Kiat Meningkatkan Kesadaran

Tingkat kesadaran seseorang sangat berpengaruh pada cara berpikirnya sikap, ucapan, maupun tindakannya. Bagi yang kesadarannya masih pada kesadaran fisik semua aktivitasnya akan selalu bertujuan untuk memenuhi kepentingan dirinya. Sifat kepeduliannya pada sesama hidup tipis sekali. Pikiran akan melahirkan tindakan. Dari pikiran yang kurang peduli pada kepentingan pihak lain akan melahirkan tindakan-tindakan yang kurang kontrol,  mengakibatkan kerugian maupun penderitaan pihak lain.
Sikap kepala batu merupakan ciri khas dari mereka yang masih terlalu mementingkan diri. Artinya tidak menggubris saran-saran atau nasehat-nasehat yang diterimanya. Sebab semuanya akan bertujuan mengekang pada perbuatannya untuk mendapatkan kepuasan.
Bahkan siapapun yang memberikan saran atau kritikan akan dimusuhi habis-habisan. Meskipun apa yang dilakukan hanya akan merugikan dirinya dan lingkungannya, karena kepuasan indriawi menjadi tujuan hidupnya, yang semakin dipuaskan semakin menjadi lupa daratan.
Kebiasaan semacam ini biasanya akan berlangsung selama dirinya masih sehat dan kuat untuk membiayai kepuasannya. Akan menghentikan kebiasaan yang merugikan kalau sudah mengalami benturan-benturan kuat di bidang kesehatan maupun keuangan, sehingga tidak mampu memenuhi kepuasannya, hanya tergolek di pembaringan dengan mengharap belas kasih orang lain, untuk kelanjutan hidupnya.
Bagi mereka yang mengalami keadaan demikian akan punya sikap berbeda-beda dalam menanggapi keadaannya. Kelompok pertama akan selalu bersungut-sungut dan marah-marah menyalahkan keadaan. Semua yang mendekati dan dihadapi selalu dirasa kurang cocok. Pelayanan tidak ada yang bisa memuaskan seleranya. Sebab tidak senikmat waktu dirinya masih sehat dan banyak menghasilkan uang. Semua serba salah. Daun wuni terbawa arus. Dilayani marah-marah terus. Menyebabkan yang melayani jadi keki. Yang dilayani juga keadaannya menjadi semakin parah.
Kalau memperhatikan keadaannya tergeletak tak berdaya akan mengundang keprihatinan. Kalau merasakan sikapnya menimbulkan rasa sebal. Tetapi ada satu hal yang menjadi kelemahannya, yaitu masih takut pada kematian. Karena sering mendengar cerita-cerita bahwa bagi mereka yang selama hidupnya di dunia terlalu mengumbar nafsu serakahnya sudah disediakan sumur panas yang berisi cairan timah dan mendidih untuk menggodognya setelah berada di alam sesudah kematian sehingga kalau diberi nasehat untuk tidak selalu marah-marah karena bisa menyebabkan umurnya pendek tingkahnya yang tidak wajar akan surut. Meskipun tetap dihantui kekhawatiran juga karena suatu saat ajal pasti datang menjemput. Sedangkan kesempatan untuk bertobat atau memperbaiki diri sudah berlalu tanpa diisi dengan kebajikan sedikitpun. Pikirannya sering gundah dan disusul penyesalan mengapa saat-saat berjaya tidak mengingat hal-hal yang demikian. Air matanya sering mengalir meskipun harus segera diusap agar tidak ketahuan kelemahannya.
Kelompok lain bila mengalami keadaan demikian akan melakukan introspeksi diri mengapa harus menderita berkepanjangan yang hanya akan menyusahkan orang lain saja. Dari introspeksi yang dilakukan akan menemukan hal-hal yang tak terduga. Misalnya bahwa semua perbuatan akan punya akibat sendiri-sendiri. Tergantung jenisnya, yang baik mendatangkan kesenangan, kebahagiaan, sebaliknya yang buruk atau jahat menghasilkan kesengsaraan.
Sebenarnya pengertian tersebut sering didengar atau dibaca dalam buku-buku yang bernuansa spiritual. Hanya saja belum sampai menjadi keyakinan. Hubungannya masih percaya dengan kepercayaan-kepercayaan yang mengajarkan bahwa meskipun membuat kejahatan setinggi Gunung Himalaya kalau mau bertobat dan berjanji tidak akan mengulangi maka dosanya akan dihapus.
Ternyata kesalahan atau kejahatan harus dipertanggungjawabkan, atau akan mendapatkan peringatan-peringatan keras berupa penyakit, atau musibah-musibah penderitaan-penderitaan lain. Guna membuka pikirannya bahwa hidup ini ada yang memelihara yang menghendaki keharmonisan dan keadilan, demi kelangsungan kehidupan ini sesuai dengan rencana-Nya, sehingga perbuatan-perbuatan yang menjurus pada ketidakadilan maupun ketidakharmonisan berupa kecerobohan, keserakahan, kesewenang-wenangan maupun kekejaman harus dicegah dengan bermacam-macam cara, dalam waktu dekat maupun tenggang waktu yang cukup lama (sebabnya akan diuraikan pada halaman yang lain).
Sebenarnya untuk memahami adanya akibat-akibat karena melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar perikeadilan atau terganggunya keberadaan prinsip-prinsip cinta kasih, akan mengusik keharmonisan. Dimana keharmonisan terganggu akan timbul masalah. Misalnya pada bidang keuangan, usaha, kesehatan, kekeluargaan sebagai peringatan dini.
Kalau mengalami keadaan sebaiknya cepat-cepat introspeksi diri. Pasti akan menemukan sebab-sebabnya. Kemudian lakukan kebaikan-kebaikan yang nilainya diperkirakan seimbang dengan perbuatan karena khilaf yang telah dilakukan. Dengan melakukan hal tersebut berarti telah menyadari kekeliruannya dan berusaha untuk memulihkan keseimbangan. Meskipun mungkin cacat akibat perbuatan buruknya tidak bisa mengembalikan keadaan seperti semula. Karena kenangan pahit yang dialami pihak yang dirugikan atau disakiti sudah terlanjur tergores pada lubuk hatinya yang paling dalam. Tetapi goresan tersebut tidak akan begitu berlarut-larut.
Sebaiknya jangan hanya meminta ampun. Karena lebih menyakitkan pada yang jadi korban. Contohnya suatu keluarga yang kehilangan kepala keluarganya yang masih sangat diperlukan keberadaannya berhubung anak-anaknya  masih kecil-kecil dan orang tuanya sudah jompo. Yang hilangnya karena tindak kejahatan, apakah si pelaku kejahatan cukup hanya minta ampun? Orang Betawi akan bilang: Enak aje!?
Karena itu di negara-negara yang telah melakukan pemusnahan terhadap etnis tertentu terhadap mereka yang dianggap perintang, akan mengalami kekalutan dalam jangka panjang. Apalagi kalau pemusnahan yang dilakukan hanya karena sentimen atau dugaan yang tak beralasan. Pengaruh getaran kemarahan, kebencian maupun dendam dari mereka yang dimusnahkan akan membekas di seluruh bagian negara yang bersangkutan. Di udara, di lautan, di kota-kota, desa-desa di gunung-gunung akan terjadi musibah-musibah sebagai protes terhadap kekejaman atau kesewenang-wenangan terhadap tindakan yang melanggar perikeadilan dan memporak-porandakan keharmonisan.
Adanya angin putting beliung di lautan yang sangat kencang menyebabkan terjadinya banyak pusaran-pusaran angin berskala besar dan gelombang-gelombang tinggi yang mengakibatkan banyak kecelakaan di lautan.  Angin kencang tersebut kalau menerjang daratan akan menyebabkan banyak pohon-pohon besar tumbang dan rumah-rumah roboh terkena terjangannya. Belum lagi terjadinya banjir bandang gunung-gunung berapi meledak keadaan musim yang sulit diprediksi mengakibatkan salah waktu tanam, sehingga keberhasilan panen hanya jadi impian.
Kecelakaan-kecelakaan angkutan darat laut maupun udara juga merupakan akibat tata laksana yang kurang harmonis, sehingga pihak-pihak yang mendapatkan lahan kering dalam melakukan tugasnya tidak dilaksanakan dengan sepenuh hati, karena meskipun dilaksanakan dengan sungguh-sungguh hasilnya juga tidak seimbang dengan mereka yang menempati lahan basah.
Sikap yang sebaiknya dalam menanggapi ketidakadilan maupun kesewenang-wenangan adalah ketulusan hati. Artinya dengan penuh keikhlasan menerimanya. Sebab tidak ada sesuatu yang kebetulan. Semua pasti ada sebabnya. Bagi pelaku ketidakadilan atau kesewenang-wenangan apa yang dilakukan pasti merasa yang dilakukan itu benar. Menghadapi orang seperti ini dengan mengadakan perlawanan hanya akan mencari penyakit saja. Yang dilakukan akan dibela mati-matian, karena bisa memuaskan nafsu rendahnya. Tetapi yang jelas tindakannya telah menimbulkan gangguan terhadap keharmonisan yang suatu saat akan menerima akibatnya.
Dengan tetap stabil dalam menghadapi ketidakadilan maka banyak keuntungan-keuntungan yang diperoleh antara lain hidupnya tenang. Dalam melakukan pekerjaannya akan dilakukan dengan sungguh-sungguh, terbebas dari rasa iri atau benci. Tugasnya sebagai bentuk pengabdian pada sesama hidup. Tidak membuat banyak masalah. Dan yang penting lagi tidak menambah gangguan ketidakharmonisan. Kalau toh ketidakadilan dan kesewenang-wenangan terasa menjurus pada terancamnya keselamatan jiwa sebaiknya juga menghindar saja, agar tidak menjadi sasaran keganasan dari pihak yang sedang mata gelap. Sebab selagi masih hidup akan ada kesempatan untuk meneruskan perjuangan dan menambah pengalaman.
Seseorang bisa melakukan hal-hal yang akan merugikan diri sendiri atau pihak lain karena apa yang dilakukan ada di luar kesadarannya. Sebab-sebab yang sangat mendukung antara lain terlalu serakah pada kenikmatan duniawi. Seperti popularitas, ambisi untuk mendapatkan pengaruh, kekuatan jabatan kekuasaan. Yang akan memforsir atau memusatkan pikiran pada apa yang sedang diinginkan. Dengan terpusat pikiran pada apa yang sedang diinginkan. Dengan terpusatnya pikiran pada obyek keduniawian kesadaran akan tersingkir. Tersingkirnya kesadaran langkah dan perbuatannya jadi tanpa kendali. Tidak peduli yang dilakukan akan mengakibatkan kesedihan penderitaan maupun malapetaka.
Untuk menghindari pertanyaan : Manusia kok bisa melakukan perbuatan semacam itu? akan dijawab bahwa yang menjadi korban akan menjadi penyebab kekacauan negara yang akhirnya akan juga pada kekacauan dunia. Padahal hanya untuk menutupi kelemahannya.
Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa kesadaran seseorang akan sangat berpengaruh terhadap segala perbuatannya.
Sedangkan kesadaran seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya, masyarakatnya, pendidikannya dan kemampuan kontrol terhadap akibat perbuatannya. Jadi bukan pengaruh jabatannya, turunan ningrat atau gembel, kaya atau miskin profesinya, bakatnya, warna kulitnya dan lain sebagainya.
Terbukti banyak gagasan-gagasan yang menuju perdamaian dunia muncul dari lingkungan yang sederhana. Sebaliknya banyak penguasa dengan jabatan tinggi yang menjadi sumber malapetaka. Jadi tindakan-tindakan berupa kebajikan maupun kejahatan berawal dari sampai sejauhmana seseorang mampu selalu kontrol terhadap akibat apa yang akan dilahirkan dan pengendalian diri agar apa yang akan dilakukan tidak merugikan pihak lain. Dan bagi kebanyakan orang kedua hal tersebut merupakan yang sangat berat untuk dilakukan karena akan banyak kehilangan kesempatan yang bisa menambah kepuasan-kepuasan lahiriyah. Sebab untuk mendapatkan tambahan materi bagi kepuasannya kebanyakan akan dilakukan dengan cara merugikan kepentingan yang lain.
Sebetulnya dengan selalu melakukan kontrol maupun pengendalian diri merupakan pintu gerbang untuk bangkitnya kesadaran. Sebab bisa selalu dalam keadaan tenang, karena tidak sering mendapat masalah dan kemarahan atau kekecewaan dari pihak yang dirugikan, yang akan memancarkan getaran kasar atau jahat dan akan meresapi serta meliputi dirinya. Juga akan membuat perasaan maupun pikirannya selalu gelisah. Dalam keadaan demikian kebangkitan kesadaran akan sulit bisa terjadi.
Dengan selalu menjaga ketenangan pikiran dan perasaan maka akan menghasilkan gelombang alfa yang bisa mempercepat bangkit maupun peningkatan kesadaran.
Apalagi kalau kontrol dan pengendalian dirinya disertai pengertian-pengertian bahwa semua aktivitas dari pikiran, perasaan, sikap, ucapan maupun tindakan akan berakibat. Karena semua aktivitas akan menimbulkan getaran. Yang halus lembut akan menarik keberuntungan sedangkan yang kasar atau jahat akan menarik penderitaan.
Yang kedua pengertian bahwa hidup ini merupakan kesatuan. Artinya suatu bentuk kehidupan tidak akan terjadinya tanpa bantuan dari kehidupan yang lain. Atas bantuan sesama manusia dan makhluk-makhluk yang masih di bawah tingkatan, manusialah seseorang bisa bertahan dalam waktu yang relatif lama. Misalnya dari hewan-hewan, tetumbuhan, benda-benda tambang dan mineral.
Dengan pengertian yang semacam itu seseorang akan selalu berhati-hati dalam segala tindakannya. Takut kalau sampai merusak kesatuan atau ekosistem yang ada. Suatu misal habisnya bahan bakar bumi habis karena keserakahan manusia, pasti akan terjadi keadaan yang kalang kabut.  Bahan bakar nabati pasti tidak akan mampu memenuhi kebutuhan. Di mana pada saat sekarang sebagian besar penduduk bumi akan merasa gengsinya naik kehormatannya meningkat kalau sudah bisa punya kendaraan bermotor. Keperluan-keperluan jarak dekat yang bisa dicapai dengan jalan kaki atau sepeda, harus pakai motor. Merasa malu kalau gengsi dan kehormatannya merosot. Yang seharusnya malu karena menambah pemborosan pemakaian bahan bakar bumi.
Yang ketiga punya pengertian bahwa semua yang tampak terbabar semua bentuk maupun ujud bisa ada karena diresapi dan diliputi oleh zat hidup dari Yang Maha Kuasa. Dan memungkinkan ada perubahan-perubahan, pertumbuhan dan perkembangan.
Dari biji beringin yang begitu kecil bisa berubah menjadi pohon besar hanya karena mendapat unsur-unsur hara dari tanah. Siapa yang berperan dalam memberi kekuatan maupun naluri untuk memecah kulit biji sehingga ada lubang untuk keluarnya calon akar guna menarik zat-zat yang ada dalam tanah guna perkembangan selanjutnya? Sekaligus untuk memperkokoh keberadaannya agar tidak mudah roboh karena terjangan angin maupun benda-benda lain. Dan akhirnya berkembang menjadi pohon besar yang bisa digunakan untuk berlindung dari teriknya sinar matahari.
Juga untuk keberadaan hewan-hewan maupun manusia yang hanya berasal dari sperma, bisa tumbuh menjadi janin, dalam kurun waktu tertentu akan menjadi bayi dalam kandungan dan lahir tumbuh menjalani masa kanak-kanak. Menjadi remaja, masa dewasa, menuju masa lansia kemudian menutup mata.
Kalau kita mau mengamati pada perkembangan-perkembangan yang ada maka ternyata bahwa semuanya menuju perbaikan. Contohnya pada gambar-gambar manusia prasejarah yang ada di museum-museum. Postur tubuh dan raut wajahnya masih mirip-mirip kera yang tangannya masih tampak lebih panjang dibanding orang-orang jaman sekarang, karena tangan-tangan dari manusia prasejarah masih digunakan untuk bergelantungan pada pohon-pohon besar untuk menghindari serangan-serangan binatang buas, menghadapi medan yang sulit karena banyaknya duri-duri, rotan yang lebat atau menghindari banjir.
Juga tempat tinggal mereka yang terdiri dari pohon-pohon besar dan gua-gua sudah berganti dengan rumah-rumah mewah yang merupakan hutan-hutan beton dan gedung-gedung pencakar langit. Belum lagi tentang menu makanannya, perubahan di bidang teknologi, transportasi maupun informasi.
Dari hasil pengamatan terhadap perubahan-perubahan di alam semesta ini bisa menjadi pengertian yang keempat. Bahwa semua wujud tidak ada yang permanen semua mengalami perubahan-perubahan ke arah perbaikan atau kesempurnaan, dan perubahan tersebut bukan bergerak dengan sendirinya atau secara kebetulan tetapi ada suatu daya luar biasa sebagai pembimbingnya. Yang punya sifat kasih, adil dan bijaksana. Suatu kekuasaan abstrak mutlak hanya bisa dirasakan oleh insan-insan yang kesadarannya sudah meningkat, tidak berkutat hanya pada kesadaran fisik. Kekuasaan mutlak tersebut tiap negara atau kepercayaan punya istilah berlain-lainan.
Sifat yang paling menonjol dari Sang Maha Kuasa adalah Kasih. Karena kasih-Nya alam semesta ini ada. Dengan tujuan semua makhluk ciptaan-Nya baik yang tampak maupun tidak untuk dibimbing menuju kesempurnaan. Agar bisa pulang kehadirat-Nya dari mana seantero makhluk berasal untuk mendapatkan kebahagiaan yang kekal. Dengan himbauan hendaklah kamu berusaha menjadi sempurna seperti Bapakmu di sorga yang sempurna adanya.
Pengertian Bapak di sini adalah antara Sang Pencipta dengan ciptaan-Nya, yang menginginkan agar kesempurnaan dan kebahagiaan-Nya yang kekal tidak dinikmati sendiri.
Oleh karena itu tujuan suatu ritual yang paling penting adalah untuk mengembangkan sifat-sifat-Nya, terutama sifat kasih adil dan bijaksana. Agar sifat-sifat tersebut bisa meresap dalam hati sanubari. Bukan karena tempat, waktu, cara, sarana maupun menghadapnya.
Seseorang yang sudah mampu mengembangkan rasa kasihnya secara sungguh-sungguh kehidupannya akan lebih bermutu juga lebih bahagia. Lebih bermutu karena sudah tidak ingin lagi mengadakan pengrusakan, penyiksaan, pembantaian, atau perbuatan-perbuatan yang bisa merugikan yang lain, sehingga tidak mendapat predikat trouble maker, yang selalu diburu-buru rasa bersalah dan selalu curiga pada keadaan sekelilingnya.
Rasa kasih yang terpancar melalui auranya dengan warna-warni yang indah akan mengundang simpati. Tidak usah melakukan acting-acting yang terlalu over atau aksesoris yang berlebihan.
Merasa lebih berbahagia karena sesuatu yang mendapat sentuhan kasih akan menjadi lebih indah dan berharga. Karena jalinan kasih keluarga akan berbahagia. Karena kedua orang tua mau berkorban demi putra putrinya. Suatu perhimpunan akan komplek karena semua komponen yang ada selalu berusaha untuk memberikan hal-hal yang terbaik bagi perhimpunannya pada bidang waktu, dana maupun tenaga. Karena rasa kasih akan mengundang rasa bahagia bila yang dikasihi ada dalam keadaan nyaman.
Dalam keadaan yang kondusif suatu perhimpunan akan bisa fokus dalam mengarahkan para anggotanya agar menjadi insan-insan berkwalitas yang mampu berpartisipasi terhadap maha karya dari Sang Maha Pencipta yang dengan Kasih Keadilan dan Kebijaksanaan-Nya membimbing semua makhluk-Nya untuk menuju kesempurnaan.
Karena besar kecilnya partisipasinya pada maha karya tersebut sangat berpengaruh pada keadaan seseorang, kaum, bangsa, bahkan pada dunia.
Readmore → Kiat Meningkatkan Kesadaran

Manfaat Peningkatan Kesadaran

Dalam panggung sejarah dunia telah bermunculan dan juga tenggelamnya bermacam-macam peradaban, sistem paham agama, aliran, perhimpunan, kepercayaan, paguyuban, yang bertujuan baik yaitu pengembangan ide-ide baik kepada penganutnya dan juga gagasan-gagasan yang bisa meringankan dalam menghadapi perjuangan hidup. Cara pengembangan dan penyampaian materi bahasan sangat dipengaruhi oleh tempat, waktu juga kondisi mental maupun moral para pemukanya.
Untuk komunitas yang belum maju pada masalah spiritual dibutuhkan cara-cara kasar melalui intimidasi, ditakut-takuti kalau perlu dengan teror-teror mental untuk menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruk dan iming-iming adanya keadaan yang penuh kenikmatan setelah kematian, agar mau berbuat baik sehingga kadang-kadang sampai kebablasan dalam memberi pengarahan bahwa keadaan buruk maupun baik sesudah kematian bisa berlangsung untuk selamanya. Dan para pendengarnya banyak yang manggut-manggut agar dianggap mengerti terhadap uraian yang disampaikan.
Tidak menyadari bahwa dengan manggut-manggut kepala berarti telah menunjukkan kekurangpengertiannya. Sikap yang tepat sebetulnya adalah dengan mengajukan pertanyaan: Kalau hidup hanya paling lama seratus tahun, harus menderita selamanya sesudah kematian, apakah itu adil? atau dengan pertanyaan : Apakah keadaan yang demikian tidak bertolak belakang dengan sifat Sang Maha Pengasih dan Penyayang? ataukah ada maksud lain dari manggut-manggut tadi umpama saja agar si pembicara merasa puas dan berbangga diri bahwa uraiannya mendapat sambutan positif. Mungkin juga berpendapat apa ruginya sih membikin orang senang orang lain? Daripada mendapat stempel sebagai orang yang suka usil.
Pada kelompok ini yang masih menyukai getaran-getaran yang belum halus, masih memerlukan gerakan-gerakan tubuh dan suara-suara sebagai pendorong semangat dalam pelaksanaan ritual-ritualnya. Tidak mengingat bahwa suara-suara yang diperdengarkan melalui pengeras suara akan mengganggu mereka yang sedang sakit, membutuhkan banyak istirahat dan ketenangan atau para bayi yang baru lahir di mana dibutuhkan tidur yang cukup dalam suasana yang tenang. Juga bagi para penganut kepercayaan yang pelaksanaan ritualnya dilakukan dengan meditasi pada waktu matahari terbenam atau menjelang fajar, jelas tidak akan fokus pada ritualnya.
Dan yang lebih penting sangat memerosotkan sifat-sifat Tuhan yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui sehingga memahami semua kehendak makhluk ciptaannya, walaupun masih dalam pikiran maupun perasaan.
Bagi yang ingin menyatakan keberatannya atas pelaksanaan ritual semacam itu akan terhenti pada lamunan saja. Sebab umumnya termasuk kelompok minoritas, bisa-bisa bahkan mendapat reaksi yang berakibat fatal.
Dimanapun dan kapan pun kelompok minoritas akan menjadi tumpuan kesalahan dan penderitaan, seperti motto yang mengatakan bahwa kebenaran adalah milik yang berkuasa. Semua sasaran, kritik apa lagi himbauan tidak akan digubris, yang diusahakan selalu bagaimana pengaruhnya semakin luas, kekuatannya semakin besar dan kekuasaannya semakin kuat. Untuk mencapai tujuannya semua bentuk rongrongan, rintangan maupun saingan harus digusur.
Bagi para ambisius yang tidak dapat menduduki jabatan yang diinginkan akan hengkang dan membuat kelompok baru. Meskipun program-programnya sama dengan kelompok lama hanya berganti istilah saja. Hanya karena melihat para pemimpin hidupnya serba enak hampir semua keinginannya terpenuhi dan seleranya terlampiaskan.
Jarang sekali pimpinan yang mengerti tugas seorang pemimpin. Kebanyakan karena kedudukannya didapat melalui pembelian-pembelian yang sangat mahal dan pengorbanan-pengorbanan yang sangat besar maka setelah tercapai kedudukannya hanya untuk mencari-cari dan menciptakan kesempatan guna mengeduk keuntungan.
Kondisi mental pimpinan yang demikian akan mendorong bawahan lebih parah lagi. Hal ini bisa sama-sama kita saksikan dengan ambruknya jembatan yang baru dibangun. Jebolnya bendungan karena tidak mampu menahan tambahan air. Runtuhnya gedung sekolah yang belum lama dibangun. Terbengkalainya proyek-proyek vital. Neraca usaha yang selalu rugi. Makin merosotnya nilai uang. Inflasi yang tak terkendali. Para orang tua yang tidak mampu membiayai pendidikan putra-putrinya. Semakin banyaknya orang-orang yang menderita stress atau menjadi gelandangan tunawisma juga tunakarya.
Di lain fihak bagi mereka yang bisa mencari dan menciptakan kesempatan untuk berbelanja sepatu dan kosmetik saja harus keluar negeri. Hanya menderita serangan batuk dan flu saja harus berobat keluar negeri. Tingkahnya melebihi cerita wayang lakon Petruk Dadi Ratu. Untung saja perutnya yang buncit bisa ditutupi dengan jaket atau baju luar yang tebal sehingga postur Petruknya agak tersamar.
Keadaan seperti di atas hampir terjadi secara mengglobal di seluruh belahan dunia apalagi yang sudah dilanda paham materialistis yang punya semboyan khas : elu-elu gue-gue. Dan berpedoman semua kegiatan harus menghasilkan keuntungan berupa materi. Kegiatan-kegiatan yang tidak menguntungkan bidang materi dianggap tidak berguna. Untuk mendapatkannya bahkan mau melakukan tindak-tindak kejahatan, sehingga di kota-kota besar banyak sekali terdapat geng-geng pembunuh bayaran, tukang pukul, tukang ngrusak usaha seseorang, tukang palak, tukang pungut dana keamanan, tukang jambret,  tukang ngrampok, dan lain-lain yang sangat meresahkan masyarakat. Meskipun banyak yang mengalami babak belur diamuk masa keberadaannya masih saja tidak berkurang.
Yang sangat memprihatinkan pemalakan yang terjadi pada tukang semir sepatu atau tukang ngamen jalanan. Hasil kerjanya sehari penuh dan meskipun rumahnya jauh tidak mau naik kendaraan umum demi untuk memenuhi kebutuhan di rumah, kena palak. Menghiba-iba agar uang yang tidak seberapa tersebut tidak diminta semua bahkan kena pukul. Untuk jalan saja sudah sempoyongan dengan pukulan yang bersarang di pelipisnya, matanya menjadi berkunang-kunang, akhirnya limbung dan roboh tak sadarkan diri. Sedang yang di rumah menanti-nanti dengan harap-harap cemas.
Pada umumnya kejahatan-kejahatan dilakukan karena kurangnya sikap introspeksi, yang dalam istilah bahasa Jawa disebut tepa salira. Satu ungkapan dari kearifan lokal yang adiluhung. Karena dengan selalu bersikap tepa salira akan jarang membuat masalah juga terhindar dari berbagai masalah.
Akan selalu punya pendirian kalau tidak mau diganggu jangan mengganggu pihak lain, kalau tidak mau dirugikan jangan merugikan pihak lain, kalau tidak mau disakiti jangan menyakiti pihak lain. Kalau tidak mau disengsarakan jangan menyengsarakan pihak lain.
Seseorang yang punya rasa tepa salira akan mengerti bahwa tak seorang pun di dunia ini yang mau dirugikan. Baik dengan pikiran, perasaan, sikap, kata-kata maupun tindakan, sehingga apa saja yang dilakukan akan dipikir lebih dulu jangan sampai membuat pihak lain merasa dirugikan.
Karena ada ungkapan yang mengatakan : dalamnya laut bisa diduga, tetapi kemampuan seseorang siapa tahu? Mungkin saja tampaknya lemah, karena tidak suka pamer. Siapa tahu kalau tingkat evolusinya sudah tinggi, dan sudah dijaga penguasa-penguasa gaib nan agung, sehingga siapa yang mengganggunya akan mengalami kesialan.
Sehingga sikap seseorang pada orang lain seyogyanya adalah sikap berbaik hati, yang akan menghasilkan banyak keuntungan bagi dirinya maupun lingkungannya. Selain menjadi tampak simpatik juga membikin lingkungan atau keadaan menjadi nyaman ongkuh. Akan menciptakan suasana tenteram damai tanpa ketegangan maupun emosional, akan menarik getaran-getaran luhur dan akan memunculkan inspirasi-inspirasi bagi kesimpulan-kesimpulan yang bermanfaat. Tepat sekali ungkapan yang menyatakan bahwa damai itu indah.
Dalam pandangan sepintas kilas sering kita jumpai adanya seseorang yang tampak simpatik. Kesimpatikannya bahkan bisa mengubah keadaan diri si pemandang. Bisa menghilangkan rasa gundah gulana yang ada bahkan bisa menimbulkan rasa nyaman dan semangat baru yang sebelumnya terasa loyo.
Hal tersebut bisa terjadi karena yang dipandang adalah orang yang cinta damai, tenang, sehingga mampu menyerap getaran dan energi positif yang kalau sudah kuat akan memancar keluar mempengaruhi keadaan sekeliling, sehingga dari kenyataan di atas sebenarnya seseorang tidak perlu tampil glamour dengan busana mewah dan aksesoris yang mahal. Hal yang demikian bahkan akan menimbulkan kecemburuan sosial dan mengundang rasa sebal. Kalau ada rasa simpati hanyalah sekedar basa-basi.
Dengan ketegangan-ketegangan yang ada pada diri seseorang akibat banyaknya keinginan-keinginan atau diburu-buru rasa bersalah di masa lalu maka tidak akan mungkin untuk menarik simpati yang tulus.
Perilaku lain yang dapat membentuk kepribadian yang berkwalitas adalah aja dumeh, artinya jangan mentang-mentang.
Mentang-mentang punya kedudukan terhormat, jabatan tinggi, kaya raya, jadi orang pintar, perangainya berubah, suka menyepelekan pihak yang dianggap lebih rendah. Predikat yang disandangnya digunakan sebagai sarana untuk mengibuli, membodohi, memeras dan menyengsarakan pada mereka yang belum beruntung.
Bagi yang punya tepa salira akan selalu mengingat ungkapan aja dumeh ini, karena rasa dumeh akan banyak mendatangkan penderitaan bagi pihak lain melalui tingkah serakah, kejam, sombong, gila hormat dan lain-lain yang kesemuanya bertentangan dengan kodrat hidup yang sebenarnya. Bahwa kelebihan seseorang seharusnya dipakai guna meringankan beban dari pihak yang berkekurangan.
Dan masih banyak lagi ungkapan-ungkapan yang bernuansa kearifan-kearifan lokal adi luhung yang dengan sistematis sedang dikikis habis agar tidak punya monumen-monumen sastra yang kokoh sebagai pedoman dan pemandu hidup dalam rangka menghancurkan jati diri suatu bangsa. Pada bangsa yang telah hancur jati dirinya dan tidak punya pedoman-pedoman hidup maka akan mudah dijarah kekayaannya lewat teknologi, ekonomi, mental maupun paham tertentu. Dengan semakin sempitnya lahan pencarian rejeki, maka banyak dari pihak yang sedang berkuasa atau dipercaya menggunakannya sebagai kesempatan untuk melampiaskan nafsu keserakahannya.
Jadi kalau ada kecenderungan untuk meneruskan pendidikan jaman kolonial yang kurang bermutu, dan pada era sekarang ditambah dengan biaya yang sangat tinggi bukanlah hal kebetulan. Dengan biaya layak tetapi bermutu, alumninya sulit untuk dibodohi.
Maka tepat sekali yang disinyalir oleh putra Sang Fajar bahwa pendidikan yang ada merupakan sarana untuk mencetak manusia-manusia bermental kuli, yang punya daya inisiatif dan kreatif  terbatas. Setiap ada kesulitan selalu meminta petunjuk pada big boss. Meskipun petunjuk yang didapat mengakibatkan rusaknya tatanan dan memerosotkan harga diri bangsa.
Dikarenakan keenakan dengan selalu meminta petunjuk setiap kali menjumpai kesulitan, maka dari tingkatan manusia bermental kuli menjadi manusia bermental peminta-minta, yang akan mengikis habis cara berpikir kritis dan analistis. Yang hal ini akan menjadi penghalang bagi terciptanya karya-karya yang bermutu. Karena tidak tahu apa yang harus diperbuat, sehingga sebagai pribadi peranannya sangat minim. Pengembangan-pengembangan potensi dirinya sangat lambat. Tanpa adanya petunjuk kegiatan macet. Meskipun mengetahui banyak masalah yang harus ditangani. Dan kalau ada tugas-tugas mendesak yang harus diselesaikan dan menyebabkan kerugian sangat besar tindakan yang dilakukan saling lempar tanggung jawab. Dan paling digemari mencari kambing belang, karena tidak bisa menemukan kambing hitam.
Hal-hal seperti di atas tidak akan terjadi bila setiap insan punya peningkatan kesadaran bahwa kewajiban-kewajiban yang diemban merupakan salah satu bentuk kesempatan untuk memberikan sumbangsih kepada sesama hidup yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya agar kehadiran dirinya punya manfaat kepada makhluk lain dan kehadiran dirinya di dunia ini punya makna.
Readmore → Manfaat Peningkatan Kesadaran

Hidup Merupakan Sarana Untuk Menebar Benih-benih Kebajikan

Selagi kita masih hidup pasti akan menjumpai bermacam-macam problem baik berat maupun ringan. Semakin besar tanggung jawab seseorang semakin besar dan banyak problem yang dihadapi yang perlu diselesaikan. Cara penyelesaian problem-problem inilah yang akan berpengaruh besar terhadap cepat lambatnya kemajuan-kemajuan yang akan dicapai seseorang. Akan diselesaikan secara kejam, licik, serampangan, santun bijaksana ataukah mau dibiarkan terbengkalai.
Dari cara penyelesaian tersebut akan terbentuk suatu gambaran atau kesan sampai seberapa besar mutu atau kemampuan seseorang. Termasuk kelas bawah, menengah ataukah kelas atas. Dari image tersebut seseorang akan berwibawa, simpatik, ataukah menyebalkan.
Memang salah satu sifat manusia adalah pelupa. Lupa bahwa dirinya punya hak untuk menilai tetapi juga punya hak untuk menerima penilaian. Dan tidak ingat bahwa untuk mendapat nilai seratus harus mau berkorban.
Pengorbanan berupa selalu kontrol terhadap pikirannya, bicaranya, sikapnya dan tindakannya. Harus bisa mengendalikan diri terhadap hasrat mendapat kepuasan sesaat, yang menyakiti pihak lain karena pembicaraan, sikap maupun tindakannya, yang lepas kontrol dan akan menjadi kenangan pahit sepanjang hidupnya, bagi yang terkena sasaran.
Kita juga sering lupa pula bahwa kekalahan seseorang kadang-kadang sengaja untuk mengalah demi menjaga agar situasi tidak lebih memanas. Kemungkinan juga memahami tindakan si penyerang sedang dihimpit berbagai masalah yang membikin kolaps, dan meledak karena ada situasi yang mendukung.
Baru nanti pada saat tertentu dalam kesendirian dan suasana tenang biasanya kesadaran akan muncul bahwa perilakunya ternyata tidak bisa menyelesaikan masalah. Bahkan masalahnya jadi semakin meluas. Dan menyadari pula bahwa tidak seharusnya dalam menyelesaikan suatu masalah menggunakan cara-cara yang kurang santun pada seseorang yang khilaf akibat otaknya sudah terlalu capai digunakan berpikir untuk mengatasi berbagai masalah. Dan betapa sedih kalau orang tuanya mendapat perlakuan demikian untuk orang yang masih normal dalam lubuk hatinya yang paling dalam akan menyesali kekeliruan-kekeliruannya. Karena manusia berasal dari sumber yang maha baik pasti akan punya unsur-unsur baik. Biasanya karena pengaruh ambisi di bidang gengsi, harga diri, kehormatan, popularitas yang sering dilakukan secara berlebihan akhirnya justru menjauhkan dirinya atau membuka kedok maupun belang yang selama ini ditutup-tutupinya, secara kurang cermat.
Karena kekurangcermatannya maka bisa terjadi salah simpul dalam menganalisis masalah yang dihadapi. Apalagi kalau ambisi dan emosi ikut nimbrung maka akan mengakibatkan tindakan yang kurang pas. Dengan memahami sebab-sebab dari suatu ketidakwajaran seseorang akan bisa bertindak arif dan bertambah cerdas, juga akan mampu mengendalikan emosinya. Kecuali kalau tindakannya sudah sangat membahayakan. Tetapi kalau masih dalam batas normal sikap yang bijak dalam menghadapi suatu ketidakwajaran adalah memaklumi dan mencari sebab-sebabnya. Siapa tahu kalau mengerti sebab-sebabnya kedongkolannya bisa berubah menjadi keprihatinan.
Penyebab masalah memang sangat beragam, berat dan pelik. Setelah diciptakannya era materialistis yang melanda dunia dengan produk-produk canggih oleh para pemodal raksasa dapat merangsang kepuasan nafsu-nafsu indriawi oleh hampir seluruh masyarakat seperti diproduksinya komputer, internet, hp. Kalau dipandang dari kebutuhan keduniawian memang punya manfaat yang luar biasa, tetapi ekses negatifnya juga sangat terasa pada jaman sekarang, yang dengan akal bulus dari pemilik modal raksasa diistilahkan dengan era globalisasi. Dalam membentuk insan-insan yang berwatak materialistis, konsumtif dan individualistis.
Karena watak manusia memang selalu menghendaki untuk menambah segalanya yang sudah diperoleh. Termasuk kepuasan-kepuasannya, yang hal ini merupakan kesempatan bagi para pemilik modal untuk lebih berjibun lagi dalam menimbun kekayaan. Dengan memaksa para konsumtif untuk merogoh kantongnya lebih dalam guna mendapatkan kepuasan-kepuasan baru yang lebih menggairahkan, sehingga pikirannya selalu ditujukan pada penimbunan materi-materi.
Dengan banyaknya materi yang ditimbun merasa gengsinya lebih meningkat. Penampilan glamour didukung kendaraan mewah, finansial yang memungkinkan untuk membayar tanpa menawar mengakibatkan dirinya merasa menjadi segalanya.
Sebagian sikap kita mendukung tingkah mereka. Meskipun kadang-kadang juga merasa sebal bahkan muak dengan tingkah mereka yang arogan dan tidak tahu diri.
Tetapi perasaan tersebut terpaksa harus dibungkus dan disimpan dengan rapi jangan sampai sandiwara tersebut dimengerti oleh para rang kayo tersebut. Kalau sikap kita tampak menaruh kecurigaan atau antipati bisa-bisa kita kerap kali kehilangan kesempatan untuk menikmati santapan yang bagi kita hanya impian.
Biasanya para OKB ini sering mengadakan syukuran atau hajatan lain untuk merayakan kenaikan pangkat, lulus dalam suatu testing, diangkat menjadi pejabat, dan lain-lain di lingkungan keluarganya sekalian mencari simpati terhadap lingkungannya.
Meskipun tetap saja ada perbedaan sikap dari tuan rumah dalam menyambut para tamunya. Bagi tamu yang berdandan menyala, dengan kendaraan mewah akan disambut dengan tertawa-tawa meskipun ada tampak dibuat-buat. Pada tamu dengan mobil agak butut cukup dengan senyum, yang sepeda motor sambutannya mulai agak dingin. Bagi pengendara sepeda onthel biasa nampak ada penyesalan pada sambutannya.
Penilaian terhadap seseorang tergantung pada sebanyak mana harta yang dia punya, sehingga ada kecenderungan bahwa untuk dihormati keberadaannya, harus berusaha untuk menumpuk harta sebanyak mungkin. Semakin mewah penampilan, semakin besar kehormatan yang didapat.
Sehingga penumpukan harta menjadi perlombaan yang sangat seru. Dari dengan cara meminta-minta termasuk memakai alasan untuk sumbangan, merampas, merampok, membunuh dan cara-cara lain yang mencerminkan rasa tidak tahu malu juga tidak punya kepedulian pada sesama hidup.
Dengan menempatkan materi dan keduniawian di atas segalanya maka masalah-masalah lain jadi terbengkalai karena tidak dapat memenuhi selera panca indra, sehingga dianggap tidak bermanfaat.
Kalau keadaan demikian dibiarkan terus menerus pasti akan memporak porandakan seluruh tatanan hidup. Dengan digalakkannya era globalisasi yang merupakan istilah yang hampir sejajar dengan era materialistis, di mana tolak ukur segala sesuatu dari kepuasan indriawi maka masalah-masalah moral seperti kehangatan keluarga, akrabnya suatu persahabatan, tenggang rasa, saling peduli akan menjadi terabaikan.
Yang dikejar-kejar kepentingan dan kepuasan dirinya saja. Kehidupan yang demikian akan terlalu melelahkan. Karena akan banyak menyita waktu dan energi. Tidak punya waktu untuk saling curhat, atau bercengkrama dengan anggota keluarga, yang merupakan salah satu cara untuk menghilangkan stress atau emosi yang tak terkendali, dan memberi kesempatan terhadap tenaga juga pikiran untuk beristirahat, jangan sampai kelelahan tersebut dibawa serta menemani saat tidur.
Di samping itu kehidupan individualistis juga mengabaikan tugas hidup dan kesempatan yang sangat berharga yaitu menebar kebajikan yang akan tumbuh dan berkembang berbunga akhirnya akan berbuah berupa kesenangan maupun kebahagiaan sesuai kwantitas maupun kwalitas dari benih yang ditabur.
Hukum hidup inilah yang sering dilupakan oleh sebagian besar umat manusia. Pengertiannya terhadap sifat-sifat Tuhan Yang Maha Kasih, Maha Adil dan Bijaksana, yang dihayati Maha Kasih dan Maha Bijaksananya saja. Maha Adilnya diterlantarkan. Akhirnya terjadi kesalahpahaman bahwa Tuhan adalah suatu sosok tempat meminta-minta.
Dan agar permintaannya dikabulkan banyak yang menyuap-Nya dengan puji-pujian, pengorbanan, saji-sajian, bahkan dengan penyembelihan hewan-hewan. Kalau dengan pengorbanan-pengorbanan yang ada kesenangan yang didapat masih kurang yang menjadi pilihannya menjurus pada tindak kejahatan, yang kadarnya tergantung pada nyali yang dipunyainya.
Tidak mengingat bahwa kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus akan membentuk watak. Watak peminta-minta akan membentuk watak serakah dan tidak tahu malu, yang merupakan sumber dari segala kejahatan tetapi sering luput dari pengamatan.
Dengan memperhatikan gejala-gejala kehidupan yang terjadi pada diri sendiri maupun yang terjadi pada lingkungan yang lebih luas maka mau tidak mau otak akan dirangsang untuk lebih aktif berpikir. Minimal akan merangkai suatu peristiwa dengan kejadian-kejadian sebelumnya maupun sesudahnya.
Misalnya saja, setiap dirinya melakukan hal-hal yang merugikan orang lain beberapa waktu kemudian akan menderita kerugian yang sangat besar. Atau yang terjadi pada tetangganya yang sering mengambil milik orang lain meskipun tidak ketahuan tetapi kehidupan keluarganya berantakan.
Dan kalau mau lebih jelas lagi perhatiannya terhadap kehidupan hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan, mineral, apalagi terhadap alam semesta yang terbentang dengan segala isinya. Peredaran bumi-bulan-bintang-bintang dengan matahari yang selalu memancarkan sinar kehidupan maka pikiran menjadi lebih cerdas, perasaan lebih peka, wawasan lebih luas, dan kesadaran menjadi bertambah meningkat. Tentang adanya suatu kekuasaan yang sangat besar sebagai pencipta dan pengatur dari segala yang ada di alam semesta ini. Yang menghendaki keharmonisan pada segala aspek dengan cara masing-masing melaksanakan tugasnya sebaik-baiknya tanpa menyimpang dari ketentuan yang ada sehingga tidak terjadi benturan dengan kepentingan yang lain.
Dengan melaksanakan tugas masing-masing sebaik-baiknya yang sesuai dengan kemampuan dan kecenderungannya maka akan tercipta suasana yang kondusif sebab masing-masing akan fokus pada tugasnya, dan akan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang muncul. Dan dalam suasana yang kondusif akan bermunculan prestasi-prestasi yang patut dibanggakan.
Readmore → Hidup Merupakan Sarana Untuk Menebar Benih-benih Kebajikan

Perlunya Peningkatan Kesadaran

Manusia menyandang predikat makhluk yang paling sempurna di bumi ini karena mempunyai kelebihan-kelebihan yang tidak terdapat pada makhluk yang tingkatannya masih di bawah manusia, seperti pikiran dan perasaan. Pikiran yang mampu mengubah atau menggabungkan beberapa jenis materi sehingga lebih bermanfaat bagi kehidupan. Perasaan seperti belas kasih, takut, benci, marah, dendam, sedih, senang, dan lain-lain. Mampu membedakan antara yang baik dengan yang buruk, yang benar dengan yang salah.
Otak manusia terbagi menjadi dua bagian. Sebelah kiri mengurusi masalah keduniawian, sebelah kanan mengurusi masalah-masalah kerohanian, dan bawah sadar (kesadaran yang belum diaktifkan)
Agar tidak terjadi kegiatan yang terlalu berlebihan dari salah satu belahan otak yang berfungsi sebagai penyelaras adalah hati nurani. Hati nurani masih perlu ada bimbingan dari kesadaran, karena hati nurani punya kemampuan terbatas sedangkan kesadaran bisa berkembang dari kesadaran fisik (panca indra), kesadaran luhur sampai kesadaran roh.
Otak belahan kiri mempunyai kemampuan dan kekuatan yang luar biasa. Hampir semua perubahan yang tampak di permukaan bumi merupakan hasil kerja otak belahan kiri. Dengan disiplin latihan tertentu bisa mempengaruhi suatu benda atau pikiran orang lain untuk menuruti kemauannya. Seperti perilaku seorang di luar kesadarannya akibat terkena pengaruh hipnotis, untuk tujuan penyembuhan juga ada yang disebut hipnoterapi.
Sayang sekali pengaruh dari hati nurani kerap kali kewalahan dalam menghadapi kegiatan otak sebelah kiri sebab kemampuannya sulit untuk dikembangkan. Belum ada metode untuk mengembangkan kemampuan hati nurani. Lain halnya dengan kesadaran. Latihan bagi pembangkitan dan peningkatannya sudah tersedia.
Misalnya literatur tentang pembangkitan kundalini, tentang yoga, ataupun tentang meditasi. Tinggal pilih saja mana yang cocok yang meskipun tanpa pembimbing tidak dikhawatirkan berakibat fatal. Adanya pembimbing yang mampu akan lebih baik lagi. Kalau untuk mendapatkan pembimbing yang mampu Anda menemui banyak kendala atau kesulitan, Anda bisa menelaah artikel-artikel tentang kesadaran yang akan diuraikan barangkali Anda bisa menemukan solusinya.
Readmore → Perlunya Peningkatan Kesadaran

Spiritualitas Menyikapi Emosi : Semakin Lama Ujian Semakin Berat

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai keadaan-keadaan yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, dimana sebagian besar pertanyaan-pertanyaan yang ada berlalu begitu saja tanpa mengerti jawabannya, misalnya yang terjadi dalam suatu keluarga dengan beberapa orang anak. Yang penurut, sekolahnya pintar, tidak banyak tingkah, setelah dewasa kehidupannya biasa-biasa saja. Sebaliknya anak yang mbadung (nakal), sekolah sering bolos, sering nunggak SPP, kehidupannya setelah dewasa justru lebih membuat anak yang lain merasa iri. Hampir semua yang ditanganinya mendatangkan hasil. Semakin lama usahanya semakin berkembang sehingga bisa menangani beberapa macam usaha. Kalau dipikir secara logika keadaan seperti itu jelas tidak masuk
Lain masalah lagi para punggawa yang suka menyalahgunakan kewenangan dan dana yang ada kehidupannya bisa bergelimang uang dan berkecimpung dalam kemewahan. Tamu-tamunya penggede-penggede setempat dan banyak yang dari luar daerah. Mengakibatkan para tetangga merasa minder dan tidak ada yang berani usil atau macam-macam. Kedongkolan maupun kecurigaan para tetangga disimpannya secara rapi untuk menghindari risiko tinggi, sehingga lama kelamaan sikapnya menjadi masa bodoh. Demi keselamatan dirinya dan juga keluarganya.
Yang sering terlintas dalam pikirannya pertanyaan-pertanyaan mengapa keadaan bisa menjadi begitu terjungkir balik di mana sering terjadi siapa yang berbuat baik dan bertujuan baik justru mengalami keadaan yang menyedihkan. Dengan keadaan yang demikian bisa-bisa masyarakat terkena wabah penyakit masa bodoh.
Untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu adanya persyaratan-persyaratan yang dipenuhi. Sebab hal itu menyangkut masalah-masalah di luar kesadaran fisik termasuk pengertian adanya hukum-hukum alam seperti yang telah disinggung pada bab yang lalu. Dalam hal ini menyangkut hukum alam seperti yang telah disinggung pada bab yang lalu. Dalam hal ini menyangkut hukum alam tentang adanya hukum ulangan hidup yang terdapat pada agama-agama besar maupun kepercayaan-kepercayaan, HPK, aliran-aliran, atau faham yang berlandaskan kepada pengertian adanya Sang Pencipta dan Pengatur terhadap alam semesta. Meskipun sering dengan cara yang tersamar misalnya dalam agama Kristiani dengan ungkapan: Hendaklah kamu berusaha menjadi sempurna seperti Bapamu yang ada di sorga sempurna adanya. Sempurna karena sudah tidak memiliki sifat-sifat yang tercela, seperti pelit, serakah, kejam, sombong, iri, dengki, takabur, gila hormat, ingin menang sendiri, benar sendiri, tidak tahu malu, tidak punya harga diri dan lain-lain ssifat tidak terpuji lainnya Seperti yang dimiliki manusia. Untuk menghilangkan salah satu sifat buruk tersebut tidak cukup hanya sekali hidup. Belum sifat-sifat yang lain, sehingga karena begitu tersamarnya dalam mengungkapkannya ditambah rasa khawatir pamor agamanya jadi agak buram karena ajaran tersebut ada pada agama terdahulu yaitu Buddha dan Hindu maka sebagian besar umatnya tidak memahami adanya hukum tersebut, kecuali pada penganut Gereja Katholik Bebas.
Demikian juga yang terjadi pada agama Islam. Hukum ulangan hidup yang tercantum dalam Surat Al-Baqarah ayat 28 yang berlafadz : Kaifa takfuruna billah wa kuntum amwatan fa ahyakum, tsuma yuhyikum tsuma yuhyikum tsuma ilaihi turja'un yang artinya wallahu a'lam bisawab : Mengapa kamu ingkar kepada Allah. Padahal dulunya kamu mati kemudian hidupkan-Nya, kemudian dimatikan-Nya lagi dan kepada-Nyalah engkau akan kembali.
Ayat tersebut sebagian besar difahami kelompok sufi. Para kadang penganut Kejawen juga memahami adanya hukum ulangan hidup dengan istilah hukum tumimbal lahir. Hanya saja untuk mengerem agar seseorang tidak melakukan kejahatan-kejahatan, besok kalau sudah meninggal dan dilahirkan kembali bisa sebagai hewan bahkan tumbuh-tumbuhan. Maklum para kadang belum memahami hukum evolusi, dimana hukum tersebut tidak menyatakan bahwa evolusi dari semua ujud tidak mengenal adanya penurunan kualitas terhadap tingkatan yang sudah dicapai oleh suatu ujud. Sebab pengalaman-pengalaman hidup berikutnya tidak akan muat diwadahi oleh ujud sebelumnya. Umpamanya pengalaman sesudah menjadi hewan tidak bisa diwadahi oleh tetumbuhan. Pengalaman sebagai manusia tidak akan muat diwadahi oleh hewan, apalagi oleh tetumbuhan. Istilah evolusi sendiri berarti pertumbuhan secara berangsur-angsur untuk menuju perbaikan atau kesempurnaan.
Tetapi terlepas dari pemahaman yang berbeda terhadap berlakunya hukum tersebut yang jelas bisa membuat seseorang berhati-hati sekali dalam menapaki hidup ini karena bagi insan-insan spiritual masa lalunya sebagai apa. Dari lumut-lumutan, rumput-rumputan, padi-padian, tetumbuhan monokotil menjadi dikotil, tumbuhan pemakan serangga, hewan sederhana, hewan cerdas sampai menjadi manusia.
Keberadaannya sudah tidak mau lagi merugikan, menyakiti apa lagi membantai terhadap makhluk-makhluk lain apalagi terhadap sesama manusia. Sebab sudah memahami betul bahwa kesemuanya sedang dibimbing untuk menuju kesempurnaan. Dengan menyakiti menyebabkan penderitaan atau merenggut nyawanya berarti mengganggu proses penyempurnaannya yang dilakukan justru penebaran rasa kasih yang bisa menimbulkan rasa damai dan bisa meningkatkan kesadaran dengan waktu yang relatif singkat. Rasa kasih yang dilancarkan melalui pikiran, perasaan, ucapan, maupun gerakan seperti belaian bisa mempercepat kesadaran pada sasarannya. Seperti hewan piaraan menjadi lebih cerdas dan bisa mempunyai rasa rindu pada yang mengasihinya. Seperti pada anjing piaraan kalau yang mengasihi tidak ada tingkahnya jadi tampak kebingungan. Bahkan ada yang tidak mau makan berhari-hari. Lebih banyak tiduran tetapi matanya kelap-kelip dengan sinar yang sayu, tanpa gairah atau semangat, mencerminkan kehampaan.
Pada waktu yang mengasihi pulang tingkahnya melebihi seseorang yang melepas kerinduan. Menggonggong dengan suara lembut disertai rintihan-rintihan serta cakaran-cakaran mesra, disertai sinar mata yang cemerlang. Dan akan mengikuti kemana saja majikannya pergi.
Demikian juga hewan piaraan lain seperti kuda, kucing dan lain-lain, bisa punya rasa rindu rasa aman damai kalau berdekatan dengan yang mengasihinya. Jadi pancaran rasa kasih terhadap hewan bisa meningkatkan kualitas perasaan para satwa. Apalagi terhadap sesama manusia, sehingga dalam masalah kekeluargaan bisa terjadi seorang anak lengket kepada ibunya, ayahnya atau saudara yang bukan sekandung. Bahkan ada yang lebih lengket terhadap oomnya atau pakdhe-nya ketimbang pada kedua orang tuanya, misalnya melakukan curhat meminta petunjuk untuk mengatasi masalah pribadinya termasuk masalah cinta monyet.
Bisa terjadi begitu karena kedua orang tuanya terlalu sibuk dengan bisnisnya atau terlalu sibuk dengan karirnya, sehingga jarang sekali menanggapi masalah-masalah yang menimpa putra-putrinya secara serius. Sikap hambar yang demikian bisa menyebabkan putra-putrinya mencari pelarian. Bila masalah demikian terus berlanjut maka pada masa dewasa dari anak-anak akan terjadi kecanggungan hubungan, mengakibatkan banyak masalah-masalah keluarga terbengkalai karena sulitnya untuk mengadakan musyawarah akibat komunikasi yang macet. Dan yang bisa melumerkannya adalah rasa kasih, yang keberadaannya bisa mekar bersinar dengan tidak terlalu mementingkan diri sendiri, bahkan perlu banyak berkorban, berupa waktu, energi, dana dan perasaan.
Untuk berkorban waktu, dana dan tenaga bisa dilakukan oleh hampir setiap orang. Tetapi tidak sembarang orang bisa berkorban perasaan. Selama seseorang masih dikuasai rasa keakuannya yang masih kuat. Tidak mau mengalah untuk mencairkan ketidakharmonisan. Atau untuk membuat keadaan lebih baik. Sudah terlanjur menghargai dirinya terlalu tinggi sehingga tidak mau menerima konsep dari luar dirinya, yang dianggap mendikte atau meremehkannya. Semboyannya yang dipegang kuat adalah : Saya kok dilawan. Suatu semboyan yang sangat gersang dari rasa kepedulian apalagi rasa kasih. Karena dalam mewujudkan rasa kasih perlu kesiapannya untuk berkorban apa saja dan kesiapannya untuk menerima cemoohan bahkan hinaan dari pihak-pihak yang merasa dirugikan. Padahal keluar dari niat yang tulus bisa dikatakan cari mukalah sok dermawan, yang sebenarnya merupakan pencerminan kekuatiran dari si penceramah harga dirinya merosot karena nampak belangnya sebagai sosok yang tidak pernah mau berkorban apapun bagi mereka yang sangat membutuhkan.
Bagi insan-insan yang sudah bisa merasakan kepuasan atau kebahagiaan tersendiri setiap kali mempraktekkan rasa kasihnya karena dengan melakukan hal tersebut keberadaannya punya manfaat bagi sesama makhluk sehingga hidupnya punya makna dan yang tidak disadarinya telah menjadi saluran berkah, dengan demikian dirinya juga telah bisa mengembangkan salah satu sifat dari Yang Maha Pencipta.
Masih banyak lagi sifat-sifat yang harus dikembangkan, seperti kesabaran, keikhlasan, kebijaksanaan, dan lain-lain sifat-sifat yang tak tercela. Di samping berusaha membersihkan pikiran-pikiran buruk yang akan merugikan diri sendiri dan pada yang lain.
Merugikan diri sendiri karena pikiran-pikiran buruk akan menarik getaran-getaran buruk sehingga akan mengundang keadaan-keadaan buruk seperti penyakit, kecelakaan maupun musibah yang sering terjadi untuk mendidik manusia agar tidak selalu berbuat buruk karena bisa berakibat mendatangkan keadaan buruk bagi dirinya maupun lingkungannya. Sebab getarannya bisa membekas dalam waktu yang lama.
Cobaan atau ujian pada hampir setiap keadaan atau aktivitas tidak perlu disesali apalagi disumpahi. Sebaliknya bahkan untuk disyukuri karena hal tersebut menandakan bahwa dirinya sudah punya banyak kemajuan sehingga perlu pendidikan yang lebih intensif lagi. Agar semakin kuat menghadapi kesulitan dan lebih trampil dalam mengatasinya. Kondisi yang masih lemah dengan percobaan-percobaan yang berat akan menjadikan putus asa. Tetapi bagi yang sudah kuat akan menjadikannya semakin membaja. Inisiatif dan kreatifnya dalam setiap mengatasi ujian berupa kesulitan-kesulitan semakin bervariasi dan tepat sasaran sehingga tidak banyak energi yang terbuang sia-sia. Dan yang lebih menggembirakan banyak sekali datang petunjuk-petunjuk bagaimana mengatasi suatu masalah. Dan yang lebih aneh lagi setiap akan melakukan suatu aktivitas seolah-olah semua keperluannya sudah tersedia. Tinggal kejelian yang bersangkutan mau pilih mana yang cocok. Mungkin hal tersebut yang dimaksud dengan ungkapan bahwa mereka yang sudah berada pada jalan pintasan akan mendapatkan daya-daya yang luar biasa.
Dengan menyadari bahwa ujian-ujian ataupun cobaan-cobaan adalah merupakan cara-cara dalam mendidik makhlukNya agar menjadi kader-kader untuk membantu maha karya-Nya yang semakin lama semakin kompleks dengan jumlah yang semakin lama semakin bertambah maka diperlukan pembantu-pembantu yang berkualitas, yang perlu mendapat gemblengan-gemblengan untuk menjadi pembantu yang punya dedikasi tinggi dan militan, punya rasa kasih yang kuat, penyabar, trampil, semangat berkobar, luwes dalam membawakan prinsip dan watak-watak terpuji lainnya. Dengan ujian dan cobaan yang bermacam-macam maka mau tak mau harus berusaha untuk mengatasinya. Usaha tersebut akan memaksa untuk menggunakan potensi dirinya yang berasal dari Sang Maha Pencipta. Karena itu seseorang yang berulang-ulang melakukan suatu pekerjaan semakin lama menjadi semakin ahli.
Bagi yang memahami rumusan tersebut biasanya kehidupannya tidak terlalu menderita. Karena mengetahui kemampuannya yang menonjol di bidang apa tinggal memupuk saja agar bisa tumbuh subur. Setiap individu punya bakat masing-masing agar terjadi saling dukung dan saling melengkapi hidup ini. Yang perlu dikembangkan tentu saja potensi-potensi yang bermanfaat untuk diri sendiri dan bermanfaat bagi sesama hidup, bahkan sesama makhluk. Dengan demikian berarti telah ikut berpartisipasi terhadap lebih lancar proses evolusi.
Pemahaman terhadap tujuan dari adanya ujian-ujian maupun cobaan-cobaan yang kesemuanya untuk mengkualitaskan mutu hidup seseorang akan bisa membuat dirinya menyadari bahwa kesemuanya yang menimpa dirinya demi kebaikan dirinya pula. Karena penderitaan-penderitaan yang terjadi bisa juga merupakan pelunasan hutang-hutang perbuatan-perbuatan (karma) di masa lalu agar tidak mengganggu terhadap kemajuan-kemajuan berikutnya.
Beruntunglah para insan yang kesadarannya bisa mencapai tahap demikian sudah bisa menjinakkan ledakan-ledakan bom emosi yang tidak mengenal tempat, keadaan dan waktu bisa menciptakan ketegangan serta penghamburan energi. Karena semakin kuat ledakannya semakin besar energi yang dibutuhkan, sehingga tugas-tugas berikutnya tidak kebagian energi.
Readmore → Spiritualitas Menyikapi Emosi : Semakin Lama Ujian Semakin Berat

Spiritualitas Menyikapi Emosi : Perlunya Memahami Hukum-hukum Alam

Sang Maha Pencipta menciptakan alam semesta bersama makhluk yang ada di dalamnya punya tujuan untuk membimbing semua makhluk ciptaan-Nya menuju kesempurnaan, yang dilandasi sifat-sifat Maha Kasih, Maha Adil, Maha Bijaksana, dan maha sifat-sifat yang lain agar kebahagiaan nan abadi yang meliputi-Nya juga dirasakan oleh makhluk-makhluk yang lain. Dan untuk bisa melestarikan rencana tersebut perlu adanya hukum-hukum alam sebagai penopangnya.
Keberadaan hukum-hukum alam masih sangat misterius bagi sebagian penghuni planet bumi ini. Bahkan masih banyak yang menentangnya, meskipun ada fakta-fakta yang sangat nyata. Misalnya gangsingan bisa tidak roboh sewaktu dalam keadaan berputar. Benda pipih bulat yang menggelinding tidak roboh. Dari fenomena tersebut diciptakanlah kereta angin yang kemudian terkenal dengan nama sepeda. Karena dalam keadaan dikendarai ternyata tidak roboh, dicari kemungkinannya bagaimana agar gerakannya tidak dengan dikayuh menggunakan kaki. Terciptalah sepeda motor. Pencipta sepeda sendiri mungkin tidak mengetahui di balik fenomena tersebut ada hukum-hukum alam yang bekerja, bahwa gerak memutar menyerap daya dukung terhadap udara di sekitarnya. Terbukti gangsingan yang berputar ditempatkan pada suatu tempat tertutup rapat, kalau udaranya disedot keluar gangsingan tersebut akan roboh. Juga yang terjadi pada pesawat terbang mini, yang bila ditaruh dalam ruang hampa udara meskipun baling-baling berputar, pesawat tidak akan bergerak. Keadaannya seperti perahu motor yang diangkat dari air meskipun baling-balingnya berputar perahu tenang-tenang saja.
Sehingga ternyata atmosfer bumi yang nampaknya kosong sebenarnya penuh dengan keajaiban-keajaiban berupa partikel-partikel dan unsur-unsur halus yang merupakan sari pati dari semua ujud yang nampak namun masih bersifat netral dan sangat peka dalam menanggapi sifat pikiran-pikiran yang menghampirinya. Dan fenomena ini banyak dimanfaatkan oleh para praktisi ilmu mistik. Mereka memanfaatkan rumus yang menyatakan bahwa seseorang akan menjadi seperti apa yang ia selalu pikirkan, sugesti maupun otosugesti bersumber pada rumus tersebut.
Hanya sayangnya sebagian praktisi tersebut lupa bahwa di samping adanya fenomena-fenomena alam masih ada hukum-hukum alam yang perlu diketahui dan juga untuk dipatuhi.
Bagi praktisi-praktisi mistik yang mengetahui hukum-hukum alam tersebut yang merupakan salah satu sarana untuk mendorong agar semua makhluk baik yang tampak maupun yang tidak tampak senantiasa berubah menuju kesempurnaan tidak akan menggunakan ilmunya untuk tujuan-tujuan yang hanya mementingkan dirinya dengan merugikan bahkan mencelakakan sesama hidup.
Kerap kali terjadi praktisi ilmu mistik yang masih terlalu mementingkan keduniawian mau melakukan perintah-perintah dari seseorang yang tidak mampu melakukan persaingan sehat dengan honor setumpuk kertas berharga mau mencelakakan fungsionaris dan aktivis dari pesaingnya, berupa kekacauan dalam keluarganya, membikin ulah di luar kesadarannya yang menyebabkan pudar pamornya, membuatnya menjadi sakit yang sulit disembuhkan baik secara medis maupun non medis dengan tujuan agar perusahaan atau perkumpulan pesaingnya tidak bisa aktif sepenuhnya. Karena banyak fungsionaris maupun para aktivisnya mengalami gangguan fisik maupun mental oleh perasaan was-was terhadap akibat gangguan di luar dugaannya yang kesemuanya ini memang sengaja dibuat oleh pesaing-pesaing yang tidak sportif.
Sehingga kalau ada pihak-pihak yang alergi atau skeptis bahkan mencemooh praktek-praktek pada ranah mistik mereka tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Hanya saja tentu saja ada perkecualiannya meskipun sangat jarang terjadi. Maklum tahap evolusi kesadaran sebagian besar penduduk bumi ini masih berkutat pada kesadaran fisik, masih menggemari sentuhan-sentuhan getaran kasar yang memberikan kenikmatan-kenikmatan sementara pada panca indra. Para perintangnya akan dimusuhi habis-habisan baik secara kasar maupun secara halus. Tidak peduli apa yang dilakukan bisa membuat dirinya babak belur karena tidak mengindahkan rambu-rambu hidup yaitu hukum-hukum alam. Selama masih belum beranjak dari kesadaran fisik, rambu-rambu hidup masih merupakan hal yang gelap gulita. Bahkan menentangnya. Terbukti masih banyaknya penentang terhadap perubahan-perubahan secara berangsur-angsur dari setiap makhluk pada ujud maupun kesadarannya. Hanya saja memang untuk berubah menjadi sempurna dari setiap makhluk dibutuhkan waktu yang relatif lama bisa membutuhkan waktu sampai ratusan bahkan ribuan tahun.
Di antara hukum alam yang ada hukum kasihlah yang paling mampu mengubah dengan cepat suatu keadaan atau suatu makhluk menjadi lebih baik.
Suatu contoh keadaan yang selalu mencekam pada suatu daerah yang sering terjadi tawuran atau bentrok antara dua kelompok yang selalu berseteru akan pulih normal kalau para guru dari siswa yang punya hobi tawuran bisa dikumpulkan juga para pemuka dari para warga yang gemar bentrok dan mendapat pengarahan dengan tema penumbuhan saling pengertian yang dilandasi rasa kasih bahwa kita beruntung bisa punya teman atau tetangga, tidak hidup sendirian sehingga kebutuhan-kebutuhan kita yang tidak bisa kita buat atau masalah-masalah lain yang perlu mendapat pertolongan, bisa teratasi, kehidupan menjadi terasa ringan, untuk itu perlu terpeliharanya kerukunan, perdamaian, saling hormat, karena satu sama lain saling membutuhkan, tidak saling merugikan apalagi saling bermusuhan. Yang hal ini sebenarnya perlu diajarkan pada usia dini pada pelajaran budi pekerti sebagai lahan untuk pendidikan moral, cinta sesama, cinta tanah air, cinta pada tetangga, masyarakat, bangsa dan negara, yang hal ini nyaris hanya tinggal kenangan belaka.
Hanya rasa kasihlah yang akan bisa menolong keadaan tersebut. Karena rasa kasih akan melahirkan hasrat-hasrat luhur keadilan, kepedulian, tidak ingin merugikan sesama hidup apalagi sebagai penyebab penderitaan terhadap sesama makhluk. Karena merasa bahwa kehadirannya sebagai makhluk yang paling sempurna untuk ikut menyempurnakan makhluk lain agar juga menjadi lebih sempurna.
Dengan menumbuhkan rasa kasih yang berada dalam diri seseorang dia akan mempunyai kemampuan untuk meredam emosinya. Karena emosi akan menimbulkan tindakan-tindakan di luar kontrol yang akan merugikan, bahkan menyakitkan penderitaan pada sasaran lahir maupun batin, yang hal ini sangat bertentangan dengan rasa kasih yang sudah dikembangkannya apalagi bisa bersifat universal.
Orang yang paling berbahagia dalam hidupnya adalah orang yang mampu mengembangkan rasa kasihnya. Karena jikalau mereka yang dikasihi dalam keadaan berbahagia dia juga ikut berbahagia. Dan dia akan selalu berusaha agar keadaan selalu aman damai tentram yang bisa menyebabkan adanya kebahagiaan bahkan keindahan. Insan-insan yang demikian sulit melontarkan kemarahan sehingga batinnya bersih dari ketegangan dan ganjalan, dan akan memancarkan aura simpatik.
Memang untuk bisa memahami adanya hukum-hukum alam merupakan hal yang sangat sulit selama kesadaran dengan getaran-getaran yang masih kasar, yang selalu mencari kepuasan-kepuasan materi duniawi, sehingga tidak mau berusaha untuk memahami hal-hal yang lebih halus, karena tidak bisa menghasilkan kepuasan indriawi.
Salah satu cara yang termudah untuk bisa memahami adanya hukum-hukum alam, seseorang perlu untuk memikirkan adanya gejala-gejala pada materi, bahwa semuanya mempunyai tahapan-tahapan pada keberadaannya: lahir - berkembang - mencapai puncak kemudian surut kemudian berakhir riwayatnya. Bagi manusia yang dikenang hanya perbuatannya selama hidup. Sebagai saluran berkah atau menjadi sumber penderitaan atau malapetaka dan sumber konflik bagi para kerabat yang ditinggalkan, sehingga jerih payah selama berusaha mengumpulkan harta yang sebagian besar dilakukan dengan kekerasan, keserakahan, kejahatan bahkan dengan kekejaman karena terdorong untuk melampiaskan nafsu-nafsu rendah tidak punya manfaat sama sekali bahkan hanya menambah tumpukan dosa. Karena jalan yang ditempuh kerap kali selain dengan cara-cara di atas juga dengan akal bulus menipu atau memperdaya dan lain-lain cara tidak terpuji yang berakibat merugikan para korban perilakunya.
Sedangkan kebiasaan mengumbar nafsu rendah untuk mendapatkan kepuasan-kepuasan perasaan tersebut akan ikut bersama jiwanya sewaktu meninggalkan dunia. Dan pada alam seberang kematian keaktifan perasaan tersebut meningkat berkali-kali dibanding keaktifannya sewaktu di alam dunia karena tidak ada zat fisik yang menghalanginya. Sedangkan sebagai sarana untuk melampiaskan serta obyek sebagai sasarannya sudah tidak ada. Hal tersebut merupakan suatu siksaan berat. Masalah ini bisa diketahui oleh beliau-beliau yang berbakat karena sudah mengalami ulangan hidup ratusan kali. Ada yang sampai tujuh ratus tujuh puluh kali ada yang sampai lima ratus lima puluh kali sehingga tafakur atau meditasinya mencapai tahap kesadaran roh. Seperti yang bisa dicapai Jalaluddin Rumi, Sidharta Gautama dan para pendiri Perhimpunan Theosofie.
Hanya sayangnya beliau-beliau ini karena yang diketahui masalah-masalah yang sangat tinggi maka yang diajarkan juga pelajaran-pelajaran yang sangat tinggi yang perlu penguraian mendetail oleh para siswa atau pembantu-pembantunya. Kalau beliau-beliau ini harus menguraikan detailnya seluruh hidupnya tidak akan cukup untuk melaksanakannya.
Bagi pengurai-pengurai ajaran yang punya ambisi rendah artinya bukan untuk berusaha mengkualitaskan pengikut tetapi untuk mencari banyak pengikut maka banyak ajaran yang dipelintir yang dapat menarik sebanyak-banyaknya pengikut meskipun melalui pembodohan yang sangat menyesatkan. Terutama dengan mempeti-eskan adanya hukum-hukum alam, yang dianggapnya merupakan penghalang untuk mencari dan mendapatkan kepuasan jasmaniah, sehingga sering terjadi seorang pengikut suatu kepercayaan perilakunya lebih sadis daripada seorang yang netral atau tidak pernah melakukan ritual apapun.
Proses usaha untuk mencapai kesadaran roh yang menjadikan seseorang mengetahui banyak hal ternyata waktunya tidak seragam. Penyebab yang utama mampu atau tidaknya seseorang untuk melepaskan sifat mementingkan diri sendiri. Seperti Sang Siddhartha Gautama waktu pencapaiannya relatif lebih pendek karena beliau mampu mengembangkan rasa kasihnya yang universal sehingga sudah tidak mau lagi menyakiti apalagi membunuh makhluk lain. Pencetus dari amalan yang terkenal "Semoga semua makhluk berbahagia", dan cara hidup vegetarian yang kumandangnya mencapai berbagai pelosok dunia. Dan getaran-getaran luhurnya bisa sampai kepada para penguasa agung para guru suci maupun roh suci di alam yang lebih luhur dan akan memantulkannya kembali ke dunia berupa berkah yang bisa mempercepat proses evolusi, termasuk bagi para penentangnya.
Dengan memahami hukum-hukum alam seseorang akan selalu berhati-hati dalam setiap tindakannya, sebab semua perbuatan akan berakibat dalam waktu dekat atau waktu yang lama.
Hubungannya dengan masalah emosi juga tidak akan terjadi ledakan-ledakan yang keras, karena kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh seseorang akibat dari masa evolusinya masih belum cukup lama. Bahkan merasa beruntung karena dirinya sudah melalui tahap yang demikian.
Dan juga selalu optimis karena semuanya akan menuju keadaan yang lebih baik. Meskipun semua perbuatan akan berakibat tetapi akibat yang berupa penderitaan tidak akan diberikan sampai di luar daya tampung.
Keuntungan yang lain bisa memanfaatkan hidup ini untuk melunasi hutang-hutang di masa lalu sehingga proses evolusinya bisa lebih dipercepat. Karena di samping melunasi hutang-hutang juga memanfaatkan hidup ini untuk menabur benih-benih kebajikan. Karena hidup ini merupakan saat-saat memetik benih-benih yang ditabur di masa lalu.
Readmore → Spiritualitas Menyikapi Emosi : Perlunya Memahami Hukum-hukum Alam

Spiritualitas Menyikapi Emosi : Berpikir Positif

Sering kita melihat muka seseorang yang tegang masam bersungut-sungut dalam menghadapi atau menyelesaikan masalah. Bahkan marah-marah atau mengamuk, memukul meja dengan kedua belah tangan. Hal ini kerap terjadi pada suatu perdebatan yang dilandasi perbedaan pendapat yang semakin lama semakin sengit yang puncaknya kedua kubu emosinya tak bisa diredam akhirnya terjadi adu fisik. Yang nyalinya menciut memilih ngacir dengan istilah keren melakukan walk out.
Yang menyedihkan pagi-pagi sudah terjadi percekcokan suami istri dan saling tarik rambut dan pecahnya gelas sama piring mengakibatkan putusnya ikatan dan hilangnya minuman serta sarapan.
Sebenarnya hal-hal semacam itu tidak usah terjadi. Karena hanya akan merugikan kedua belah pihak. Peristiwa semacam itu akan melukai hati keduanya kalau tidak mengetahui solusinya. Keharmonisan yang semula menghiasi hubungan kedua belah pihak bisa menguap karena panas dari emosi yang membara. Kadang-kadang sampai berhari-hari rumah sunyi dari tegur sapa apalagi canda ria. Meskipun tanpa kesepakatan keduanya melakukan tidur terpisah. Kalau tidak ada tempat lain atau takut ketahuan sedang tidak akur salah satu memilih menggelar tikar di kolong.
Keadaan demikian pasti sangat menegangkan dan mengganggu konsentrasi dalam melakukan kegiatan apapun, mengakibatkan banyak mengalami kesalahan-kesalahan pada tugas-tugasnya.
Bagi mereka yang punya jabatan sebagai kepala bagian pada suatu instansi atau perusahaan akan sering mendamprat bawahannya meskipun hanya kesalahan-kesalahan kecil ataupun tidak disengaja, mengakibatkan ketegangan menular merambah pada wilayah yang lebih luas, bisa mengganggu efektivitas pada pelaksanaan tugas-tugas yang ada dan berakibat timbulnya kerugian-kerugian. Dan banyak lagi masalah-masalah yang menimbulkan kekacauan kegelisahan bahkan kekhawatiran menjadi sasaran dari seseorang yang sedang dilanda emosi, apalagi kalau dari orang yang punya jabatan, sebagai penentu. Bisa-bisa mendapat hadiah PHK.
Selalu kontrol terhadap apa yang akan dilakukan merupakan salah satu sisi dari cara berpikir positif. Artinya sebelum melakukan suatu tindakan diteliti dulu akibat dari tindakannya. Akan menguntungkan atau merugikan bagi diri sendiri juga terhadap yang lain apa tidak. Kalau hal demikian dilatih terus sehingga menjadi kebiasaan, meskipun terjadi luapan perasaan yang berlebihan tetap saja bisa mengendalikan diri agar tidak melakukan tindakan-tindakan yang gegabah. Misalnya dengan bertanya dalam hati, mengapa seseorang bisa berbuat begitu menjengkelkan. Apa yang menyebabkannya. Tingkahnya dilakukan dengan penuh kesadaran atau hanya iseng belaka. Kalau diambil tindakan apa untungnya, kalau tidak usah diambil tindakan apa ruginya?
Dengan pertanyaan-pertanyaan semacam itu akhirnya emosi yang sebenarnya akan meledak menjadi terlupakan. Bahkan jika bisa diketahui penyebab tingkahnya tersebut karena sedang dihimpit kesulitan-kesulitan sehingga sebagai pelarian melakukan tingkah-tingkah yang mengundang emosi, yang mau emosi bisa berubah menjadi rasa kasihan.
Kejujuran juga pegang peranan dalam meredam emosi. Apalagi jika ditopang dengan keadilan. Kebanyakan yang terjadi seseorang melakukan tingkah-tingkah yang sangat mengganggu suasana menjadi tegang merusak ketentraman dan kenyamanan dengan suara-suara hingar-bingar yang menyebabkan sulit untuk bisa tidur nyenyak tidak merasa bahwa yang dilakukan mengganggu ketentraman.
Sebaliknya hanya mendengar suara anak-anak berlatih main musik padahal tidak dengan pengeras suara dan dalam waktu pada batas kewajaran, mencak-mencaknya melebihi orang yang celananya dimasuki kelabang. Jadi penyakit ingin menang sendiri juga termasuk biang kerok timbulnya emosi.
Dengan perasaan ingin menang sendiri dan benar sendiri seseorang akan sering kali merugikan hak asasi pihak lain. Sebab yang dicari melulu kepuasan lahir belaka. Kepekaannya sangat minim sehingga kepeduliannya terhadap penderitaan pihak lain atas tindakan-tindakannya yang hanya mengejar-ngejar kepuasannya sendiri juga sangat terbatas.
Negara-negara faham aliran maupun kepercayaan yang pengikutnya membanggakan kedua perasaan tersebut kehadirannya akan hanya menebar malapetaka belaka, suka menyepelekan, mencela bahkan menghina sesamanya, tidak mau disaingi apalagi diungguli.
Kepada para pesaingnya yang punya potensi di segala bidang misalnya letaknya yang lebih strategis, punya musim yang bisa untuk beraktivitas normal sepanjang tahun, kekayaan alam yang melimpah, SDM yang relatif murah, mempunyai banyak keindahan dan keunikan. Negara-negara semacam itu akan dianggap sebagai pesaing, sehingga perlu sekali diciptakan kekacauan, tragedi-tragedi agar rakyat maupun para pejabat yang ada dan kebanyakan dipilih yang imannya lemah untuk mengganti yang tegar dan mementingkan rakyat menyebabkan terbengkalainya kemampuan untuk mengelola keadaan alam yang semula mirip surga berubah jadi mirip neraka. Bagi yang emosi maupun frustasi dalam menyikapi keadaan tersebut banyak yang membuat geng-geng untuk melampiaskan kemendongkolannya. Memberi bumbu pada keadaan yang tidak nyaman menjadi lebih tidak sedap.
Aksi mereka dalam melampiaskan dendamnya kepada keadaan yang dirasa sangat menyebalkan kerapkali sudah melewati batas kewajaran. Dengan pemukulan-pemukulan menggunakan tangan setiap melakukan pengeroyokan, pertarungan tangan-tangan mereka merasa sakit mereka ganti dengan alat-alat tajam yang betul-betul tajam, sehingga korban-korban aksi mereka banyak yang tidak tertolong.
Ulah para anggota geng-geng ini memang sengaja untuk memancing kemarahan umum. Dan yang berani menghalangi akan menjadi sasaran amukan mereka.
Gambaran di atas merupakan pencerminan tindakan-tindakan akibat dari cara berpikir yang kurang positif. Kemarahan mereka kepada keadaan memang termasuk masih manusiawi. Yang disayangkan bentuk-bentuk pelampiasannya yang sering mengundang antipati.
Memang banyak dari anggota geng-geng tersebut merupakan kawula muda yang potensial, cerdas, jenius, trampil, punya cita-cita tinggi. Hanya karena tidak punya saku yang tidak rata impiannya banyak yang tergugah oleh kenyataan. Banyak di antara teman-teman seangkatannya yang jelas-jelas punya aikyu (IQ) jongkok bahkan disertai membungkuk-bungkuk kok bisa menduduki kursi jabatan empuk, ada yang bisa meneruskan kuliah pada perguruan tinggi yang termasuk lux. Ada yang bisa meneruskan kuliah ke luar negeri. Ada lagi yang bisa mempersunting gadis idamannya dan menempati hunian mewah.
Kekecewaan-kekecewaan demikian bukan saja dialami oleh rakyat negara-negara miskin atau negara-negara bekas jajahan, tetapi hampir dirasakan oleh sebagian besar rakyat di seluruh dunia, selama penguasa-penguasa yang ada kesadarannya masih berkutat pada kesadaran fisik. Ciri-cirinya selalu menempatkan materi di atas segalanya. Karena materilah yang bisa memuaskan nafsu-nafsu indrianya. Masalah-masalah lain seperti rasa kasih, moral, kepedulian terhadap sesama manusia apalagi sesama makhluk sangat terbatas, bahkan dianggap tidak bermanfaat, yang hal ini merupakan ciri-ciri dari kurang mampunya untuk bisa berpikir positif.
Bagi penguasa, yang mampu berpikir positif pasti akan selalu merasa bersyukur bahwa dirinya bisa mendapat kekuasaan, karena pilihan atau keturunan sehingga tidak harus mengecewakan rakyatnya apalagi menjadi penyebab sebagian besar rakyatnya menderita kemudian sebagian besar rakyatnya terutama para kawula mudanya membuat ulah maupun kebrutalan-kebrutalan sebagai pelampiasan rasa kekecewaan mereka. Sebaliknya tindakan-tindakan brutal yang dilakukan juga tidak dapat ditolerir, karena tidak menyelesaikan masalah. Yang perlu dilakukan adalah mensyukuri hidup ini dengan menebar benih-benih kebajikan kapanpun dan dimanapun sehingga hidup kita punya manfaat bagi diri sendiri dan terhadap makhluk lain. Sebagai perwujudan rasa terima kasih kepada Sang Maha Pencipta bahwa kita termasuk makhluk yang beruntung mendapat anugerah berupa tingkatan perkembangan sebagai makhluk berjasad yang paling sempurna, yang mampu secara sadar untuk mengembangkan potensi dari Sang Maha Kuasa yang berada dalam diri kita.
Merasa bersyukur dan tahu berterima kasih atas kebaikan-kebaikan terhadap diri kita merupakan salah satu ciri dari berpikir positif, sehingga seseorang yang bisa mengingat jasa-jasa di lingkungan keluarga, pada saudara-saudara, kebaikan para tetangga dan pada lingkungan yang lebih luas akan berkali-kali berpikir sebelum melakukan tindakan yang emosional. Apalagi kebaikan atau jasa-jasa tersebut menyangkut keberhasilan usahanya, karir, maupun bantuan-bantuan yang bisa melangsungkan kehidupan rumah tangganya.
Ciri lain dari seseorang yang berpikir positif selalu memandang segi baiknya terhadap sesuatu masalah, sehingga selalu terbebas dari ganjalan-ganjalan pada perasaannya, termasuk pada hal-hal yang menyakitkan atau merugikan. Sebab berpendapat bahwa semuanya punya manfaat. Untuk mendidiknya agar tidak gampang marah, dan untuk memperbesar rasa keikhlasan. Bilamana kesadaran sudah sampai pada tingkatan demikian, seseorang dijauhi oleh luapan perasaan atau emosi. Sebab dalam berada dalam diri yang tingkat kesadarannya sampai tahap tersebut emosi selalu nganggur, tidak pernah tampil untuk mengobrak-abrik suasana damai tentram.
Dan yang paling cepat untuk membikin emosi tidak mau tinggal adalah perasaan bahwa di dalam setiap ujud bersemayam hidup dari yang Maha Bijaksana, sehingga semua tindakan kurang baik terhadap suatu ujud akan berurusan dengan yang empunya hidup dalam ujud tersebut. Pada suatu saat akan menghasilkan akibat, sebagai penyeimbang. Tindakan buruk terhadap suatu ujud akan mengganggu perkembangan ujud tersebut. Karena Yang Maha Tahu mendidik dan membimbing suatu ujud melalui hidup yang berada di dalamnya, meskipun terhadap hidup yang masih laten, untuk menyempurnakan bentuk dan meningkatkan kesadarannya. Tindakan buruk akan mengganggu bahkan merusak terhadap rencana kedua perkembangan tersebut.
Tindakan buruk yang bisa mengganggu perkembangan suatu ujud bukan saja yang langsung menyebabkan penderitaan atau kesakitan tetapi juga sikap tidak wajar, kebencian, prasangka buruk, menyumpahi, apalagi mengutuk, ucapan-ucapan kasar dan tindakan-tindakan lain yang memancar getaran-getaran buruk, yang menciptakan ketegangan-ketegangan dan akan mengganggu bekerjanya sistem saraf juga metabolisme menjadi tidak normal.
Banyak anak yang mbadung, "nakal", frustasi, menjadi stress karena perlakuan yang tidak wajar atau selalu diliputi ketegangan-ketegangan dalam keluarganya. Sebagai solusi paling ampuh adalah pancaran rasa kasih yang tulus dan penampilan simpatik yang wajar.
Readmore → Spiritualitas Menyikapi Emosi : Berpikir Positif

Spiritualitas Menyikapi Emosi : Hindari Perlakuan Sewenang-wenang terhadap Kaum Ibu

Pada kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi adalah para korbannya sebagian besar pada kaum ibu. Di samping fisiknya lemah, perasaannya juga lebih halus, sehingga untuk melawan kekerasan-kekerasan merasa tidak mampu dan juga tidak tega. Selalu mengingat akibat-akibat yang akan terjadi pada dirinya dan pada keluarga serta putra-putrinya. Ditambah rasa kasih dan cintanya yang mendalam terhadap sang suami sehingga mampu berkorban untuk menerima dengan tulus perlakuan-perlakuan yang tidak wajar terhadap dirinya.
Sedangkan si suami masih termakan oleh pengertian-pengertian yang mengajarkan bahwa kaum pria lebih unggul daripada kaum wanita. Dengan pengertian yang demikian maka ge'er dari kaum pria jadi membengkak, selalu ingin diistimewakan oleh kaum wanita, dalam pelayanan maupun penghormatan.
Di negara-negara dimana pengertian semacam itu ditanamkan secara mendalam kedudukan kaum wanita hanya sebagai boneka hidup saja. Apalagi sebelum dicetuskannya pengertian emansipasi bagi kaum wanita. Para penguasanya punya istri, harem, selir sampai belasan orang, dua puluh lima, bahkan ada yang sampai berjumlah empat puluh orang lebih. Tentang manajemennya? Jelas tidak ada keadilan. Sebab bagi yang paling mampu memberikan kepuasan akan paling disayang dan yang lain pasti jadi terlupakan. Malam-malamnya berlalu hanya dengan membayangkan bintang-bintang yang bertaburan di langit.
Karena sebagian besar peraturan atau undang-undang dibuat oleh kaum pria maka keberadaannya juga mewakili kepentingan si pembuat, yang dalam banyak hal merugikan kaum wanita. Banyak jabatan yang tidak boleh dijabat oleh kaum wanita. Juga banyak negara yang melarang wanita menjadi kepala negara. Juga fungsionaris-fungsionaris di bidang keagamaan jarang sekali yang dijabat kaum wanita. Mungkin ada kekhawatiran kalau-kalau peraturan yang dibuat akan lebih banyak mewakili kepentingan kaum wanita? Anda pasti akan kesulitan mencari nama seorang wanita sebagai pejabat KUA, apalagi menteri agama. Kaum wanitalah yang tahu persis bagaimana berat tugas dan tanggung jawab sebagai seorang ibu, yang memerlukan kesiapan dan kematangan pada masalah umur. Jangan sampai perkawinan sebagai perahu untuk menuju pantai bahagia menjadi karam karena dipenuhi tetesan air mata.
Bagaimana pun juga pada usia yang masih remaja putri dimana pikirannya sedang melambung tinggi mengkhayalkan masa depannya masih gemar berputar-putar di depan kaca besar dengan pakaian barunya yang akan dipakai untuk menghadiri pesta ulang tahun temannya. Dan berharap kehadirannya akan menarik perhatian para undangan baik dari cewek maupun cowok. Saat-saat demikian biasanya sangat dinanti-nantikan karena merupakan kesempatan untuk tampil di arena yang lebih luas. Di samping melatih diri agar tidak menjadi remaja yang kuper. Juga untuk menambah pengalaman dan wawasan.
Semakin luas wawasan dan pengalamannya akan semakin matang dalam menyelesaikan problem-problem yang muncul. Dengan dipaksakannya usia remaja mengemudi bahtera rumah tangga maka akan kerap terjadi salah langkah. Apalagi kalau perkawinannya termasuk kategori produktif, artinya belum satu tahun sudah punya momongan yang bisa menambah kesibukan.
Kesalahkaprahan kerap terjadi terhadap kehadiran anak yang terlalu dini. Terutama bagi bapak sang anak yang tidak menyadari bahwa kehadiran sang anak bukan kehendaknya, sehingga merasa agak terganggu dengan kehadirannya. Merasa belum siap, dan lain-lain yang semuanya merupakan kekecewaan dan akan merupakan perakitan bom waktu yang suatu saat bisa meledak. Karena sudah didasari kekecewaan maka kesalahan yang tak seberapa menjadi penyebab uring-uringan.
Tidak mau membantu untuk meringankan tugas-tugas sang istri yang kebingungan dan keteteran menyelesaikan pekerjaan sehari-hari.
Memasak, mencuci peralatan dapur, mencuci pakaian, sambil mungkin menggendong si kecil yang kadang-kadang suka rewel minta nete terus. Hidup di perantauan, penghasilan pas-pasan, merupakan pergulatan hidup yang melelahkan bidang fisik, mental, maupun perasaan bagi kaum ibu.
Di negeri yang para punggawanya rasa harga dirinya masih sangat tipis sedang rasa tidak tahu malunya terlalu tebal yang bermuara pada keserakahan di segala bidang, maka nasib kaum ibu akan selalu memprihatinkan. Keserakahan-keserakahan yang menjadi hobi para punggawa menyebabkan dana-dana untuk pembangunan sarana-sarana penyerap tenaga kerja menjadi jarahan yang menggiurkan. Misalnya pembangunan-pembangunan hanya tinggal rencana karena dana sebagai pendukung utama kebanyakan raib. Yang sempat muncul terbengkalai, yang sempat jadi kualitasnya sangat tidak layak.
Harga pekerjaan menjadi sangat mahal. Apalagi bagi para wanita, untuk kaum pria saja sangat sulit untuk mendapatkannya. Akhirnya hanya bisa menggantungkan pada suami untuk menjalani hidupnya. Dan terpaksa tidak bisa menuruti himbauan punya anak cukup dua saja. Karena dari kenyataan yang ada dua orang anak belum tentu mampu menopang hari tua orang tuanya, sehingga kerepotan dan penderitaan macam apapun rela menanggungnya dalam mengurus dan mendidik putra-putrinya.
Sedangkan sebagian para suami tidak mau tahu atas segala penderitaan istrinya di samping telah sibuk mencari nafkah juga sudah kemasukan banyak informasi yang menyatakan keunggulan kaum pria. Hampir semua kesalahan menjadi santapan para istri. Kalau ditentang ngamuk.
Seperti halnya informasi atau ungkapan yang menyatakan bahwa : Surga itu ada di bawah telapak kaki ibu. Pengertian sebenarnya bahwa siapa saja yang berlaku bakti dan hormat pada ibunya akan selalu mendapatkan keberuntungan (surga). Tetapi terjemahan tersebut telah diplintir menjadi : kaum ibu yang bisa memberi kenikmatan/kepuasan (surga). Hal ini terbukti dari sementara orang yang punya pengertian belakangan, beristri banyak untuk mendapatkan kenikmatan atau kepuasan sebanyak mungkin.
Sedangkan kalau ada seorang wanita sering gonta-ganti suami kalau ada seorang wanita punya dua suami, para pria akan mencak-mencak dan mengobral stempel kurang terpuji pada wanita tersebut.
Inilah bentuk-bentuk penindasan kaum pria pada kaum wanita dari waktu ke waktu, dari jaman ke jaman. Tidak mengingat bahwa kaum wanitalah yang membuat dunia ini menjadi tempat tinggal yang penuh simfoni dan merupakan tempat pendidikan bagi umat manusia agar mengalami kemajuan-kemajuan akhirnya mencapai kesempurnaan. Tanpa pengorbanan kaum wanita yang mau mengandung, melahirkan dan memelihara generasi penerus dunia ini hanya hutan belukar yang dihuni para satwa. Maka sudah seharusnya kaum pria mengubah pandangan terhadap kaum wanita untuk tidak memandang lebih rendah daripada kaum pria.
Kalau ada ungkapan lagi yang menyatakan bahwa isi neraka sebagian besar adalah wanita. Penyebabnya adalah kaum pria. Di dunia nyata ini penyebab penderitaan kaum wanita juga kaum pria. Karena kebanyakan rasa superiornya tidak untuk melindungi kaum wanita yang lebih tetapi justru untuk menindasnya.
Beruntunglah bagi para insan yang memahami dan meyakini adanya hukum ulangan hidup (reinkarnasi) untuk menuju kesempurnaan dalam mencermati mengapa perbandingan antara kaum pria dan kaum wanita semakin banyak wanitanya? Karena perilaku kaum pria yang merendahkan kaum wanita supaya dirasakan oleh kaum pria tersebut dalam ulangan hidup berikutnya sebagai wanita agar merasakan pedih dan pilunya mendapat perlakuan yang sewenang-wenang.
Adanya suasana damai tenteram pada suatu keluarga maka ibu dari anak-anak akan fokus dalam menjalankan tugas sehari-hari terutama dalam mengasuh dan mendidik putra-putrinya. Karena telah dilandasi perasaan aman damai tentram maka segala aktivitasnya memancar getaran yang halus lembut termasuk terhadap putra-putrinya, sehingga mereka akan tumbuh menjadi insan-insan yang menyukai keadilan, ketentraman dan kedamaian. Tidak menyukai tawuran, kekerasan apalagi kekejaman. Dan akan menjadi generasi berkualitas, yang merupakan bibit-bibit unggul. Yang perlu diingat bahwa kualitas putra-putri merupakan cermin kualitas dari kedua orang tuanya di samping cermin dari sistem pendidikan yang ada.
Dan yang jelas tindakan-tindakan emosional maupun terencana berupa kekerasan, kekasaran, keserakahan, kejahatan, kesewenang-wenangan, maupun kekejaman yang bersifat merugikan pihak lain akan menambah kepekatan getaran-getaran kasar yang sudah memenuhi bumi, sehingga tindakan-tindakan yang demikian berarti ikut andil sebagai penyebab semakin kalutnya keadaan di muka bumi ini. Dan sebagai penyebab pasti akan mendapat imbalan secukupnya, menurut kadar dan jenis tindakannya. 
Dan yang penting untuk diingat, bahwa para pembagi imbalan maupun pengawasnya tidak mau melakukan pungli apalagi menerima suap sebab beliau-beliau ini tidak buka rekening. Padahal jikalau mau buka rekening dan melakukan pungli serta menerima suap rekeningnya bisa menggendut sampai milyaran rupiah.
Maklum, rasa harga diri sudah sangat tinggi dan rasa malunya sudah sangat tipis sehingga sudah tidak mau merugikan sesama makhluk kapanpun dimanapun dalam bentuk apapun dan dengan alasan apapun.Oleh karena pentingnya kaum ibu dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya untuk generasi mendatang, maka hindari perlakuan sewenang-wenang terhadap mereka.
Emosi bisa muncul karena keinginan-keinginan yang tak terpenuhi. Sebagai solusinya selalu mensyukuri semua yang terjadi. Yang kesemuanya mempunyai sebab dan mempunyai tujuan tertentu dan merupakan pendidikan alamiah untuk lebih mendewasakan dan mengkualitaskan semua makhluk ciptaan-Nya.
Masalah yang muncul sebaiknya sebagai sarana memacu daya inisiatif maupun kreatif menjadi aktif, bukan mengakibatkan terjadinya tindakan-tindakan destruktif.
Readmore → Spiritualitas Menyikapi Emosi : Hindari Perlakuan Sewenang-wenang terhadap Kaum Ibu

Spiritualitas Menyikapi Emosi : Mengapa Bisa Timbul Emosi

Emosi merupakan luapan perasaan berlebihan akibat rangsangan dari luar, yang bisa berupa bentuk warna, suara, rasa, keadaan maupun peristiwa. Luapan perasaan yang terjadi bisa menimbulkan kegembiraan, perasaan iba, juga perasaan tidak senang.
Ketiga luapan perasaan tersebut getarannya akan semakin membesar jika disertai perasaan fanatik. Contoh yang sering terjadi kalau kesebelasan sepak bola yang jadi favoritnya menang bertanding kegembirannnya hampir seperti orang tidak waras, bersorak-sorai, ada yang menari-nari di lapangan, melempar-lempar topi atau jaket ke atas, ada yang bersuit-suit dalam mengekspresikan kegembiraannya.
Kebalikannya, kesebelasan favoritnya kalah, tingkahnya menjadi seperti orang yang sedang menahan sakit gigi. Tidak mau mendengar kata-kata bernada mengejek sekelumit pun, karena bisa menjadi bibit tawuran, antara supporter yang kalah dengan yang menang.
Yang semula lemparan topi atau jaket ke atas berubah menjadi saling lempar apa adanya termasuk tempat minum yang kosong maupun masih ada isinya. Membuat rejeki nomplok bagi para pemulung, yang berharap semoga botol yang dilempar tidak pecah.
Kejadian semacam ini akan membuat bagian keamanan yang jumlahnya tidak memadai merasa kesulitan untuk bertindak. Tembakan-tembakan peringatan juga tidak mampu mengendurkan semangat tawur yang masih membara. Sampai datangnya bantuan keamanan yang lebih banyak dengan perlengkapan gas air mata.
Yang memprihatinkan bila emosi yang ada disebabkan oleh frustasi karena harapannya tidak terwujud. Bisa mencari pelampiasan dengan pengrusakan-pengrusakan terhadap berbagai sarana di tempat pertandingan. Tindakan semacam ini jelas akan menimbulkan kerugian. Banyak lagi terjadi emosi tersebut sampai dibawa pulang, sehingga kalau ada anggota keluarga habis nonton pertandingan sepak bola perlu diperhatikan raut wajahnya. Kalau terlihat suram bagaikan langit mendung pengantar hujan, sebaiknya bersikap hati-hati, jangan sampai mendung tersebut menjadi semakin tebal dan menjadi hujan yang mengguyur siapa saja sebagai pelampiasan kekecewaan.
Kejadian-kejadian semacam itu acapkali ditayangkan pada media elektronik sehingga ulah suami yang tidak mampu menahan emosinya melakukan tindakan-tindakan yang sangat tidak diharapkan terhadap istrinya mengakibatkan sang istri harus dipapah-papah dalam perjalanan menuju kendaraan yang akan membawanya ke rumah sakit, atau wajah istrinya tidak bisa dikenali lagi karena kedua belah pipinya menjadi lebih tinggi daripada hidungnya dengan warna biru lebam. Dan lain-lain perilaku suami terhadap istri yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Sering terjadi penyebabnya sangat sepele, misalnya gerakan dari istrinya kurang cepat, sayur agak terlalu asin, lauk bukan kesukaannya, nasi terlalu keras atau terlalu lembek, tetapi karena sudah dilandasi rasa kecewa dan mendongkol yang tidak sempat meledak di luar takut reputasinya merosot, maka diledakkan di rumah meskipun penyebabnya sangat sepele. Karena dia tahu meskipun ulahnya sudah melewati batas kewajaran, tetapi tetap saja merasa keberadaannya masih dibutuhkan oleh anak istrinya.
Dia tidak berpikir bahwa istrinya punya saudara, famili, kerabat atau handai taulan yang akan menyesali terhadap tingkahnya yang akan membuat catatan tersendiri dalam sejarah hidup mereka. Kalau toh keberadaannya masih dibutuhkan hanya karena terpaksa. Karena keakraban dan kemesraan telah menguap terkena panasnya api penyesalan. Kecanggungan hubungan pun tidak bisa dihindarkan.
Dari ketiga jenis luapan perasaan tadi yaitu kegembiraan, perasaan iba, dan perasaan tidak senang, bagian kedua dan ketigalah yang perlu diwaspadai. Karena meskipun tindakan keterlaluan terhadap korban merupakan urusan rumah tangga yang tidak boleh dicampuri tetapi kalau sudah melewati ambang kewajaran tetap saja bisa menimbulkan rasa dendam pada para kerabatnya, meskipun dengan cara yang tidak menyolok tetapi sangat merugikan terhadap si pelaku. Misalnya pemblokiran dalam hal-hal tertentu, pemutusan tali silaturahmi, hubungan bisnis, pemberian dana bagi tambahan biaya sekolah anak-anak yang selalu mengalir bisa macet yang efeknya akan terasa oleh seluruh anggota keluarga.
Pada peristiwa yang ketiga berupa luapan rasa tidak senang bisa menimbulkan kemarahan, sehingga terjadi pikiran gelap beradu dengan mata gelap, yang bisa saja berakibat adu fisik. Karena meskipun di siang bolong keduanya mengalami kekecualian yaitu berada dalam keadaan serba gelap sehingga tidak bisa mengingat ruang waktu akibat dan risiko yang akan ditimbulkan pada keduanya maupun terhadap keluarga mereka.
Semuanya terjadi karena luapan perasaan mempengaruhi jantung yang menjadikannya bekerja lebih aktif dalam memompa darah. Dan yang membanjiri bagian kepala terutama otak membuat fungsi akal sehat jadi terganggu, sehingga tidak keburu mengerem tindakan-tindakan akibat luapan perasaan-luapan perasaan memerlukan energi yang besar yang didapat dengan lebih cepat melakukan penarikan dan pengeluaran napas yang bisa mempengaruhi bertambah cepatnya detak jantung. Hal ini bisa dibuktikan bila seseorang emosinya mulai meningkat lalu mengambil napas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan-lahan maka dalam waktu yang relatif singkat perasaannya akan normal kembali.
Pada artikel-artikel selanjutnya akan dijelaskan beberapa cara yang mungkin bisa Anda coba dalam usaha meredam emosi agar tidak meledak. Tinggal pilih mana yang cocok
Readmore → Spiritualitas Menyikapi Emosi : Mengapa Bisa Timbul Emosi

Spiritualitas Menyikapi Emosi : Pendahuluan

Sudah sering kita dengar kalimat : "Jangan terlalu mementingkan diri sendiri" melalui ceramah-ceramah, dakwah, khotbah, diskusi, pertemuan-pertemuan. Juga sering kita baca pada literatur-literatur khusus maupun umum, bahkan ujar-ujar dari para guru suci maupun para guru mursid, para wali. Namun efek dari kesemuanya itu belum terwujud seperti yang kita harapkan. Bahkan ada kecenderungan seolah-olah kalimat tersebut belum pernah muncul pada media apapun.
Masalah ini akan menarik untuk dikaji terutama oleh para pembaca yang peduli pada masalah-masalah hidup. Untuk itu mari sama-sama kita coba membedahnya. Dengan fokus mengapa bisa terjadi begitu dan apakah ada solusinya? Lalu apa hubungannya dengan masalah emosi?
Mementingkan diri sendiri merupakan sifat bawaan pada semua yang hidup dan pada umumnya sesuatu yang hidup pasti punya naluri untuk mempertahankan dan mengembangkan hidupnya. Dalam usaha melindungi diri dan keturunannyalah mula-mula mempraktekkan mementingkan diri sendiri mulai muncul. Berusaha menimbun semua kebutuhan dirinya dan keluarganya, mengambil milik pihak lain dengan jalan kasar maupun halus, menggasak pesaing-pesaingnya, dan lain-lain perilaku yang merugikan pihak lain.
Keinginannya untuk menjadi yang paling superior sangat kuat. Ingin menjadi yang paling menonjol, mendapat bagian yang paling banyak, paling terhormat, kedudukan yang paling menjanjikan, sehingga orang-orang tipe ini tidak punya ketenangan hidup. Selalu resah gelisah, diliputi rasa khawatir kalau keinginannya yang sangat banyak tidak terlaksana, atau apa-apa yang telah bisa dicapai akan terlepas.
Tumpukan kekhawatiran tersebut bisa merupakan kipas yang memberi angin pada api dalam sekam sehingga api semakin besar dan membakar seluruh sekam. Sedangkan terlalu tinggi dalam menghargai dirinya yang sangat digemari insan-insan tipe ini merupakan bahan bakar lain yang mempercepat kobaran api emosi.
Kelompok ini biasanya cepat tersinggung, cepat merasa harga dirinya dilecehkan sehingga sarafnya jarang istirahat dari ketegangan. Dengan saraf-saraf yang selalu tegang maka fungsi-fungsi organ tubuh banyak yang tidak bisa berfungsi normal, mengakibatkan gangguan-gangguan pada kesehatan. Kebanyakan mengidap darah tinggi, paru-paru, kencing manis, strook.
Di kota-kota besar gangguan kesehatan semacam itu semakin lama semakin banyak. Hal ini disebabkan karena semakin ketatnya persaingan-persaingan gaya hidup materialistis yang overdosis, dengan selalu tampil glamor untuk menutupi kekurangan-kekurangannya agar setiap ngutang atau bon bisa dipercaya. Sikap yang bijak dalam menghadapi gaya hidup yang demikian adalah waspada, artinya bukan lalu merasa kalah penampilan sehingga berusaha untuk menyaingi atau mengalahkan. Sebab banyak terjadi keadaan rumah tangganya morat-marit tidak semewah penampilannya. Dengan demikian pikiran tetap tenang tidak memaksakan diri untuk cari jalan pintas agar bisa menang dalam pertarungan penampilan. Sebab jalan pintas paling dekat adalah tindak kejahatan, yang kualitasnya tergantung pada kesempatan, keberanian maupun kedudukan si pelaku. Artinya semakin luas kesempatan yang ada semakin nekad keberanian dan semakin tinggi kedudukan dan semakin cerdas pelakunya maka akan semakin besar penderitaan atau kerusakan yang diakibatkan.
Di antara kondisi-kondisi tersebut yang paling berpengaruh adalah kecerdasan. Dengan kecerdasan seseorang bisa menciptakan kesempatan, mendidik diri menjadi pemberani dan bisa mempengaruhi khalayak agar bisa menempati kedudukan yang diinginkan. Seseorang yang cerdas biasanya selalu menstudi situasi dan dari studinya menemukan gagasan-gagasan yang bisa diterima oleh masyarakat, karena masyarakat merasa diwakili kepentingannya, sehingga timbul rasa simpatinya, yang akhirnya mudah diarahkan kemana saja. Jadi bukan menggurui masyarakat. Dengan menggurui yang jelas terlalu bersifat subyektif, belum tentu sesuai dengan tingkat kemampuan maupun kemauan obyek. Sehingga sering terjadi para pendengar suatu ceramah ada yang ngantuk atau menguap, bukan kesalahan si pendengar.
Hanya sayangnya karena watak mementingkan diri sendiri ini masih bercokol maka akan tumbuh bersama jenjang karir yang dicapainya, sehingga sesampai di puncak juga dibarengi dengan peningkatan wataknya yang mementingkan diri. Menjadikannya lupa akan tugas-tugas yang diembannya. Bahkan menyalahgunakan kewenangan-kewenangannya.
Kalau kekhawatiran-kekhawatiran dari mereka yang terlalu mementingkan diri sendiri memuncak bukan saja melakukan kejahatan-kejahatan, tetapi bisa melakukan kekejaman-kekejaman bahkan pembantaian-pembantaian maupun pemusnahan terhadap kelompok, golongan suku etnis komunitas yang dianggap akan menyaingi atau merongrong keberadaannya bersama sekongkolnya.
Dengan melakukan tindakan-tindakan demikian mereka merasa akan dipandang sebagai orang kuat yang mampu bertindak tegas. Yang sesungguhnya memperlihatkan kelemahannya karena tidak bisa mengekang emosinya, dan tidak bisa menangani suatu masalah secara bijaksana. Dan tidak mau berpikir bahwa semua tindakan akan menimbulkan akibat. Dimana pihak anak istri, saudara-saudara, sahabat karib dari para korban bukan saja menyesali tindakan-tindakan si pelaku yang membikin anak istri mungkin juga orang tua para korban menjadi telantar terlunta-lunta karena para korban merupakan tulang punggung dari keluarganya.
Penyesalan-penyesalan yang ada bisa berubah menjadi dendam kesumat dan menjadi kenangan pahit sepanjang hayat. Yang getaran-getarannya akan menyasar pada si pelaku, keluarga maupun para sekongkolnya dan selebihnya akan memenuhi atmosfer bumi. Semakin banyak jumlah korban semakin padat getaran yang tidak bersahabat menyebabkan kemelut yang berkepanjangan di atas bumi ini. Kecuali pada wilayah ataupun negeri yang bisa memanfaatkan rasa kasih adil dan bijaksana dalam setiap menyelesaikan masalah, tidak hanya mengandalkan dorongan emosi.
Wilayah ataupun negeri yang bisa melandasi aktivitas para punggawanya dengan keadilan tidak akan mendapat masalah dan juga tidak akan membuat masalah. Sebab ketidakadilan menimbulkan kekecewaan atau penyesalan yang akan meningkat menjadi dendam. Meskipun hanya disimpan getarannya tetap akan melesat ke segala  penjuru menyatu dengan getaran kasar lainnya yang kalau kepadatannya telah memenuhi syarat bisa menarik keadaan-keadaan yang tidak nyaman.
Kalau getaran-getaran kasar dan tidak bersahabat sudah hampir memadati atmosfer bumi akibat ketidakadilan, kejahatan maupun kekejaman yang terus berlanjut maka kemusnahan kehidupan di permukaan bumi ini hanya tinggal masalah waktu saja.
Yang tinggal hanya mereka yang sudah mampu dan mau untuk melepaskan sisa-sisa sifat hewaniahnya, sehingga yang masih ada hanya sifat manusiawi seutuhnya dan akan menjadi saluran berkah oleh Sang Maha Pencipta untuk manusia generasi baru yang betul-betul mewakili sifat-sifat kemanusiannya.
Readmore → Spiritualitas Menyikapi Emosi : Pendahuluan

Spiritualitas Menyikapi Emosi : Pengantar

Emosi. Suatu kata yang bisa menghantarkan seseorang menjadi pemenang, pupuk bawang (tidak diperhitungkan), ataukah pecundang dalam menapaki hidup ini. Karena kapanpun dan dimanapun emosi kita akan selalu dirangsang oleh beberapa macam peristiwa, keadaan, bahkan bentuk-bentuk dari suatu benda.
Rangsangan-rangsangan tersebut bisa membikin perasaan menjadi senang, gembira bahkan jadi histeris seperti para penonton konser musik rock yang berjingkrak-jingkrak oleh irama-irama yang mampu membikin kegembiraan penontonnya meledak-ledak dengan berteriak-teriak seperti kesurupan.
Juga bisa membikin perasaan menjadi trenyuh, sedih, kecewa, kesal, marah, bahkan ada yang mengamuk sehingga menimbulkan banyak korban. Seperti yang kerap terjadi di negara-negara dimana larangan memiliki senjata api tidak begitu ketat, seseorang melakukan penembakan-penembakan membabi buta untuk melampiaskan kemarahannya yang jelas merugikan di pihak para korban juga pada si pelaku, yang akal sehatnya telah dikalahkan oleh dorongan emosinya.
Pengorbanannya akan lebih luas lagi kalau kekecewaan atau kemarahan berkepanjangan si pelaku dimanfaatkan oleh kelompok tertentu dengan tujuan tertentu pula. Bisa mengguncang satu wilayah suatu negara bahkan pada dunia.
Hanya bagi mereka yang punya akal sehat sangat kuatlah yang akan bisa meredam emosi agar tidak meledak dan menjadikan pikiran gelap sebagai penyebab tindakan-tindakan yang merugikan bahkan membahayakan pihak lain yang tidak seharusnya mengalami keadaan tersebut.
Terima kasih atas waktunya untuk menyimak isi blog ini. Pada masalah-masalah yang berkenan, simpan saja sebagai kenangan, sedangkan pada hal-hal yang kurang berkenan harap sampaikan sebagai bahan koreksi. Semoga bermanfaat.
Readmore → Spiritualitas Menyikapi Emosi : Pengantar

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.