin selalu enak tanpa kerja keras, tidak ingin susah. (sifat Jin)
Godhob : maka aku akan menjadi seorang yang sombong/ria, senang dipuji, pemarah, angkara murka, kejam buas, serta ingin benar sendiri, egois, ingin menang sendiri (sifat Syaitan)
Natiqoh : maka aku akan menjadi orang yang bijaksana, suka perdamaian, suka mencari ilmu, pengasih penyayang pada segala makhluk dan lain-lain sifat malaikat.
Nah, sekarang kita tahu bahwa dalam diri manusia itu ada potensi Illahi yang hebat tetapi terbungkus/terselubung oleh nafsu-nafsu negatif. Ajaran agama menganjurkan umat manusia untuk merebut kekuatan-kekuatan itu agar kita selamat dan sejahtera. Perhatikan Al Baqarah ayat 63 :
"… peganglah teguh-teguh apa yang kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya …".
Demikianlah manusia adalah makhluk yang mendapatkan Anugerah yang sangat besar karena dikaruniai kekuatan akal untuk berpikir sehingga mempunyai kemampuan meningkatkan dirinya ke tingkat yang lebih tinggi, agar mendapatkan Jubah Cahaya (Imam Al Ghazali)

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.